08 - Kok, Dia Sudah Move On?

225 65 17
                                    

Para cowok di kelas Tisya rata-rata menyebalkan. Bisa-bisanya saat pelajaran akuntansi dasar berlangsung, ada saja cowok tidak jelas yang diam-diam menatapnya, lama. Yah, Tisya sebagai manusia langsung merasa risi dan refleks introspeksi diri.

Saat bel istirahat berdering, cepat-cepat dia pergi ke toilet dan bercermin. Ternyata tidak ada yang salah, kok! Berulang kali cewek itu berputar, ke samping kanan, kiri, tetapi tidak menemukan apa pun yang aneh.

"Salah gue di mana ya? Apa karena gue terlalu cantik?" Tisya terkekeh sendiri. "Ah ya, bener, gue emang cantik abis."

"Mungkin dia naksir, udahlah Tisya, to the point aja," sambung cewek berambut hitam kecoklatan itu dengan bergumam.

Lantas dia melangkah keluar menuju kantin sekolah dan mencari si dompet tebal, alias Haryan. Namun, sebelum sampai, dia tak sengaja menubruk cewek yang lesu sekali.

"Eh, sorry, sorry, sorry ya!" Tisya kontan menarik bahu cewek itu kuat, soalnya sudah hampir ambruk seperti orang mau pingsan. "Lo kenapa?"

Si cewek lesu itu tidak menjawab, lalu menggelengkan kepala saja dan lanjut berjalan menuju toilet.

Tisya sendiri jadi takut melepas cewek itu. Ya, takut tersandung apa-apa. Untung saja dia sempat melihat name tag cewek itu untuk berjaga-jaga bila mereka bertemu lagi. Namanya adalah Aunia Karlivasya, siswi kelas 10 Multimedia 2.

"Hm, cantik banget, sih, tapi kayak sakit gitu. Emang sakit ya?" Tisya bertanya pada diri sendiri, sekilas, dia pun tersadar, "Dah, ah, bukan urusan gue, ngapain peduli amet."

Saat mau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba dia berpapasan dengan Baza yang terlihat seperti sedang mengintai seseorang. Jarang sekali cowok itu mau pura-pura lewat di depan toilet perempuan, seperti menunggu seseorang. Uh, Tisya langsung gede rasa.

"Baja?" Tisya mencoba menahan senyum. "Ngapain?"

"Oh enggak-enggak, tadi kayak ada yang aneh."

Tisya jadi curiga. "Apa yang aneh?"

"Nggak papa Tis, ayo ke kantin!"

Jangan remehkan insting perempuan. Cewek bertubuh ramping itu kontan menoleh ke arah Aunia yang berjalan tadi, curiga. Jangan-jangan Baza... ya ampun. Tisya jadi kepikiran sepanjang jalan menuju kantin.

Tisya duduk di sebelah Haryan saat sampai di kantin. "Yan, laper!" keluhnya dengan suara yang diimut-imutkan.

"Jangan terlalu berisik elah," tegur Haryan. "Lo mau apa, btw? Pesen aja, nanti gue bayar."

Senyum Tisya merekah. "Wih, traktir nih?"

"Iya, pesen aja." Haryan kembali berbicara dengan Tirot yang sedang makan di sampingnya.

"Yang bener?"

"Iya."

"Masa?"

"Ya, Tis."

"Lo ikhlas nggak, sih, Yan?" tanya Tisya sekali lagi. "Males, deh, kalau nggak ikhlas."

"Allahu Akbar." Haryan menghela napas. "Ikhlas Tisya."

"Hehe, oke-oke, laper banget soalnya. Rejeki nggak boleh ditolak."

Begitu melihat pandangan Baza yang tertuju pada satu orang, Tisya mendadak kenyang. Kepalanya kontan menoleh ke arah pandang cowok pendiam itu, tepatnya ke seorang cewek yang sedang berbincang ria.

Itu cewek lesu tadi di toilet, si Aunia Karlivasya.

Tisya mengernyit dan menjentikkan jari di depan wajah Baza. "Kenapa Ja?"

Tisya dan TisyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang