52 - Sisa Rasa

180 33 69
                                    

Patru berdesis lagi seraya meletakkan dagu di puncak kepala Tisya. "Aku sayang kamu Tisya. Kamu sayang nggak sama aku?"

Sekilas, Tisya merasa luluh.

Namun, ucapan Patru selanjutnya membuat ragu seketika. "Kalau kamu sayang sama aku Tisya, bisa tolong kasih bukti?"

Ada yang tidak beres. Tisya mulai merinding. Dalam dekapan, tangan cowok itu mulai lagi turun ke bawah, secara perlahan. Tisya ingin memberontak dan berteriak keras biar setidaknya ada yang memperhatikan untuk memisahkan mereka. Setidaknya ada yang sadar bahwa adegan ini bukanlah adegan romantis yang dia inginkan. Dia risi sekali!

Di detik sebelum tangan Patru mulai meraba ke area yang lebih sensitif, Baza datang dengan segelas minuman yang langsung ditumpahkan ke kepala cowok itu.

Semua orang jadi terkejut, apalagi Patru yang refleks melepas Tisya dari pelukannya. Cewek yang sudah risi itu jadi kecipratan basah juga, tapi sedikit saja, di bagian depan gaunnya. Begitu merasakan dirinya bebas, dia kontan menjauh untuk menyelamatkan diri, membiarkan Baza mengambil alih dengan menyeret Patru menjauh dari kerumunan remaja.

Baza menghempas tubuh Patru di halaman samping rumah Haryan. Di sana sepi dan dia bebas menginterogasi. "Ngapain lo tadi?!"

Patru hanya tertawa remeh.

"Jawab!" Baza menarik kerah baju Patru dan melemparnya keras sampai terjerembap seperti tadi siang. "Gue sadar, lo dari awal memang nggak beres!"

Sekali lagi Patru hanya tertawa, seperti orang gila.

"Di sini bukan tempat berzina asal lo tau!" bentak Baza, "Dan Tisya bukan cewek kayak yang lo pikirin! Sekali lagi gue temukan lo apa-apain Tisya, demi Allah, Patru... lo nggak akan gue biarin selamat."

Melihat respons Patru yang hanya menatapnya tajam-tajam, Baza refleks menendang tubuh cowok itu.

"Sorry, itu balasan karena lo sudah berniat buruk sama Tisya." Baza memanggil dua satpam rumah Haryan untuk menyeret Patru pergi dari acara.

Sebelum menghilang dari hadapan Baza, Patru memberontak dari dua satpam untuk mengucapkan kalimat, "Inget Baza, gue nggak akan berhenti sampai gue dapetin Tisya!"

"Emang Tisya mau sama lo? Liat aja tadi, dia sudah jijik," tandas Baza saat Patru akhirnya dipaksa pulang oleh para satpam dengan tegas.

Baza masuk ke dalam rumah Haryan dan mencari Tisya. Namun, dia tidak menemukannya. Dia berkeliling ke ruang tamu, ruang tengah, ruang makan, dan lantai dua. Dia bertanya hampir ke setiap teman di SMP, tetapi tidak menemukan Tisya. Pikirannya sudah terbang ke mana-mana, jantungnya ikut berdegup kencang, takut saja bila Patru berhasil lolos dan membawa Tisya pergi bersamanya.

Baza berlari keluar rumah Haryan lagi dan bertanya pada dua satpam untuk memastikan bahwa Patru pergi sendiri.

"Oh anak yang kebanyakan ketawa itu ya Mas Baja, dia tadi pulang sendiri tanpa Mbak Tisya, jadi aman saja."

Mendengar jawaban itu Baza berlari lagi masuk ke dalam hingga dia menemukan Tisya yang ternyata berada di tengah kerumunan, berbaur hingga susah terlihat.

Sebelum Baza sampai, Tisya lebih dulu berteriak memanggil nama Haryan yang kebetulan lewat. Namun, tentunya cowok itu sedang tidak siap untuk diajak berdebat, Haryan pun kabur dan pura-pura tidak mendengar.

Dari belakang, Baza sadar satu hal, gaun Tisya terlalu ketat dan terlalu memperlihatkan bentuk badannya. Beberapa pandangan cowok-cowok sekitar juga mulai fokus ke cewek itu ketika lewat. Seperti mesin scan, mereka mengamati tubuh Tisya dari bawah sampai ke atas pandangan nafsu.

Tisya dan TisyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang