DIPERTEMUKAN KEMBALI

510 60 51
                                    

Cerita ini awalnya berjudul 'KISAH DARI LANGIT' Aku ganti judul beserta merubah sedikit alur ceritanya.

------

'Belum usai kisah ini dari pertemuan singkat itu'

_____

“Hari ke-lima lo di Wiladarma High School ini, gue jamin hari ini hari terindah lo. Karena hari ini hari pertama lo bakalan liat the most wanted!” Raya berseru dengan kedua kakinya yang terus melangkah menyusuri koridor sekolah.

Mentari yang juga tengah melangkah diapit kedua temannya mengerutkan keningnya. “The most wanted?”

“Ya elah, gak usah percaya. Udah biasa kali liat cowok ganteng!" sahut Elza dengan ketus.

“Ini beda lagi! Ikuti gue!” Raya mempercepat langkahnya membuat Elza berdecak kesal. Sedangkan Mentari menuruti saja karena jiwa penasarannya meronta-ronta.

Sorak-sorai menyambut kedatangan Mentari dan kedua temannya saat berada di tempat tujuan. Lebih tepatnya sorak-sorai itu tertuju untuk para pemain basket yang tengah bertanding di tengah lapangan.

Yang pertama Mentari lihat adalah sosok laki-laki yang tengah mendribel bola basket dengan begitu lincah. Mentari geming memperhatikan laki-laki itu dengan kening mengerut. Laki-laki itu tampak tidak asing baginya. Sampai di titik laki-laki itu berada tak jauh dari tempat Mentari berdiri, sontak matanya membulat mengapresiasikan bahwa dirinya terkejut.

Dengan melipat kedua tangannya di depan dada lantas Raya berujar, “Kebanyakan orang sih kagum banget sama kak Rean.”

Mentari kontras menatap Raya saksama. “Kak Rean?”

Raya mengangguk senang. “Iya, Langit Bintang Andrean. Kapten basket ganteng itu .... ” Raya berusaha menahan barbar yang meronta dalam jiwanya. “Itu, yang itu!” Jari telunjuknya dengan lancang menunjuk ke arah laki-laki yang sempat membuat Mentari nyaris tak berkutik.

Mentari dibuat semakin tak berkutik mendengar penuturan temannya. Sorot matanya menatap fokus pada laki-laki pemilik nama lengkap Langit Bintang Andrean itu. Laki-laki jangkung dengan wajah kuat bak seorang model. Sempat jantungnya berdegup kencang setelah mengingat siapa laki-laki itu. Mengingat laki-laki itu tidak butuh banyak waktu karena laki-laki itu begitu baik dikenalnya.

Laki-laki itu yang tak lain adalah Langit seseorang yang pernah bertemu dengannya empat tahun silam. Langit kakak kelasnya di masa SMP, sosok laki-laki yang sangat dikaguminya. Karakter Langit itu menurutnya ketus, cuek, dingin, datar, tapi ganteng. Hanya kata 'ganteng' alasan mengapa ia sangat terobsesi pada Langit sehingga secara terang-terangan mengagumi sosok Langit yang sulit digapai itu. Ia menganggap bahwa Langit adalah cinta pertamanya. Tidak bisa membedakan antara obsesi dan cinta. Karena menurutnya itu sama. Obsesi akan berakar menjadi sebuah cinta. Dan sekarang ... nama panggilannya berubah menjadi Rean? Entahlah apa alasannya.

Hal yang selalu diingatnya adalah ketika dirinya pagi-pagi buta datang ke sekolah hanya untuk menyambut kedatangan Langit yang sekarang berubah nama panggilan menjadi Rean.

“Morning Langitnya Mentari .... “

“Apaan sih!” cetus Langit sembari melenggang pergi melewatinya begitu saja.

“Kamu kapan sih bisa bales perhatiannya Tari, sayangnya Tari, kagumnya Tari? Padahal Tari itu cewek sempurna sejagat raya!” teriaknya.

“Lebaran monyet!”

“Iya, iya! Tari tunggu lebaran monyet itu!”

Ada juga hal memalukan yang selalu diingatnya. Di mana saat itu ia tengah mengintip ruangan kelas Langit lewat sebuah jendela. Saat itu kelas Langit tengah melangsungkan pelajaran. Sebenarnya ia juga sama tengah melangsungkan pelajaran, tetapi modus menggunakan dalil ‘Buk, saya kebelet, izin ke toilet’.

Tengah asyik-asyiknya memperhatikan Langit yang menurutnya bak malaikat yang terlihat tenang tak bosan di pandang itu tiba-tiba, “Mentari! Kamu lagi ngapain?!” Seorang guru wanita memergokinya.

Sontak Mentari terkejut yang membuatnya nyaris tak berkutik. “Itu—enggak, Buk.”

Kemudian seorang guru pria yang berada di dalam ruangan kelas Langit terdengar bertanya, “Siapa Buk?” Sepertinya dia hendak ke luar dari ruangan kelas itu.

Sekilas ia melirik jendela ruangan kelas itu yang memperlihatkan deretan para penghuni kelas yang tengah mengintipnya. Ia juga sempat melambaikan tangannya seraya tersenyum kepada salah seorang laki-laki yang juga tengah mengintipnya yang tak lain adalah Langit Bintang Andrean.

“Ikut saya ke ruangan BK!” Guru wanita itu terlihat murka.

Sedangkan Mentari hanya cengengesan sembari melangkah mundur. Menarik napas panjang kemudian berkata, “Aku ... cuma ngintip kak Langit!!!” Ia berlari tunggang-langgang membuat para pelajar di ruangan kelas Langit tertawa pecah. Terkecuali dengan Langit yang memasang wajah datarnya.

Mengingat itu hanya membuatnya merasa malu. Namun, jika mencari kejujuran dalam dirinya, ia selalu berharap untuk bertemu kembali dengannya. Jika di tanya apa alasannya ... mungkin karena rasa penasarannya terhadap perubahan Langit. Jika ia ingin bertemu kembali karena mencintainya—itu tidak mungkin menurutnya! Karena dulu hanyalah cinta monyet.

Dari mana datangnya cinta setelah empat tahun tak bertemu?

Grils, awas!” Seorang laki-laki dengan ikat kepala berwarna merah di kepalanya itu berteriak. Tepat ia meneriaki Mentari dan kedua temannya yang berada di tepi lapangan.

Mentari sadar laki-laki itu berteriak dengan niat memberi tahukan bahwa sebuah bola basket melayang ke arahnya. Namun, belum sempat Mentari melangkah untuk menghindar ia terlebih dulu terkena bola basket yang melayang itu. Tubuhnya dibuat ambruk seketika di atas lapangan di siang bolong yang panas menyengat dengan sang surya. Ditambah lagi perutnya yang belum terisi sedari pagi.

“Tanggung-jawab lo, Rean!” pungkas laki-laki dengan ikat kepala merah itu.

Laki-laki yang dipanggil Rean itu setengah berlari menghampiri Mentari yang sudah ambruk di tepi lapangan.

Tanpa membuang waktu Rean menggendong Mentari ala bridal style untuk membawanya ke UKS.

______

'Aku bisa merasakan sisi hangatnya yang jarang ditunjukkannya. Aku bisa menikmati kesempurnaan yang dimilikinya.
Keberuntunganku selalu dijaganya.
Tapi kenyataannya ... dia Langit.
Betapa sulit untuk menggapainya'

-Mentari Hadley Wirawan

_______

'Apa aku gak pantas untuk bahagia?

-Vina Widya Wirawan

_______

'Seribu maaf untuk perempuan cintaku'

-Langit Bintang Andrean

______

Harap dimaklumi bila ada kesalahan. Mohon atas bantuan kalian untuk memberi tahukan bila ada kesalahan 🙏

Selamat datang di cerita sederhana ini🧡

HIMMEL; Pada Pertemuan Kedua  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang