Terlalu manis.
Ya, ini terlalu manis, Tisya bisa-bisa kena diabetes jalur bucin. Tiap hari, Patru selalu mengiriminya pesan yang topiknya bermacam-macam. Mulai dari pelajaran sekolah seperti materi Ekonomi Bisnis sampai ke pesan selamat pagi, selamat malam, mengingatkan jangan lupa makan, jangan lupa berdoa, jangan lupa istirahat dan sebagainya. Cowok itu rutin mengajaknya kencan saat akhir pekan, membuat Tisya merasa telah melakukan yang namanya perbaikan gizi dan stabilitas mental.
Sebagai anak yang sering diabaikan keluarga, mendapatkan perhatian seperti inilah yang Tisya inginkan sejak lama. Ingat alasan dia selingkuh dari Baza bukan? Karena selalu didiamkan tanpa sebab, dibiarkan bertanya-tanya sendirian, sehingga keduanya lebih banyak salah paham. Lalu, ingat dengan Novan? Hampir sama saja seperti Baza, berbeda sedikit di obsesi saja, tidak mau putus dengan Tisya sampai lelah sendiri.
"Patru memang paling beda," gumam Tisya ketika dia sedang membalas pesan cowok itu. "Yah walau gue terkadang agak ragu sama dia. Soalnya manis banget di awal itu bahaya, perangkap!"
Sesaat kemudian, Tisya bergumam lagi, "Eh tapi, kalau dia beneran orang yang manis gimana ya? Kalau dia tau gue dulunya pemain perasaan orang, bakal gimana ya? Eh, apa dia pemain perasaan juga jangan-jangan? Kalau gue bales dia nggak kalah romantis juga atau nunjukkin sifat asli gue yang terlalu aneh ini, dia bakal hilang tiba-tiba kayak yang lain nggak ya?"
Namun, sejauh ini juga, belum pernah Tisya melihat tingkah laku aneh Patru di dunia nyata maupun di media sosial. Patru tidak suka terpana bila melihat cewek cantik lewat atau sekadar meliriknya dari kejauhan. Bersih, alias tidak pernah kelihatan melirik sekali saja. Seperti seseorang yang sudah bersyukur punya pacar seperti Tisya.
Pengikut cowok itu di Instagram hanya 23 orang ditambah Tisya, sementara yang dia ikuti juga sama, itu pun para teman dari sekolah lama yang diundang untuk datang ke restoran saat momen menembak itu. Patru bahkan membuat akun Instagram-nya menjadi privasi atau terkunci, jadi setiap siswa kelas yang ingin mengikutinya, tidak sembarangan diterima. Foto-foto yang di-posting Patru hanya seputar game, jalan-jalan, dan gimnasium.
Lain halnya dengan Facebook. Di sana, Tisya bisa menemukan berbagai macam informasi penting Patru seperti tanggal lahir, keluarga, nama lengkap, dan agama. Sebab dulunya akun Facebook cowok itu pernah dijadikan sebagai sarana untuk mengumpulkan tugas mata pelajaran bahasa Inggris, jadi identitas harus lengkap.
"Hubungan ini terlalu manis, aduh, Astaghfirullah. Bisa nggak ya, request cowok kayak Patru tapi versi yang seagama Ya Allah? Astaghfirullah." Tisya duduk di tepi kasurnya. "Kapan lagi dapet cowok paket lengkap? Nggak pernah hilang tiba-tiba, selalu ada pas dibutuhin, selalu ngabarin walau sibuk bantu orang tua dia, rutin ajak jalan, dan nggak terlalu aktif di medsos. Sayangnya, BEDA AGAMA. Mau putus tapi bingung banget Ya Allah, ini kali ya cobaannya?"
Pesan masuk membuat ponsel Tisya berdering secara bertubi-tubi. Cewek itu nyaris terlonjak saat melihat kalimat pertama yang dikirimkan Patru.
Orang tua aku mau ketemu sama kamu.
Nanti aku jemput ya jam empat sore?
Kamu bisa?
Tisya kontan berlari ke cermin untuk melihat penampilannya yang sekarang. Wajah sedang kusam karena seminggu lupa pakai sunscreen, rambut kusut nan rontok yang belum disisir, celana sependek lutut, dan kaos oblong kebesaran berwarna hijau. Wah, kalau begini, pasti dia harus bersiap-siap dengan lama, sedangkan sekarang sudah jam tiga sore.
"Kalau diajak ketemu orang tua, berarti dia mau serius gitu? Aduh!"
Mau tidak mau Tisya menjawab saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tisya dan Tisyu
Teen FictionSemua orang tahu bahwa Tisya suka memainkan perasaan laki-laki dengan memanfaatkan kecantikannya. Tisya selalu membuat mereka merasa diangkat tinggi-tinggi lalu dijatuhkan hingga tak berarti. Yang ganteng dia patahkan, yang baik dia buang, yang kaya...