Hai guys! Cuma mau bilang, part ini panjangnya 2400an, pastikan kalian bacanya dalam keadaan tenang yaaa, perhatikan kesehatan mata juga, oke?
Part ini seru, kok, masih tentang PKL. Jangan lupa tinggalkan vote ya. Happy reading!
~ Tisya dan Tisyu ~
Gajian pertama PKL akhirnya Tisya dapatkan, tapi semua uang itu hampir habis dia gunakan untuk membayar utang ke kakaknya, tinggal lima puluh ribu. Tisya pernah meminjam uang kakaknya untuk memperbaiki layar ponsel yang rusak tempo hari akibat disembunyikan oleh orang tidak bertanggung jawab, ingat? Ya, kejadian itu merugikan sekali.
Andai hal ini bisa dilaporkan, sudah Tisya laporkan. Namun, Liza lebih dominan di sana. Tidak ada yang mau mendengarkan Tisya mengadu dan dia juga tidak memiliki video bukti.
Setiap hari, Liza selalu mengajak Mbak Azizah bercerita. Entah bercerita tentang apa, yang jelas mereka berbicara dengan suara dalam lalu tertawa habis itu. Memang sudah sangat dekat.
Terkadang Liza bablas menceritakan kehidupannya. Tentang dia yang sudah berjualan sejak muda, tentang dia yang punya penghasilan banyak, dan tentang dia yang sudah bisa membeli ponsel pakai uang sendiri. Memang bagus. Sangat bagus. Liza memanglah keren, tidak seperti Tisya yang mencari muka saja tidak bisa. Liza sangatlah brilian, bravo!
Tidak ada siswa PKL yang bisa menandingi kemampuan Liza. Tidak ada siswa PKL yang sekeren Liza. Tidak ada satu pun siswa PKL yang mampu membentuk lingkaran pertemanan bersama para karyawan muda, ikut jalan saat akhir pekan ke pusat kota, dan tertawa cekikikan bersama karyawan seperti Liza.
Kalau ada barang yang disembunyikan oleh Liza pun, itu salahnya pemilik barang. Siapa suruh meletakkan sembarangan. Kalaupun barang itu rusak, itu tetap salah pemiliknya, siapa suruh membiarkan Liza menyembunyikannya. Kepercayaan diri Liza sudah menuju tak terbatas dan melampauinya, seperti Buzz Lightyear dari animasi Disney Pixar "Toy Story". Bedanya, Buzz Lightyear itu setia kawan.
Sementara Tisya? Haha, dia tidak peduli Liza mau sedominan apa pun, terserah, yang penting sekarang PKL-nya selesai.
Memasuki bulan kedua PKL, Tisya datang membawa sarapan berupa kue-kue dan gorengan, sebagai camilan saja. Tak lupa, dia membelikan untuk para karyawan, mengingat dia juga baru gajian dan ada uang yang masih tersisa. Berbagai macam dia beli, mulai dari bolu kukus, donat, kue lapis, gorengan, dan lain-lain.
"Bawa apa?" Liza bertanya.
Tisya meletakkan belanjaannya di meja makan, meraih piring dari lemari kantor setelah izin ke Bu Nami, dan menatanya. "Sarapan aja."
Dengan wajah tak berdosa itu, Liza meraih satu bolu kukus gula merah dan memakannya. Semenit, dua menit masih aman.
"Bolunya pahit," komentar Liza, tetapi dia habis memakannya.
"Hah, emang iya?" Tisya yang sedang memakan donat lantas buru-buru menghabiskannya dan meraih bolu kukus gula merah. "Enggak, kok."
"Coba, deh, makan yang lama. Pahit!" Liza berseru-seru.
Pagi itu, kantor masih sepi. Hanya ada Bu Nami yang sedang berbolak-balik membersihkan kantor usai mencuci piring. Sesekali dia bergabung untuk sarapan bersama Tisya dan Liza.
Tisya memakan bolu itu, berusaha terlihat santai walau Liza sudah berapi-api. Memang bolu itu pahit, benar. Tisya tidak menyangka bila bolu kukus gula merah yang dia beli di toko kue dekat sekolah ternyata begini. Dia juga tidak berekspektasi rasanya akan pahit, karena selama beli di sana rasa semua kuenya enak-enak saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisya dan Tisyu
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Tisya suka memainkan perasaan laki-laki dengan memanfaatkan kecantikannya. Tisya selalu membuat mereka merasa diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan hingga tak berarti. Yang ganteng dia patahkan, yang baik dia buang, yang kaya...