chp 20

5.6K 621 9
                                    

"yey! Akhirnya istirahat!" yangyang merasa senang karena akhirnya dia bisa keluar dari kelas matematika yang mematikan ini!

"renren! Ayo ke kantin" ajaknya

"mn, ayo"

Mereka pergi menuju kantin dengan sesekali berbincang kecil, sesampainya disana yangyang pergi memesan makanan sedang renjun mengambil tempat duduk yang tersedia.

Yangyang datang bersamaan dengan mark, jeno, jaemin, dan haechan.

"hai ren, kau sedang apa?" tanya haechan basa-basi.

"kau buta ya? Kalau di kantin sudah pasti ingin makanlah" balas jaemin sinis.

"sudah, kalian ini selalu saja ribut. Sebaiknya kalian makan banyak supaya tetap semangat" ucap renjun menenangkan kedua bersaudara itu.

Mereka semua sedang asik makan dan bercerita sampai seseorang dengan tidak sopannya duduk di antara mereka.

"li jun boleh duduk disinikan kak mark?" pemuda itu tersenyum memandang jung bersaudara, sedangkan untuk yangyang dan renjun dia bahkan tidak melirik mereka.

"siapa yang bilang boleh?" tanya yangyang dengan nada sedikit tinggi.

"kenapa tidak boleh? Mereka juga tidak keberatan kok atau yang keberatan itu kau ya ren?" li jun menatap renjun yang mendiamkannya dan lebih fokus pada acara makannya.

"makanmu lahap sekali, apa kau kekurangan makanan?"

"ah iya, aku lupa kalau kau hanya bekerja sebagai pelayan! Kau pasti sangat tertekan"

"belum lagi tempat tinggalmu sangat kecil, pasti banyak preman yang berkeliaran disana, kau tidak dipermainkan oleh mereka kan?"

Li jun bahkan tidak berusaha untuk merendahkan suaranya, dia ingin semua orang mendengar apa yang dia katakan lalu merendahkan renjun sebagaimana yang seharusnya renjun dapatkan.

"kalau saja kau tidak lancang mencuri barang-barang dari keluarga song, mungkin kau masih bisa hidup enak bersama mereka. Juga soal kak alin, kami sudah lama saling menyukai kau tahu? Jika bukan kau yang tidak tahu malu meminta pertunangan itu bagaimana bisa kau bertunangan dengan seseorang seperti kak alin?"

"renjun, kau itu hanya seorang pencuri" bisiknya di telinga renjun.

"wah apa yang terjadi? Bocah manis itu ternyata sangat tidak tahu malu!"

"kau benar! Siapa yang tahu bagaimana cara dia bergaul dengan para preman dilingkungannya"

"ugh menjijikan, kenapa ada seorang pencuri di sekolah kita sih!"

"jalang kecil itu bahkan menggoda pangeran kita!"

"ya! Kita harus menjauhkan jung bersaudara darinya jika tidak mereka akan digoda oleh jalang itu"

"kenapa seseorang seperti yangyang mau berteman dengannya? Anak itu punya banyak trik"

Semua diskusi terdengar di telinga renjun, semua penghinaan dan caci maki keluar dari mulut orang-orang yang bahkan tidak mengetahui namanya.

Renjun tetap diam menerimanya, tatapan merendahkan dan penghinaan yang orang-orang berikan ternyata masih tidak dia sukai. Dia pikir dia sudah terbiasa, dua kehidupan dan dua rasa jijik yang sama yang orang lewat berikan sebenarnya belum cukup untuk melatihnya agar terbiasa.

Dia tersadar saat merasakan sebuah tangan hangat menutup telinganya, seperti sihir kata-kata jahat yang tadinya terdengar akhirnya menghilang. Dipandanginya pemuda tampan yang balik menatapnya lalu beralih menatap pada yang lain.

Renjun lupa... Dia lupa kalau ada satu perbedaan yang jelas untuk kehidupannya yang sekarang.

Di kehidupan ini, renjun punya banyak orang yang mengulurkan tangannya untuk dia genggam saat dia akan jatuh.

Di kehidupan ini benar-benar ada orang yang menatapnya dengan hangat, seolah-olah meyakinkannya bahwa mereka ada disana dan renjun tidak perlu takut.

Inilah yang renjun selalu harapkan...

Genggam tangannya, tatap dan yakinkan dia, berikan dia waktu untuk menjelaskan, tetap disana dan jangan berbalik ataupun pergi darinya.

Bagaimana bisa orang-orang yang baru dikenalnya bahkan bisa lebih paham akan apa yang dia butuhkan daripada keluarganya ataupun keluarga huang renjun sendiri?

"ren..." panggil jaemin dengan lembut sambil menarik tangannya yang menutup telinga renjun.

"terimakasih" ucap renjun pelan kepada mereka semua.

"li jun kau berlebihan kan? Darimana kau tahu ada preman dilingkungan renjun? Aku mengantarnya pulang beberapa kali tapi tidak melihat siapa-siapa, lagipula kami kenal pemilik kontrakan yang renjun tepati" haechan berkata sinis.

"kau yakin yang perlu dikasihani itu renjun? Bukannya semalam keluarga huang datang sendiri ke tempat renjun bekerja dan meminta bantuannya? Kalian sudah mengusirnyakan? Bukannya yang tidak tahu malu itu kalian ya?" mark juga ikut bergabung menyudutkan li jun.

"yang berani berkata sembarangan tentang renjun akan berhadapan denganku" jeno berkata sambil berdiri dan menatap tajam ke sekeliling.

"memangnya kalian siapa berani menanyaiku alasan berteman dengan renjun? Memangnya kalian orang penting?" yangyang mengepalkan tangannya kuat-kuat, beraninya mereka? Apa mereka tahu kalau renjun jutaan kali lebih baik daripada mereka yang serakah dan munafik?

"kenapa kalian membela renjun?! Dia itu pencuri! Dia hanya bisa membuat gambar-gambar jelek itu! Dia tidak berguna dan tidak tahu malu, dia hanya pelayan, dan dia hanya seorang anak yang tidak diinginkan oleh keluarga manapun yang di tinggali!!"

"kalianlah yang merugi karena menutup mata dengan apa yang bisa renjun lakukan, aku tidak peduli dengan alasan apa yang keluargamu punya sampai dengan tega membuang renjun, tapi aku yakin bahwa kau tidak sedikitpun bisa menjangkau apa yang renjun dapat lakukan" tegas jaemin.

Kelompok itu lalu pergi, meninggalkan li jun yang semakin tidak terima dengan keberuntungan yang renjun punya.

Sedang renjun hanya melirik sekilas, memperhatikan bagaimana ekspresi jelek li jun, lalu kembali menghadap kedepan dengan dagu terangkat dengan sedikit senyum di ujung bibirnya yang tidak dapat dia sembunyikan. Begitu juga dengan mereka yang berjalan bersamanya, merasa bangga karena mampu membela dan membuat anak itu tersenyum puas.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang