39 - Saksi Dalam Keributan

157 38 24
                                    

Malam Sabtu, AKU LUPA UPDATE😭
Kemaren banyak kegiatan, terus tuh pas pulang aku langsung mikir gini, "Apa ya yang aku lupain?" TERNYATA BELOM UPDATE huaaa.

Ada yang nungguin kah?

Maaf ya guys, teasik sangat sama dunia buat aku telupa. Nanti kalau aku lupa, ingatin aja ya di kolom komentar part yang lama.

Oke baiklah, happy reading!

~ Tisya dan Tisyu ~

Omong kosong dengan cukap-cukup.

Setelah mengganti nomor telepon yang baru, Patru tetap bisa melacak Tisya melalui grup chat angkatan Jurusan Akuntansi di sekolah. Dia selalu saja menghubungi Tisya. Entah bertanya sudah makan belum, lagi apa, dan lagi di mana. Tisya sesekali menjawab saja, mengingat sakitnya dia dulu diabaikan oleh Liza. Namun, lambat laun, Patru yang semakin dikasih hati malah meminta jantung.

Ya Tuhan, bagaimana caranya Tisya bertaubat kalau Patru terus kembali? Haruskah Tisya mengajaknya berkomunikasi? Tapi, dia lebih takut. Bagaimana kalau nanti dia bablas balikan karena suatu keadaan terpaksa? Pusing.

Memang, urusan kalau sudah terkait perasaan dengan lawan jenis itu rentan membuat pusing.

Memasuki waktu liburan, Tisya memilih untuk tidak memainkan ponsel apalagi membuka WhatsApp. Malas. Dia membeli dua novel untuk dijadikan hiburan selama libur setelah resmi naik kelas. Di beberapa waktu, Tisya merasa bosan, tetapi itu lebih baik daripada harus memusingkan diri dengan orang-orang yang memiliki obsesi terhadap dirinya.

Beberapa hari masuk liburan, Tisya memutuskan untuk mengajak Baza bermain ke rumah Haryan. Kebosanan itu sudah tidak bisa diabaikan. Namun, begitu sampai di rumah Baza, dia malah mendapati cowok itu membuat studio foto dan sedang melakukan project bersama para siswa dari Jurusan Multimedia.

"Pas banget Tisya dateng! Lo baru aja mau ditelepon sama Baja untuk dateng ke sini!" sambut teman-teman Baza.

Mereka sibuk membuat brosur, dan poster promosi untuk SMK karena sebentar lagi akan ada penerimaan siswa baru. Konsep dalam poster nanti akan fokus mempromosikan setiap jurusan, maka dari itu diperlukan model perwakilan yang akan melaksanakan photoshoot.

Tisya terjebak menjadi perwakilan dari Jurusan Akuntansi.

"Mau ya Tisya, ya?" Beberapa teman Baza bertanya dengan intonasi bersemangat. "Lo cantik aja, kok, cocok banget jadi model buat poster kami. Tolong ya, Tisya, tolong ya."

"Kalau begitu, Tisya pulang dulu ganti seragam jurusan?" Ekspresi Tisya kontan hilang saat ada salah satu teman Baza yang bilang begitu. Jauh-jauh dia jalan kaki ke rumah Baza malah disuruh balik.

Sang pemilik studio akhirnya buka suara. "Gue antar pulang ke rumah kalau gitu."

Raja, Aldo, dan beberapa teman sekelas Baza yang lain lantas menoleh. Baza berdiri, mengambil kunci motor, siap jalan.

"Ayo Tis!" Baza menoleh ke teman-temannya. "Gue titip studio ya," pamitnya, fokus menatap Aldo yang memang sudah menjadi teman paling dipercaya.

"Eh, kenapa Tisya nggak diantar sama yang lain aja?" tanya Aldo. "Daripada lo repot-repot."

Baza hanya mengendikkan bahu. "Sekalian, jemput bareng Haryan."

Tisya menyahut, "Mending gue dianter sama yang lain aja, Ja. Daripada lo, yang punya studio, malah pergi. Nggak enak."

Beberapa teman Baza mengangguk. Itu, kan, studio fotonya Baza, masa pemiliknya pergi. Nanti kalau butuh apa-apa, mereka tanya ke siapa?

"Gue aja yang anter Ja," tawar salah satu teman cewek sekelas Baza, Yeni namanya. "Lo tetap di sini, itu si Aldo banyak kebutuhannya. Beberapa orang yang menetap di sini persiapan studio aja, jadi pas Tisya datang langsung foto."

Tisya dan TisyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang