chp 4

10.4K 962 5
                                    

Renjun bermimpi malam itu, dia bermimpi bertemu sang pemilik tubuh, "huang renjun"
Huang renjun memang mirip dengannya bahkan sangat mirip, mungkin renjun lebih tinggi sedikit tapi itu karena dia sudah berumur 19 tahun dan huang renjun baru berumur 16 tahun.

Huang renjun duduk di bawah pohon besar di tengah padang rumput, suasananya sangat tenang dan juga indah.

"hai"

"hai... Maaf karena mengambil tubuhmu"

"tidak apa santai saja, itu hanya tubuhku tidak ada yang berharga dari itu"

"hahhh, merendahkan diri sendiri itu tidak baik tau"

"hahah aku tau kok, tapi bukannya kita sama ya? Kau juga biasa melakukannya kan?"

"itu berbeda, aku melakukannya karena memang benar sedangkan kau tidak pantas untuk kata yang menyakitkan seperti itu"

"kita sama, dalam hampir segala hal. Aku suka melukis kau juga, aku pendiam kau juga, aku sendirian dan kaupun begitu. Mungkin bedanya kau hidup sedang aku hanya jiwa yang terbunuh oleh keluarganya sendiri" ekspresi huang renjun bahkan tidak berubah saat mengatakannya, atau karena dia tidak ingin ada perubahan yang terlihat? Entahlah.

"yahh kurasa begitu. Tubuhmu yang di ambil oleh jiwa lain dan tubuhku yang kemungkinan sudah beku, apa itu juga sebuah kesamaan?"

"hahaha kita memang punya banyak kesamaan, tapi aku tidak senang, aku melihat kenanganmu dan itu membuatku sedih"

"aku juga melihat punyamu, sama menyedihkannya dengan diriku....
Kau membencinya juga kan?"

"benci pada apa?"

"semuanya, pada tatapan orang-orang itu, kesimpulan yang mereka pikirkan sendiri, kata-kata yang mereka bisikan terlalu keras hingga kau bisa mendengarnya, caci-maki, rasa kasihan, dan semua perandaian di benak orang-orang itu. Kau membencinya juga kan?"

"tentu saja aku membencinya, seringkali aku ingin berteriak dan bilang kalau semua itu tidak benar tapi aku takut. Aku takut dengan semua telunjuk yang mengarah padaku aku tidak punya tempat untuk berlindung kalau saja mereka marah saat aku teriaki, aku juga terbiasa dengan semua perlakuan mereka."

"kenapa kau tidak pergi saja? Kenapa tidak menyerah?"

"entahlah, setiap liburan atau makan malam keluarga, setiap perayaan atas penghargaan yang diterima saudaraku, setiap pasar malam atau festival yang mereka datangi walau tanpaku mereka sangat bahagia atau mungkin alasan mereka bahagia memang karena itu. Mereka sangat bahagia, sangat nyaman dan hangat, mereka adalah gambaran keluarga yang sempurna membuatku mau tidak mau harus mengakui kalau aku memang tidak pantas ada disitu, aku takut jika aku maju satu langkah untuk lebih dekat atau mencoba meraih mereka agar berbalik semuanya akan hancur, kebahagiaan yang ada pada wajah mereka akan berganti menjadi ketidakpuasan. Itu sebabnya aku menunggu, aku menunggu mereka untuk berbalik dengan sendirinya, aku menunggu mereka untuk mendekapku masuk ke pelukan yang selama ini aku impikan... Tapi sampai akhirpun aku tidak seberuntung itu, bagaimana denganmu? Kenapa kau menunggu padahal tau kau sudah ditinggalkan?"

"karena dia memintaku untuk menunggu, sama sepertimu yang terlalu naif aku juga mengharapkan sesuatu yang harusnya jadi harapan saja. Aku menunggu 10 tahun karena khawatir jika saja aku tiba-tiba pergi dia akan kecewa karena tidak bisa membawaku pulang, padahal kemungkinannya kembali untukku sangat kecil tapi aku masih dengan bodohnya berdiam di tempat yang sama. Aku iri, aku iri saat melihat sebuah keluarga yang bahagia, aku juga mau tapi aku tidak pantas mendapatkannya karena akulah yang membuat keluargaku tidak lengkap. Ayahku benar, orang-orang itu benar jika saja aku tidak ada semuanya pasti baik-baik saja."

"tapi aku iri denganmu, setidaknya kehadiranmu sangat diinginkan oleh ibumu  dia menyiapkan semuanya dengan hati-hati, dekorasi kamar, mainan, tempat tidur bayi, baju bayi dan semu keperluan lainnya. Ayahmu juga begitu, yah setidaknya sampai hari itu"

"aku selalu memikirkan bagaimana jadinya kalau ibuku selamat, apa aku akan dicintai seperti yang lainnya?"

"kau pantas dicintai renjun"

"kau juga sama"

"aku harus pergi, waktuku sudah habis" huang renjun berdiri dari tempatnya.

"pergi kemana? Apa kau akan menghilang?"

"aku harusnya sudah pergi lama,aku akan bereinkarnasi mereka menjanjikan sebuah rumah untukku, aku harus pergi untuk menjemput rumahku"

"tidak adil, aku juga mauu"

"hahahah kau akan mendapatkannya nanti, kau dipilih untuk menjalani ini karena kau lebih kuat dariku aku yakin kau bisa mencari rumahmu"

"tapi aku tidak ingin memaafkan keluarga huang"

"kalau begitu jangan, aku harus pergi. Selamat tinggal renjun, berjanjilah untuk terus bahagia oke?"

"selamat tinggal, dan akan ku usahakan" setelah itu huang renjun menghilang, pemuda yang malang itu mungkin akhirnya mendapatkan rumah yang selalu dia impikan.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang