56 - Sama-sama Tidak Sadar Diri

180 38 20
                                    

content warning // kekerasan

~ Tisya dan Tisyu ~


Dia ada di sana.

Setelah dua minggu hidup dalam ketenangan tanpa diganggu, Patru muncul lagi di kehidupan Tisya.

Ya, bukan hanya muncul, dia berdiri di depan rumah Tisya dengan berkacak pinggang. Menunggu cewek itu pulang dari sekolah.

Tisya segera bersembunyi di balik rumah tetangga begitu mendapati Patru sedang menunggunya pulang di depan rumah. Itu sangat mengerikan, meresahkan, dan menyebalkan. Sudah cukup baginya kejadian dua minggu yang lalu. Dia tidak mau lagi. Dengan kepalan tangan, Tisya berjalan menghampiri cowok itu.

"Ngapain lo di sini?" tanya Tisya ketus.

"Simpel." Patru berbalik. "Pasti kamu sudah ngerti."

"Dih, apaan?" Tisya melangkah mundur. "Sekali lagi lo berani lakuin hal aneh-aneh ke gue, gue nggak akan segan-segan cabut kepala lo."

Patru hanya terkekeh. "Omongan kamu itu terlalu tinggi Tisya, terlalu banyak drama. Kamu aja waktu itu nggak berani, kan? Udahlah. Kamu itu masih sayang sama aku, kamu itu nggak bisa lepas dari aku. Apa lagi? Sudah, ayo kita berdamai aja."

"Enggak," bantah Tisya tegas. "Mulai hari ini, detik ini, kita putus. Sampai kapan pun gue nggak akan pernah mau balikan lagi sama lo. Cowok kurang ajar, stalker, dramatis! Cuih!" Dia meludah ke sebelah kiri.

Lagi, kemampuan Patru untuk mendrama itu kembali. Dia menunjukkan wajah sedih, seolah sangat kecewa dengan ucapan Tisya.

Lagi, kalimat itu terulang lagi. "Kalau begitu, aku mau bunuh diri aja."

"Bunuh diri aja sana! Gue nggak peduli," ketus Tisya, "pembohong!"

Patru melangkah mendekat. "Tisya...."

Tentu, Tisya melangkah mundur. "JANGAN DEKET-DEKET!" Suaranya itu berhasil memanggil telinga-telinga para tetangga. Beberapa orang yang sedang berdiam diri di dalam rumah, segera bangkit dan menguping di jendela.

"Kembaliin semua uang yang aku kasih ke kamu kalau begitu," tutur Patru tiba-tiba. "Sekarang, aku nggak mau tau. Kalau sampai kamu nggak kembalikan sekarang, kamu siap jadi pasangan aku selamanya. Cepat kembalikan!" Dia melangkah semakin dekat.

Keberanian Tisya sedikit tergoncang, langkahnya ikut mundur seiring dengan Patru yang mendekat. Dia mengambil ponsel untuk menelepon salah satu sahabatnya. Uangnya memang masih ada, tetapi tidak cukup bila harus mengganti semua uang Patru.

Dia memang salah. Ini semua salahnya yang sudah terlena diberi uang sama orang yang jelas-jelas berbahaya.

"Cepat!" Tangan Patru beralih untuk menepis tangan Tisya yang memegang ponsel.

Benda pipih itu terjatuh ke tanah, membuat Tisya tunduk sekilas untuk mengambilnya. Namun, disitulah Patru mengambil kesempatan untuk menjambaknya. Kuat, sampai cewek itu berteriak meminta tolong.

"Sialan lo, Pat!" maki Tisya.

"Kamu berani sama aku, hm?" Cowok dengan ekspresi meremehkan itu bertanya. "Nggak usah sok berani deh Tisya, tenaga kamu itu nggak ada apa-apanya dibanding aku."

Tisya meronta-ronta begitu rambutnya ditarik semakin kuat. "LEPASIN NGGAK?!" Tangannya berusaha mencakar dan mencabik lengan Patru, tetapi kalah kuat. "Lo cowok gila!!!"

Tidak ada tetangga yang datang sama sekali. Itu berarti Tisya harus menyelesaikannya sendiri.

Ya, ini masalahnya sendiri.

Tisya dan TisyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang