Hai guys! Selamat Idulfitri! Mohon maaf lahir dan batin ya. Mohon maaf kalau ada kalimatku atau sikapku yang kurang berkenan buat kalian. Maaf juga nih update-nya malam Minggu, bukan malam Sabtu, karena kemarin kan malam takbiran yak, aku mikirnya kalian pasti sibuk. Kemungkinan sekarang masih sibuk, tapi enggak papa, siapa tau sudah ada waktu luang buat baca.
Makasih banyak ya sudah setia nungguin cerita ini. Tetap ikutin cerita ini sampai akhir ya. Masa kalian nggak mau tau ending-nya Tisya, yah walaupun anaknya meresahkan begituw wkwk.
Oke, segitu dulu opening-nya, happy reading💝
~ Tisya dan Tisyu ~
"Karena gue."
Baza dan Haryan hanya mampu terdiam cukup lama, bingung merespons apa. Mereka saling melirik kemudian memandang Tisya lagi. Haryan dengan pandangan kosong, sementara Baza dengan alis berkerut yang menandakan cowok itu sedang menduga-duga tentang apa yang telah terjadi pada keluarga sahabatnya.
Ya, sahabat ya.
Kalau mantan, ehm, alangkah lebih baiknya disebut sahabat dulu.
"Kenapa?" Haryan nekat bertanya walau harus mendapat senggolan singkat dari Baza. "Eh, kan, nanya doang, supaya nggak memunculkan suudzonisme."
"Suudzonisme? Ya Allah, ngawur aja punya temen sebiji," celetuk Tisya. "Ya, biasalah, di satu sisi mereka masih peduli sama nasib gue, di sisi lainnya lagi mereka punya ego masing-masing. Gue nggak ngerti sama jalan pikiran orang tua. Dulu... gue pernah minta mereka untuk jangan pisah dulu pokoknya, sampai bermohon-mohon. Kalau sekarang, bingung jadinya harus gimana."
"Jadi sekarang..., lo mau apa Tis?" Pertanyaan Baza itu seketika keluar.
"Mau kaya."
Ah, sepertinya cowok itu salah bertanya.
"Atau kalau nggak jadi kaya, minimal gue diadopsi sama emaknya Haryan, ya, kan, Yan?" Tisya menyengir lebar sambil mengedipkan mata berulang kali, menatap cowok botak di depannya.
"Dih, ogah gue. Bisa habis semua warisan gue direbut lo."
"Gue jadi anak yang nggak dianggap aja nggak papa."
"Nggak!"
"Yannn, gue jadi apa ya... gue jadi istri kesekian lo aja nggak papa, deh."
"Ya Allah, malah tambah ogah!" Haryan kontan berlari ke belakang Baza. "Baja, tolongin!"
Baza hanya menghela napas kasar. "Ya, tunggu."
* * *
Bosan dengan kehidupan sekolahnya yang sekarang, Tisya memilih untuk berjalan-jalan keliling sekolah bersama Shinka dan Liza. Mereka sudah percaya diri dengan prinsip, "Sudah kakak kelas nih, senggol dong."
Mereka berjalan-jalan ke Jurusan Multimedia yang merupakan jurusan untuk anak orang berduit, katanya. Sebab rata-rata keluarga siswa di sana mampu membelikan anak-anak mereka sebuah laptop seharga sepuluh juta rupiah. Sebagai cewek yang sangat memandang dompet, Tisya menjadikan jurusan tersebut sebagai target untuk mendapatkan cowok baru.
Yah, padahal baru saja dia menjomlo, sekarang sudah mencari mangsa lagi.
Tisya dan yang lainnya pergi ke kelas Baza.
Tidak jadian lagi sama Baza tidak apa-apa, asalkan bisa jadian sama 'yang seperti Baza'-lah minimal.
Namun, yang dia dapat hanyalah para cowok tukang gombal semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisya dan Tisyu
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Tisya suka memainkan perasaan laki-laki dengan memanfaatkan kecantikannya. Tisya selalu membuat mereka merasa diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan hingga tak berarti. Yang ganteng dia patahkan, yang baik dia buang, yang kaya...