12. CEMBURU?

74 35 60
                                    

Mentari sudah siap dengan dress selutut berwarna putih bermotif bunga berwarna biru. Ia membiarkan rambut panjangnya tergerai. Garis wajahnya yang cantik dipoles dengan make up tipis.

Mentari yang menatap bayangannya dalam cermin lantas mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang berbunyi menandakan sebuah notifikasi masuk.

Kak Zidane;

Gw di jalan, Tar

Setelahnya Mentari langsung menyambar sneaker shoes berwarna putih polos dan langsung memakaikannya.

Ketika Mentari keluar dari kamarnya iya terhenyak mendapati Rean yang berdiri tepat berhadapan dengannya.

"Pijitin punggung gue, pegel," pinta Rean dengan wajah datarnya.

Mentari mendengkus kesal. "Emang gue babu lo!"

"Menolong tanpa pamrih." Lantas Rean melenggang pergi, mendudukkan tubuhnya di atas sofa. "Balur punggung gue pake minyak kayu putih."

Mentari terkekeh. "Lo pikir gue mau?" Lantas wajah Mentari yang menantang lambat-laun menghilang menyadari Rean bersama wajah datarnya terlihat lusuh. "Gak lucu!"

"Gue gak melawak! Kalo bik Sus gak tidur gue juga gak bakalan minta tolong sama lo!"

"Ya ... masalahnya—"

"Cuman balur punggung gue doang, gak perlu dipijit," sela Rean menatap Mentari datar.

Mentari menghembuskan napasnya kasar. "Lo gak liat gue udah cantik gini?"

Lantas Rean memperhatikan Mentari dari atas sampai ujung kakinya. "Mau kemana malem-malem?"

"Belum malem, baru jama delapan," sanggah Mentari.

Rean menghela napas panjang. "Cewek itu gak baik —"

"Keluar malam-malam." Mentari dengan bersidekap dada menyela. "Tapi gue bareng kak Zidane, bakalan aman-aman aja!"

Rean beranjak dari duduknya membuat Mentari perlahan melangkah mundur. "Lo gak boleh keluar! Gue yang repot kalo terjadi apa-apa sama lo!"

Alih-alih mengelak Mentari malah terkekeh. "Cie ... cemburu!"

"Gue bukannya cemburu, gue cuman takut lo kenapa-napa!" sanggah Rean seraya melangkah maju.

Mentari pun dibuat semakin melangkah mundur. "Cie ... perhatian!"

"Lo ya .... " Rean menyambar sebuah bantal sofa membuat Mentari spontan melarikan diri. "Mentari!"

Mentari yang tengah menuruni anak tangga terkikik geli menyadari kelakuannya bersama Rean sudah seperti Tom and Jerry. Sampai akhirnya bantal sofa yang Rean bawa tepat mengenai kepala Mentari membuatnya hampir terjungkal.

"Masuk kamar!"

Mentari memberengut kesal. "Tante Agni juga ngizinin!"

Lantas Rean yang sudah berhadapan dengan Mentari menjitak kepalanya. "Mama gak tau kehidupan diluar sana."

"Sok—" Ucapan Mentari terhenti disaat pendengarannya sayup-sayup menangkap suara bel yang berbunyi. "Pasti itu kak Zidane!" Mentari yang hendak melangkah dengan cepat ditahan oleh Rean.

"Diem lo!" Lantas Rean bergegas pergi menghampiri pintu utama rumah yang berada di dekat ruangan tamu.

Mentari yang keras kepala pun membuntuti Rean. Sampai akhirnya ia dibuat terkejut karena yang datang ke rumah bukanlah Zidane, melainkan Vina.

"Vin, kamu ke sini .... " Rean menatap Vina seksama.

"Aku dianterin sama supir. Aku tau kamu sakit, makanya aku dateng ke sini buat jenguk kamu."

HIMMEL; Pada Pertemuan Kedua  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang