Siapa yang bisa tenang saat jam pembelajaran pertama kalau orang yang diincar ternyata pindah sekolah demi bertemu kita? Tarik napas dulu, tarik napas.
Tisya jadi tidak bisa fokus seharian karena kelakuan di luar nalar Patru hari ini. Dirinya juga tidak bisa berpikir bahwa cowok itu pindah karena keinginan belaka. Dia sudah tenggelam dalam gede rasa alias GR.
Alasan Patru menjadi penyusup hanya karena ingin melihat kawasan sekolah ini sangat tidak masuk akal, bagi Tisya. Sekolah Patru sebelumnya pasti lebih bagus dan tertata di segala bidang.
Jelas di sini, alasan Patru pindah pasti karena seseorang. Tisya, misalnya. Gede rasa dulu, kecewa kemudian. Buktinya saja, Tisya kerap kali bertemu dengan cowok itu di halte, di jalan menuju rumah, dan terakhir saat cowok itu dengan nekat menyamar menjadi siswa SMK Wardhana Adibasra.
Bukannya masuk akal bila Tisya langsung saja berpikir bahwa Patru itu memang mengejarnya? Haha, pusing sekali kepala Tisya ini.
Dia merasa sudah seperti Haryan saja, plin-plan total. Katanya sudah malas berurusan sama laki-laki, tapi masih bersahabat dengan Haryan dan Baza. Katanya juga, dia mau gagal move on saja, tapi balik lagi tertarik dengan Patru.
Jika ditanya, apakah Tisya sering lelah dengan diri sendiri? Jawabannya, yaaa, sudah seperti hobi.
Jam istirahat berdering, membuat cewek itu bergegas berjalan menuju kantin. Sempat, dia pergi ke kelas Patru untuk memastikan niat cowok itu pindah ke sekolah ini.
Namun, tidak ada apa pun, dia mau kecewa, tetapi saat ini bukan jamnya untuk bersedih. Ya benar, karena ini jam istirahat. Untuk apa bersedih bukan? Makan dulu, makan dulu. Tisya lantas melanjutkan langkahnya menuju kantin dan minta ditraktir Haryan.
Oh ya, dia harus cerita ini ke Haryan.
* * *
"Pasti cowok lagi," tandas Haryan saat sahabat ceweknya itu datang dengan senyuman semringah tiada tandingan. "Gue normal Tis. Kalau lo bahas cowok mulu, gue yang capek."
"Tapi ini keren banget Yan, Ya Allah lo harus tau."
Haryan meringis. "Nggak mau ah, gue mau bolos dari sesi curhat koleksi cowok lo, sekali aja. Soalnya gue udah paham ending-nya, selesai secara nggak baik."
“Lo masih inget nggak, sih, cowok yang gantengnya melebihi Baja?” Tisya malah melanjutkan sesi ceritanya, tak peduli jika Haryan harus menolak ratusan kali.
Anehnya, si Haryan juga tetap menyimak saja dengan baik dan benar secara natural, padahal tadi dia menolak.
“Terus, terus?” Haryan jadi penasaran dengan cerita Tisya.
Tisya lanjut menerangkan, “Cowok itu pindah ke sekolah ini, masa! Dia yang kemarin menyusup ke sini, sampai kita harus diperiksa dulu di depan gerbang, sebelum masuk ke sekolah. Paham nggak? Paham nggak?”
"Hah? Masa ada mahluk kayak gitu?"
"Iyaaa."
Tawa Haryan menyembur. “Lebih baik lo nulis cerita di Wattpad Tis, daripada ngarang kayak begini.”
Tisya kontan mencabik lengan Haryan. “Gue nggak ngarang, arrgh!”
Patru saat itu masuk ke kantin sendirian dengan satu tangan yang masuk ke dalam saku. Tepat sekali pandangan Haryan bertumbuk dengan cowok itu. Keduanya tersenyum sekilas.
Oh, ternyata Tisya nggak boong.
Itu saja yang Haryan tangkap dalam pikirannya sebelum Tisya mendorongnya untuk menjauh cepat-cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisya dan Tisyu
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Tisya suka memainkan perasaan laki-laki dengan memanfaatkan kecantikannya. Tisya selalu membuat mereka merasa diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan hingga tak berarti. Yang ganteng dia patahkan, yang baik dia buang, yang kaya...