nera, si pemeran utama

491 13 0
                                    

⭐⭐

Nera, seorang wanita yang berusia 22 tahun. Hidup sebatang kara. Berkerja sebagai jasa aneh yang disebut dengan jasa cium untuk lelaki. Terdengar aneh, namun itulah kenyataannya.

Pekerjaan itu direkomendasikan oleh teman SMA nya sebelum tamat sekolah.

Setelah tamat sekolah, sebenarnya Nera ingin sekali kuliah, tapi waktu itu Nera tidak mempunyai biaya. Akhirnya dengan terpaksa Nera bekerja di tempat yang sudah direkomendasikan temannya waktu itu. Sudah lima tahun Nera bekerja sebagai jasa aneh itu yang membuat ekonominya sekarang membaik.

Menurut Nera, menjadi jasa cium sangatlah mudah. Kau tinggal mencium bibir pria yang memesan mu dan kau akan mendapatkan banyak uang. Simpel kan? Tapi minus nya adalah bibir mu ternodai.

Di sore hari, Nera berada di belakang rumahnya bersama Syara dan Fizah. Mereka bertiga sedang menanam beberapa sayur. Mereka berbagi tugas, Nera mencangkul, Syara menanam benih sayur, dan Fizah menyiramnya.

Sambil melubangi tanah Syara membuka topik, "Beb, kamu masih bekerja dijasa cium?"

"Masih." Jawab Nera yang masih fokus mencangkul tanah.

Syara menghela nafas dan berhenti sejenak, "Nera, bisa berhenti? Kamu gak kasihan sama bibir mu?"

Nera terkekeh, "buat apa kasihan sama bibirku? Yang kan penting dapat uang."

"Coba cari kerjaan lain, kan masih banyak pekerjaan yang halal dari itu." Sahut Syara.

Nera berdecih, "emang siapa yang mau menerima orang yang cuma lulusan SMA?"

"Nera please, berhenti dari pekerjaan itu." Rengek Syara.

"Iya, berhentilah. Kami akan bantu carikan pekerjaan yang layak buat kamu." Celetuk Fizah yang sedari tadi diam.

Nera menghentikan aktivitas mencangkulnya dan menatap kedua sahabatnya.

"Enak banget ya nyuruh-nyuruh orang buat berhenti. Kalian itu beruntung banget bisa dapat pekerjaan yang layak, jadi mending kalian urusin aja pekerjaan kalian masing-masing daripada pusing mikirin tentang pekerjaanku. Aku nyaman kok sama pekerjaanku yang sekarang."

Syara dan Fizah terdiam. Betul apa yang dikatakan Nera, seharusnya mereka tidak usah pusing-pusing memikirkan pekerjaan Nera. Selagi itu tidak terpaksa, mengapa harus khawatir kepadanya?

Jauh di lubuk hatinya, Nera sebenarnya iri kepada dua sahabatnya yang sukses mencapai cita-cita mereka waktu kecil. Syara yang berhasil menjadi Dokter, Fizah yang berhasil menjadi desainer busana ternama, sedangkan Nera yang bercita-cita menjadi perawat itu gagal. Nera iri pada kehidupan dua sahabatnya. Meskipun begitu, Nera tetap menyayangi Syara dan Fizah seperti saudara kandung. Lagipula nasib dan takdir setiap orang kan beda-beda.

Syara dan Fizah selalu berinisiatif untuk membantu kebutuhan sehari-harinya, tapi Nera selalu menolak. Nera ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari kedua sahabatnya itu.

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa diucap Syara dan Fizah.

Nera tersenyum dan merangkul mereka, "iya, tidak apa-apa. Mending kita istirahat dulu. Cape nih!" 

Mereka tersenyum dan mengangguk. Akhirnya ketiga wanita itu duduk di gazebo kayu yang tak jauh dari lokasi penanaman tersebut. Nera, Syara, dan Fizah, memakan cemilan dan meminum air kelapa sembari mengobrol, bercanda dan tertawa agar kejadian canggung tadi terlupakan.

Syara dan Fizah ke depannya akan lebih berhati-hati lagi jika berbicara tentang pekerjaan Nera, agar Nera tidak merasa tersinggung.

_______________
Bersambung.....

⭐⭐

Kiss Me Now! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang