dia mabuk

150 5 2
                                    

⭐⭐

Malam hari, pukul 20.50 WIB.

Jalanan belum terlalu sepi, masih ada beberapa pengendara berlalu lalang di jalan raya. Udara dingin di kota, membuat dua wanita itu menggunakan jaket bulu agar tetap hangat.

Nera saat ini bersama Syara sedang berjalan di trotoar menuju supermarket. Mereka pergi ke supermarket membeli bahan-bahan untuk membuat kue dan lain sebagainya.

Karena pukul 00.00 WIB adalah ulang tahun Irino, calon suami Syara. Teman-teman Nera memang sering merayakan pesta ulang tahun di tengah malam.

Gadis disebelah Syara itu sempat merenung tentang perkejaan nya. Sebenarnya ia ingin sekali menjadi seorang Aktris film.

Andai waktu itu Nera mempunyai banyak uang untuk biaya kuliah, pasti sekarang Nera sedang sibuk bergelut dengan jurusan nya.

Tapi terlanjur.

"Ner kenapa melamun?" Tanya Syara sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Nera.

Nera membuyar lamunannya. "Gak apa-apa." Syara mengangguk.

Saat melewati taman, Syara melempar pandangan nya ke taman tersebut.

Syara melihat ada seorang lelaki yang sedang terbaring dibangku taman sembari memegang botol kaca.

"Aneh-aneh aja tuh orang." Gumam Syara yang masih bisa didengar Nera.

Ia pun mengalihkan pandangannya ke arah bangku panjang itu. Tunggu dulu, Nera sangat mengenal gaya rambut itu!

"JAKE!" Nera segera menghampiri lelaki yang sedang oleng itu.

'Hah? Itu Jake?' batin Syara.

Mereka berdua melihat Jake yang sedang meracau sendiri, terlihat menyedihkan, dengan pakaian berantakan, dan sesekali meneguk minuman keras, keadaannya sekarang tidak seperti seorang CEO.

"Dia kenapa?" Bisik Syara. Nera hanya menggelengkan kepalanya yang artinya tidak tahu.

"Ternyata kau seperti ini." Ucap Nera.

Jake yang baru sadar kedatangan Nera dan sahabatnya langsung tersenyum, "antar aku pulang."

"Tanpa dia." Jake menunjuk Syara.

"Heh, Kau itu sedang mabuk, pasti kau akan berbuat macam-macam kan?!" Sahut Syara.

Jake berdiri dengan tidak seimbang, "Nera, tolonglah. Aku lupa jalan pulang."

Saat Syara hendak menjawab perkataan Jake, dengan cepat Nera mencegat sahabat nya itu dan memberi tatapan yang menyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.

"Tapi bagaimana dengan acaranya? Tidak seru tanpa mu. Please, tinggalin aja dia." Regek Syara.

Nera bimbang. Tapi akhirnya dia membuat keputusan.

"Syara, kau bisa menghubungi Airin dan Fizah untuk membantu membeli bahan-bahan yang di perlukan. Aku akan mengantar Jake."

**

Nera meminjam handphone Jake untuk menelpon Aziel dan menyuruh untuk supir menjemput.

Supir pribadi milik keluarga itu datang, segera mereka menaikinya.

"Tuan sedang mabuk?" Tanya supir.

"Ya." Jawab Nera.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Di sepanjang perjalanan Jake selalu menyebut nama Anra. Nera tidak tahu siapa itu dan tidak terlalu memperdulikannya.

Setelah sampai, keadaan mansion sangat sepi dan hanya ada beberapa pembantu yang sedang istirahat. Sedangkan Aziel sudah pulang.

Karena tidak mau mengganggu jam istirahat pembantu rumah, akhirnya Nera membopong tubuh Jake menuju kamar.

Gadis itu membaringkan Jake yang masih memanggil nama Anra. Nera yang sedang berbaik hati pun menarik selimut agar menutupi tubuh lelaki itu.

Saat wajah Nera mendekat, kesempatan dalam kesempitan!

Jake berusaha meraih bibir Nera untuk menciumnya. Tetapi tidak berhasil karena gadis itu memundurkan wajahnya.

"Apa-apaan kau ini!" Ucap Nera.

"Tidurlah disebelah ku, kedua orang tuaku dan Kaylin sedang menghadiri acara, jadi tidak ada yang tahu." Jake menepuk-nepuk kasur kosong disebelahnya.

"Apa kau gila! Tidak mau." Tolak Nera.

Jake tersenyum melihat wajah Nera, "kau mirip seperti Anra."

Nera menyeringai. "Siapa Anra? Apakah dua wanita lain selain Kaylin? Dimana dia sekarang."

"Di surga." Lirihnya, membuat Nera merasa tidak enak hati.

"Maaf." Hanya kata itu yang mampu Nera keluarkan.

Akhirnya lelaki itu terpaksa menangis di hadapan Nera. Karena Jake tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Anra jahat ya? Dia pergi tanpa pamit. Sangat tidak sopan!"

"Hanya Anra yang mau berteman dengan ku sewaktu kecil. Dulu, aku sering di-bully karena gemuk dan jelek. Bahkan adik ku sendiri juga tak ingin bersama ku."

"Setelah mendengar fakta bahwa Anra meninggal membuat ku depresi, dan aku memutuskan untuk minum minuman keras dan berjalan-jalan tidak jelas di trotoar, sampai akhirnya aku sangat pusing dan terbaring di bangku taman. Tenang rasanya."

"Orang tua ku selalu memaksa untuk tidak mencarinya lagi dan segera menikah dengan Kaylin yang tidak ku cintai. Ditambah lagi dengan pekerjaan ku yang memusingkan, membuat ku semakin tertekan."

"Aku benci semuanya ketika seseorang yang berharga pergi begitu saja."

Jake akhirnya mengeluarkan semua keluh kesahnya, sedangkan Nera masih setia mendengarkan setiap kata-katanya.

Gadis itu akhirnya duduk disebelah Jake yang sedang berbaring.

"Nera, kau cantik." Jake menatap lekat wajah cantik gadis itu.

Mendengar perkataan Jake membuat pipi Nera merah merona, jantungnya berdegup kencang, dan merasa ada kupu-kupu di perutnya.

"Peluk aku, Nera." Jake langsung memejamkan mata. Wajahnya yang tampan begitu tenang saat tidur.

Nera memutuskan untuk berbaring disebelah jake dan tangan nya memeluk punggung lelaki itu dan sesekali mengelusnya.

00.40 WIB.

Didalam keheningan malam, mereka berdua pun tenggelam dalam mimpi masing-masing.

_______________
Bersambung....

⭐⭐

Kiss Me Now! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang