Tindakan ternekat yang pernah dilakukan Tisya memanglah mendaftar sebagai mahasiswa baru di Universitas Terbuka Jakarta. Untuk sistem pendidikan, dia memilih SIPAS Semi atau Sistem Paket Semester Semi, di mana dia akan menjalani perkuliahan Tutorial Tatap Muka (TTM) Wajib maksimal untuk tiga mata kuliah. Untuk bantuan belajar, Tisya memutuskan untuk mengikuti Tutorial Online atau TUTON yang dapat membantunya memahami, menguasai materi, dan mendapatkan feedback dari tutor.
Tentunya selama berkuliah, mahasiswa tidak akan pernah lepas dari yang namanya tugas, sehingga Tisya akan kembali menyelam untuk mempelajari berbagai modul yang diberikan, rutin setiap hari.
Dia masuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi, sejalan dengan jurusannya saat masih di SMK dulu. Untung saja dia sempat bekerja menjadi pegawai toko dan mempelajari ulang akuntansi dasar selama bekerja, sehingga saat masuk, otaknya tidak sekosong seperti saat baru lulus SMK.
Bekerja sambil berkuliah memang terasa sangat lelah. Tisya harus pandai mengatur waktunya sebaik mungkin atau dia akan keteteran. Dia juga harus pandai mengatur gaji sendiri demi membayar biaya kuliah setiap semester, karena uang dari orang tuanya dia gunakan untuk membayar kos dan biaya makan sehari-hari. Tisya merasa beruntung sempat bekerja selama setahun sebagai pegawai toko. Dengan begitu, dia bisa memiliki tabungan yang menjadi dana darurat apabila terjadi sesuatu selama berkuliah.
Di semester pertama, dia merasa sangat tertekan karena dia harus beradaptasi dengan sistem pendidikan sekaligus bantuan belajar. Dia harus mengerjakan tugas setiap minggu dan mengikuti diskusi bersama mahasiswa-mahasiswa lainnya.
Di masa awal masuk kuliah, jantung Tisya sering kali berdegup tak stabil hingga sekujur tubuhnya terasa dingin, saking takutnya dengan apa yang akan dia hadapi. Bahkan di dua minggu pertama, dia masih suka kelupaan atau bingung harus mengerjakan tugas yang mana dulu, padahal waktu perkuliahan di Universitas Terbuka itu sudah fleksibel untuk pegawai toko seperti dirinya.
Lambat laun, dia menyadari bahwa ujian yang dia lakukan selama berkuliah bukan hanya masalah biaya dan waktu, tetapi juga perang melawan diri sendiri yang selalu takut, ragu, dan terkadang malas karena terlalu lelah bekerja.
Beberapa kali Tisya sempat menyesal telah nekat kuliah. Namun, dia memilih untuk lanjut sampai selesai. Yah, walau diiringi dengan banyak tangisan.
Tisya merasa dirinya sebagai mahasiswa sangat berbeda dari dirinya semasa SMK. Tak ada lagi pemikiran tentang cowok; yang dia pikirkan hanyalah masalah hidup dan bagaimana caranya supaya bisa lulus dari universitas. Itu saja.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, Tisya sudah melewati dua semester menjadi mahasiswa. Dia mulai terbiasa dan sudah bisa mengatur jadwal kegiatan sehari-hari. Dia berpikir untuk mencari uang tambahan.
Dan kebetulan, dia mendapat telepon dari ibunya Haryan. Tanpa berpikir panjang dia pergi ke alamat restoran di mana mereka akan bertemu di liburan semester menjelang semester tiga.
Begitu masuk ke dalam restoran serba mewah dengan nuansa serba putih itu, Tisya merinding. Sudah lama sekali dia tidak menjadi benalu pada kedua sahabatnya itu. Tidak ada lagi namanya nongkrong di kafe, jalan ke mal, atau sekadar mendapat es krim gratis. Jujur saja dia merindukan suasana persahabatan yang lama, tetapi tidak pernah merindukan dirinya yang lama.
"Tisya!" Haryan melambai saat menyadari kehadiran cewek itu.
Rambut Haryan kini menjadi lurus, gondrong, dan dikucir rendah, tetapi jauh lebih rapi daripada sewaktu di SMK dulu. Beberapa helai rambut dia biarkan turun ke dahi. Dia mengenakan kaus hitam yang dibalut dengan jaket kulit berwarna merah, warna favoritnya, dengan celana denim berwarna hitam juga. Kulit sawo matangnya terlihat lebih terawat selama tinggal di Sydney, membuat auranya yah... lebih mahal dan memang seperti anak orang kaya, bukan lagi anak kolong jembatan seperti kata teman-teman di SMK dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisya dan Tisyu
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Tisya suka memainkan perasaan laki-laki dengan memanfaatkan kecantikannya. Tisya selalu membuat mereka merasa diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan hingga tak berarti. Yang ganteng dia patahkan, yang baik dia buang, yang kaya...