13

5.7K 526 50
                                    

Bersamaan dengan Raja yang balik badan dan melangkah menjauh, tubuh perempuan yang ia punggungi itu merosot perlahan sebelum akhirnya ia terduduk lemas di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamaan dengan Raja yang balik badan dan melangkah menjauh, tubuh perempuan yang ia punggungi itu merosot perlahan sebelum akhirnya ia terduduk lemas di lantai.

Tangisan yang sudah Kayana tahan sejak tadi, meledak begitu ia mendengar suara mobil Raja meninggalkan halaman rumah mereka. Bahunya yang mungil terguncang hebat. Sementara tangannya yang gemetaran itu, meremas kuat-kuat gaun yang ia kenakan. Berusaha mencari ketegaran melalui jari-jarinya.

Sebelum bertemu Rajata Arya Danadipa, Kayana juga pernah merasakan patah hati. Ia tidak begitu terkejut dengan rasa sakit di hatinya. Rasa sesak di rongga dadanya ataupun nyeri di seluruh aliran darahnya. Namun patah hati yang Kayana rasakan pada malam itu, jauh berkali-kali lipat lebih menyiksa daripada yang pernah ia alami.

Namun Kayana bisa mengerti. Dia merasa sangat tersakiti dan terkhianati seperti ini, mungkin karena ia pernah berangan-angan terlalu tinggi bersama Raja yang mengajaknya terbang ke langit dengan sayapnya yang sempurna dan luar biasa indah, tanpa mengira kalau ia akan dihempaskan begitu saja sehingga Kayana tak merasakan apa pun selain remuk dan hancur.

Di sela-sela menangis, ingatan Kayana memutar kembali potongan-potongan adegan sikap Raja yang hampir selalu dingin terhadapnya. Sorot mata Raja yang tajam saat memandangnya. Hinaan yang tak pernah ketinggalkan diselipkan di semua kalimat yang terucap dari bibir Raja setiap kali berbicara dengannya. Dan segala tindakan serta perbuatan Raja yang tak pernah ragu-ragu ketika menyakiti hatinya. Kalau dipikirkan lagi, nasibnya benar-benar menyedihkan.

Sadar bahwa sekarang ini bukan saatnya untuk meratapi nasib, Kayana menyeka kilat air matanya sembari bergegas berdiri. Seperti sedang diburu waktu, wanita malang itu mengambil semua koper dan tas miliknya, kemudian menatanya di lantai dalam keadaan terbuka.

Sembari sesekali mengusap air matanya dan kadang-kadang menjerit untuk melampiaskan rasa sakit yang belum puas menyiksa batinnya, Kayana berlari kesana-kemari untuk mengambil semua pakaian, sepatu, riasan dan barang apa pun miliknya.

Mulai dari barang berharga hingga benda yang tidak begitu penting pun, sudah ia masukan ke dalam tas-tas miliknya. Kayana berencana tidak menyisakan satu barang pun di kediaman itu, karena dia sungguh-sungguh tidak mau melihat wajah Rajata Arya Danadipa lagi.

Seperti Raja yang menganggap pernikahan mereka hanya sebuah lelucon, Kayana juga berencana menghapus semua kejadian empat bulan ke belakang. Pertemuannya dengan Raja. Pernikahan mereka. Kehidupannya sebagai istri yang tidak dianggap. Kayana ingin melupakan semuanya.

Puluhan menit berikutnya, dengan napas yang memburu seolah dia baru mengikuti lomba lari puluhan kilo meter, Kayana berdiri memandangi jajaran koper, hingga tas-tas miliknya yang ia letakkan di ruang tamu.

Setelah melihat itu semua, Kayana baru menyadari bahwa dia tidak memiliki banyak barang untuk di bawa pulang. Kayana tidak tahu apakah ia harus merasa beruntung, atau malah mengasihani dirinya sendiri yang pernah dengan senang hati menganggap tempat ini sebagai rumahnya. Seharusnya dia sadar diri bahwa sejak awal, kehadirannya tidak pernah diterima.

Setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang