29 - Dokumen Pemicu Keributan

154 42 7
                                    

Gemeletuk gigi terdengar sepanjang koridor. Kakinya ikut bergetar. Sekujur tubuh mulai dingin. Jarinya pun menjadi pelampiasan untuk digigit. Itulah reaksi Tisya begitu mendapati perusahaan yang akan ditempati PKL atau Praktik Kerja Lapangan ternyata adalah perusahaan tempat ayahnya bekerja.

Nama perusahaan tempat PKL Tisya dan Liza adalah PT Jaya Kusuma Hatta, perusahaan jasa yang bergerak di bidang kepelabuhanan.

Tisya sama sekali tidak menyangka bahwa perusahaan yang dimaksud Liza adalah perusahaan yang didirikan sejak tahun 2000 ini, tempat kerja ayahnya sendiri. Bisa habis dirinya karena tidak bisa bergerak bebas selama PKL di sana.

Hei, tapi, bukankah ayahnya terkadang tidak peduli?

Tisya mematikan layar ponselnya dengan mendengkus. Membaca pesan dadakan di pagi hari memang berisiko membuat mood berubah dan dampaknya bisa jadi berkepanjangan, seharian.

Liburan semester sudah berlangsung di bulan Desember 2018 ini, tetapi bagi siswa-siswa yang akan PKL, libur itu bisa disebut tidak ada, sebab mereka akan berkutat dengan persiapan PKL untuk bulan Januari hingga Maret 2019. Tisya bisa saja meminta dirinya untuk batal PKL di perusahaan yang sama dengan Liza, tetapi dua hari yang lalu, pamannya Liza sudah mengirimkan surat pengantar dari sekolah, CV, dan transkrip nilai ke perusahaan.

Tisya dan Liza juga sudah mendapat pesan dari karyawan dari departemen HC atau Human Capital bahwa lamaran PKL mereka telah diterima dan mendapat surat balasan yang bisa diberikan kepada kepala jurusan. Surat balasan itu kembali diberikan kepada pamannya Liza selaku penghubung keduanya. Jadi, Tisya dan Liza memang tidak pernah bertemu langsung dengan karyawan itu, sama sekali.

Hari ini seluruh siswa kelas 11 datang ke sekolah untuk memberikan surat balasan dari perusahaan. Liza tidak mau masuk hari ini, karena dia merasa sudah tidak ada yang harus diurus lagi, mengingat dia menggunakan jalur orang dalam. Dia juga memaksa Tisya untuk tidak datang, tetapi karena Tisya tidak ada kerjaan, dia jadi datang saja.

Bu Suti selaku kepala jurusan pun sudah menghubungi Tisya langsung melalui panggilan pada ponsel untuk datang ke sekolah secepatnya. Jadi cewek itu memiliki alasan lebih jelas untuk datang ke sekolah.

Sempat terjadi selisih paham di antara Liza dan Bu Suti. Liza yang didukung pamannya mengatakan bahwa tidak ada lagi yang harus diurus ke perusahaan karena jelas dia dan Tisya sudah diterima, sementara Bu Suti masih mengatakan bahwa masih ada satu langkah lagi yang diurus, sesuai prosedur sekolah.

Liza, di belakang, mengomentari tindakan Bu Suti ini dapat membuat pihak perusahaan marah. Dia bahkan memaksa Tisya untuk tidak datang ke sekolah dan mengungkapkan bahwa ayah Tisya kebetulan juga kerja di sana. Jadi, mereka tidak perlu mengurus apa pun lagi, tinggal santai selama libur dan PKL nanti di bulan Januari.

Inilah yang membuat Tisya bingung. Ikut teman atau ikut perkataan guru?

Ikut perkataan guru saja dulu.

Dia memutuskan untuk menemui Bu Suti di sekolah. Beliau berkata bahwa pihak sekolah memberikan sebuah dokumen tanda terima yang harus ditandatangani dan diberi stempel, Tisya harus ke perusahaan untuk meminta dua itu saja langsung ke karyawan.

Itu saja. Sesimpel itu. 

Kebetulan Tisya tidak pernah ke perusahaan itu secara langsung, jadi dia nekat ke sana sendirian dengan jalan kaki, karena tidak jauh.

Dengan jantung yang tidak bisa diajak kompromi, Tisya meminta izin kepada bapak di pos satpam depan gedung perusahaan.

"Dari mana Dek?"

Dengan suara yang dilembut-lembutkan Tisya menjawab, "Saya dari SMK Wardhana Adibasra Pak, mau mengantar dokumen tanda terima ke dalam."

"Ke karyawan siapa lebih tepatnya, Dek?" Bapak bertubuh gemuk dan berkumis itu bertanya lagi dengan alis berkerut, tidak akan mempersilakan Tisya masuk kalau belum ada informasi valid.

Tisya dan TisyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang