33. Kabar Mading

32 13 30
                                    

Ni son japgo jigu bandaepyeonkkaji ga

-Spring Day-BTS

*
*
*

Mentari menyumpal kedua telinganya dengan earphone yang memutar lagu 'Spring Day' yang dinyanyikan oleh grup band dari Korea Selatan. Lagu itu entah sudah berapa kali terputar. Dimulai Mentari menaiki taksi untuk pergi ke sekolah, sampai akhirnya ia sampai di sekolah itu. Tidak ada alasan Mentari menyukai lagu itu, sebagaimana halnya Mentari menyukai perasaannya yang berkecamuk pada asmaranya.

Mentari pergi ke sekolah dengan taksi, bukan berarti ia menghindari Rean. Namun, Rean tidak terlihat di rumah. Terakhir melihatnya, saat tadi malam Mentari mengobati luka Rean. Yang mana saat malam itu Mentari berlalu pergi lebih dulu menghiraukan Rean.

Mentari pada akhirnya melepas earphone bersamaan dengan langkahnya yang terhenti saat melihat keramaian di depan mading sekolah. Bahkan sebagian orang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Tanpa berkata, lantas Mentari melanjutkan langkahnya yang terhenti dengan perasaan gusar.

Tidak mungkin tidak ada sesuatu, jika orang-orang itu menatapnya penuh intimidasi. Itu yang Mentari pikirkan sepanjang perjalanannya menuju ruangan kelas.

"Di mading ada apa sih?" tanya Mentari, setelah memasuki ruangan kelas. Ia mendapati Raya dan Elza tengah bercengkrama.

"Mading?" Raya berdiri dari duduknya. Hal itu juga disaksikan oleh para murid yang ada di dalam ruangan kelas itu. "Lo baru datang, dan pastinya gak tahu apa-apa, 'kan?"

Mentari mengerutkan keningnya. Bersamaan dengan itu, bel sekolah pun berbunyi menandakan pelajaran pertama di hari itu akan segera dimulai.

"Nanti kita cerita." Raya berbisik pada Mentari. Lantas ia menarik Mentari agar segera duduk di kursinya.

"Apa sih, Za?" Mentari melirik Elza di bangku sampingnya. "Gue mulai gak enak nih."

"Udah, nanti aja," sahut Elza mengakhiri dialog.

*********

Mentari tak berkutik menatap mading yang menjadi topik hangat di sekolah hari ini. Matanya tertuju pada sebuah tulisan di atas origami yang berbunyi 'Sekretaris yang menghancurkan keluarga atasannya'. Yang mana tulisan itu tepat berada di atas dua lembar foto keluarga Mentari dan Vina dengan kepala keluarga keduanya ialah orang yang sama. Terakhir, Mentari mendapati foto kebersamaan mama dan papa di sebuah acara formal. Di samping papa terlihat jelas mama kandung Vina selayaknya seorang sekretaris.

"Tar, tenang aja, mereka pasti menyudutkan si Vina." Raya meraih tangan Mentari untuk membawanya pergi, tapi Mentari menolaknya.

Mentari masih diam terpaku dengan tatapan fokus pada foto keluarganya yang tampak harmonis. Kakak perempuan yang bersampingan dengannya kini berjauhan, berada di alam yang berbeda. Mama dan papa yang berdampingan itu kini terpisah memiliki jalan hidup yang berbeda. Mentari fokus pada Mentari kecil yang masih sekolah dasar. Seseorang yang di sampingnya dan kedua orang tua di belakangnya perlahan memudar dalam penglihatan Mentari.

"Udahlah, masa lalu itu ilusi, Tar. Masa kini yang harus dijalani tanpa memikirkan siapa pun, termasuk orang-orang yang memang ditakdirkan tidak untuk selamanya bersama." Penuturan Elza barusan membuat Mentari tersentuh. Benar apa yang Elza katakan 'bahwa semuanya berjalan dengan takdir'. Apa pun yang Mentari hadapi sekarang, itu bagian dari takdirnya.

HIMMEL; Pada Pertemuan Kedua  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang