kalung dan bekas luka

103 5 3
                                    

⭐⭐

Keesokan sore nya...

Nera tengah bersiap-siap untuk pergi ke acara tersebut. Sebenarnya Ia ogah-ogahan dan malu jika bertemu dengan keluarga Jake, ia pasti akan di pandang rendah oleh mereka. Tapi semoga saja tidak, untuk sementara ini Nera berusaha berpikir positif.

Saat ingin meraih sisir dari atas lemari, Nera tidak sampai karena lemari nya terlalu tinggi. Ia pun segera mengambil kursi dari meja rias dan menaikinya.

Di atas lemari ini sangat berdebu dan ada jaring laba-laba. Nera segera mengambil sisir kesayangannya itu, dan tanpa sengaja ia melihat ada sebuah kotak perhiasan yang terlihat usang, lama tak terbuka.

Nera mengambil kotak tersebut dan turun dari kursi. Ia membuka kotak perhiasan dan mendapati kalung permata yang sangat cantik dan terlihat sangat mahal.

Nera menyerngit dahinya. "Kalung siapa ini? Kenapa bisa ada di sini? Hmm kalungnya sangat indah."

Wanita itu segera mengambil ponselnya dan segera menelpon Syara, siapa tahu kalung ini miliknya.

Tapi..

Panggilan tak dapat di hubungi.

"Huh, sangat menjengkelkan." Gerutu nya. Karena kalungnya begitu cocok saat di pakai, akhirnya Nera memakainya. Semoga saja pemilik kalung ini tidak marah.

Tiba-tiba ada beberapa foto yang terjatuh dari kotak perhiasan itu. Saat dilihat ternyata foto itu adalah kedua orangtuanya yang sedang menggendong Nera yang masih bayi. Di foto itu wajah ibu dan ayahnya tampak sangat bahagia.

"Ibu, ayah. Aku rindu." Lirihnya sembari tersenyum mengingat kenangan-kenangan yang tidak akan terulang kembali. Sial, tanpa disadari air matanya menetes, dan dengan cepat Nera menghapusnya.

Nera segera menyimpan kembali foto-foto yang penuh kenangan itu. "Kenapa foto itu ada disitu ya? Siapa yang menaruhnya." Wanita itu kebingungan.

Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang akhirnya Nera sampai di sebuah bangunan perusahaan atau usaha yang menyediakan jasa inap bagi tamu yang datang serta mempunyai fasilitas jasa lainnya. Di hotel lah acara ulang tahunnya. Di luar cukup banyak mobil yang terparkir, pasti banyak tamu di dalam.

Saat memasuki gedung, orang lumayan banyak disini. Kebanyakan orang dari kelas atas yang hadir di sini, membuat Nera merasa menjadi upik abu di dalam acara ini. Walaupun begitu penampilan Nera sangatlah anggun, elegan, dan rapi. Sangat berkelas.

Saat sedang menyusuri pandangan disekitarnya dengan sengaja seseorang menabrak bahu Nera dan membuatnya hampir oleng.

"Oh maafkan aku, Nera."

Nera menepuk-nepuk bahunya seolah-olah sedang membuang virus dari tubuhnya. "Ya, tidak apa-apa."

Kaylin berdecih. "Ngapain lo begitu? Takut banget kesentuh sama gue."

"Wow, anda non formal. Apakah sifat asli mu sudah keluar?" Balas Nera dengan nada mengejek.

"Terserah gue!" Kaylin pun berlalu begitu saja dari hadapan Nera. Ia tidak boleh terlambat untuk melaksanakan rencananya membunuh Nera.

"Aneh." Guman Nera seraya menatap kepergian Kaylin dengan gaun putih berpita hitam di pinggangnya.

"Nera!" Panggil seseorang.

Merasa terpanggil Nera pun segera mencari sumber suara tersebut. Dan ternyata dua orang itu yang memanggilnya dan melambaikan tangan.

Wanita itu pun segera menghampiri dua lelaki yang sedang memakan kue. "Irino, kozu? Kalian di undang juga ternyata."

"Ya pastilah di undang, kami berdua kan salah satu dari teman legend nya." Irino memukul dadanya bangga.

Dan setelahnya mereka bertiga terkekeh mendengar perkataan Irino.

'nera, aku akan membantumu.' batin Kozu.

Saat asik mengobrol dengan Irino dan Kozu. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Nera dari belakang, saat menoleh ternyata pelakunya adalah Jake. "Rambut yang indah, Nera" Katanya seraya menatap rambut Nera yang di sanggul ala-ala china.

"Jake?" Panggil Nera.

Irino dan Kozu yang tidak mau mengganggu suasana akhirnya pun pergi menjauh dari mereka berdua.

"Hey, Irino, Kozu, kenapa kalian pergi?" Tanya Nera, tapi percuma karena dua lelaki itu sudah menjauh.

Jake terkekeh melihat tingkah mereka. "Sudah biarkan saja mereka." Dan tanpa sengaja menatap sebuah kalung yang ada di leher Nera. Kalung itu sangat mirip dengan kalung yang dia berikan kepada Anra dulu.

Kalung limited edition itu sangat mahal dan hanya ada di negara Australia, tidak mungkin jika Nera memiliki nya.

"Kalung yang bagus, dimana kau membelinya?" Tanya Jake penasaran.

"Aku tidak tahu, aku tidak sengaja menemukan nya di atas lemari." Jawab Nera. Lelaki disampingnya hanya mengangguk-angguk saja.

Keterkejutan Jake bertambah saat melihat bekas luka bakar yang membentuk huruf 'E'. Persis dengan luka bakar Anra pada waktu itu.

Tak bisa di pungkiri bahwa Nera ada Anra. Itu pasti. Tapi sebelumnya Jake harus memastikannya dulu.

"Anra."

"Hah?" Nera menoleh ke kanan dan kiri. "Mana? Ga ada. Halusinasi nih pasti." Katanya.

"Kamu Anra."

Nera terkekeh geli. "Apa-apaan sih, gausah ngaco."

"Tapi kalung dan bekas luka itu mirip..." Jake menggantung kata-katanya.

"Mirip siapa? Anra? Kamu kenapa jadi aneh gini?" Tanya Nera kebingungan.

Bukannya menjawab, Jake malah melontarkan pertanyaan. "Dengan izin, boleh aku melihat foto kedua orang tua mu sekarang?"

"Untuk?" Tanya Nera sambil menatap curiga.

"Hanya untuk memastikan bahwa kau Anra atau bukan." Balasnya cepat.

_______________
Bersambung....

⭐⭐

Kiss Me Now! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang