Kejadian kemarin seolah hanya figuran. Rean dan Mentari yang berjalan berdampingan sama-sama terdiam, sibuk dengan dunianya masing-masing.
Fakta bahwa mereka tidak boleh melewati batas membuat keduanya memilih untuk bungkam. Pertanyaan dalam benak keduanya 'apa mereka memiliki kehidupan ganda' sehingga ada kalanya mereka tidak merasa canggung. Dan sekarang- merasakan aura yang berbeda. Sama-sama merasa asing.
Ini demi kebaikan hati. Terimakasih atas waktu berharga saat itu. Mentari bergumam.
Langkah Mentari sontak terhenti di saat mendapati orang-orang tengah mengerumuni mading. Perasaan tidak nyaman mulai dirasakannya saat pandangan orang-orang tertuju padanya. Mereka seolah mengintimidasi.
Mentari menoleh ke arah sampingnya berharap Rean masih berada di sana. Tapi nyatanya itu hanya harapan.
Mentari susah payah menelan salivanya sebelum akhirnya berlari kecil di sepanjang koridor menuju kelasnya.
"Noh yang ditunggu!" seru Elza membuat Raya yang fokus pada ponselnya teralihkan.
"OMG!" Raya memekik menghampiri Mentari yang baru memasuki ruangan kelas. "Lo-lo beneran-"
"Apa sih?!" Mentari mulai tersulut emosi. Ia melangkah mendekati mejanya.
"Mentari, tarik napas .... " Raya mempraktekan apa yang diucapkannya.
"Kapan keluarnya, Bego! Bisa mati anak orang!" tukas Elza ketus yang duduk terpekur di kursinya.
Raya memberengut kesal. Lantas ia menatap Mentari seksama. "Lo kemarin diculik?"
Mentari menggelengkan kepalanya.
"Jujur aja, Tar!" Elza menimpali.
Mentari menatap satu-persatu kedua temannya. "Kak Adeline sama kak Maureen-"
"Bestie!" sahut Raya dengan cepat. "Mereka bestie. Anak-anak menjulukinya sebagai perfeck girls."
"Ngalihin pembicaraan!" cetus Elza menatap Mentari sinis.
Mentari menggaruk tengkuknya. "Gue-gue dibawa sama kak Maureen."
"What?!" Spontan Raya dan Elza memekik bersamaan.
"Kalian jangan berisik, please!" bisik Mentari.
"Serius lo?!" tanya Elza antusias.
Mentari mengangguk mengiyakan. "Nanti gue ceritain. Sekarang gue mau nanya, kenapa di mading-"
"Itu gosip lo, Tar!" Raya menyahut dengan heboh.
"Gue-"
"Foto lo sama kak Rean saat di pantai."
"Dan lo digosipkan pacar sungguhannya kak Rean," lanjut Elza.
"Pacar?" Mentari mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIMMEL; Pada Pertemuan Kedua
Fiksi Remaja"Himmel itu Langit dalam bahasa Jerman. Langit itu bukan angkasanya bumi. Langit adalah dia yang berhasil membuatku tersiksa dalam gejolak asmara." Itu kata Mentari. Memang takdir seolah menginginkan Mentari dan Rean bersama. Rean adalah laki-laki d...