Patru itu memang terlalu obsesi dengan Tisya. Jelas. Begitu mendapatkan kesempatan dari Tisya yang selama ini dia idam-idamkan, dia kontan memperlakukan cewek itu dengan baik seperti berlian yang mahal yang tidak boleh terkena debu apa pun. Dia membelanjakan Tisya banyak hal, dia mengajak Tisya jalan ke tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi, dan dia senantiasa menaruh perhatian kepada Tisya.
Dia memperlakukan Tisya seperti seorang ratu dan membanggakannya ke seluruh teman-teman di tongkrongan. Baik di tongkrongan kafe siswa-siswa yang satu sekolah dengannya, maupun sekolah lama. Patru sangat bangga memiliki pacar secantik Tisya. Dia pamer ke mana-mana, kalau bisa di semua media sosial.
Tisya jadi terlena, lupa pondasi awal. Lupa dengan penyakit yang Rilda bilang dahulu kala. Lupa dengan peringatan Shinka. Lupa dengan masalah hidup dan kebingungan akan masa depan yang pernah singgah di kepala. Bersama Patru, hidup Tisya perlahan kembali bahagia sampai memasuki semester kedua di kelas 12 Akuntansi 3 dan dia mendengar sebuah rumor.
"Tisya, sumpah Tisya, kaget gue!" Shinka yang baru datang pagi-pagi itu langsung menghambur meja mereka berdua di kelas. "Lo percaya nggak kalau gue bilang, semalam gue liat Patru jalan sama cewek lain?"
"Hah?" Tisya menoleh. "Ah, nggak mungkin."
"Ih suer!!!" Shinka berusaha mengatur napasnya. "Coba lo cari tau lagi, deh, Tis. Dia itu di belakang lo banyak banget cadangannya! Gue liat semalem, ada dua, di kanan sama di kiri."
"Lo ada bukti?" Pertanyaan itu membuat Shinka kontan menunjukkan foto pada ponselnya. Foto yang didapat hanyalah tampak belakang dari seseorang yang merangkul dua perempuan, di kanan dan di kiri, belum diketahui pasti. "Ah, bisa aja itu orang yang mirip sama Patru."
"Patru!" Shinka menegaskan. "Ini gue nangkepnya kebetulan aja pas dia lagi menghadap belakang, padahal emang aslinya. Gue bisa pastikan ini valid dan nggak bohong. Gue liat dengan mata kepala gue sendiri. Lo harus percaya dan hati-hati!"
"Kalau begitu, kenapa dia selama ini ngemis sama gue untuk balikan?"
"Ya mana gue tau! Bisa aja dia cuman mau nambah koleksi atau apalah-apalah, lo cari tau sendiri dan hati-hati. Emang dari awal feeling gue udah nggak baik, sih, sama itu orang. Emang dia effort banget ngejar lo, nanti pas udah dapet, wasalam."
"Tapi dia masih nge-treat gue dengan baik, tuh?"
"Baru seminggu! Tunggu sebulan. Pokoknya hati-hati aja, jangan terlalu berharap, nanti lo yang sakit atau lebih parah."
* * *
Kalian pikir Tisya kuat? Remaja itu sedang menangis di dalam rumahnya sekarang. Sudah diangkat tinggi-tinggi bagai keluar dari bumi, tahu-tahu dijatuhkan sampai teriris hati. Tisya memang tidak terlalu percaya pada Patru sejak awal mereka balikan, bahkan Baza sempat tidak setuju, tetapi dari cowok itu memperlakukannya dengan baik, Tisya jadi memiliki harapan lagi.
Memang, terjebak dalam lubang setan yang terkait dengan perasaan terhadap lawan jenis hanyalah akan membuatnya tidak mampu bergerak maju. Tisya memang merasakan kesenangan, tetapi perlahan pendidikan mulai terlupakan. Dia sudah jarang belajar di kelas, mengerjakan PR, yang di pikirannya hanyalah Patru dan bagaimana nanti mereka bersatu.
Mendengar rumor dari Shinka bahwa Patru itu punya banyak koleksi saja membuat Tisya sakit hati, apa kabar melihat sendiri? Apakah Tuhan sedang memberikan sebuah petunjuk agar dia segera berlari?
Demi menghibur diri, akhirnya Tisya memutuskan untuk kembali menghubungi para sahabatnya, Haryan dan Baza, untuk menonton pertunjukan teater dari sebuah SMA di kota mereka. Judul naskah yang akan dipentaskan adalah "Sebelum Senja Permata" dari Teater Ranestra Jaya, SMA Nusantara Jaya. Begitu masuk di dalam ruangan pentas, Tisya terpisah dari dua sahabatnya dan duduk di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisya dan Tisyu
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Tisya suka memainkan perasaan laki-laki dengan memanfaatkan kecantikannya. Tisya selalu membuat mereka merasa diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan hingga tak berarti. Yang ganteng dia patahkan, yang baik dia buang, yang kaya...