chp 26

6.6K 581 22
                                    

Renjun kembali ke rumah sewaannya, yang lainnya membiarkan renjun menata perasaannya sendiri. Ketukan keras yang berasal dari pintu depan mengganggu renjun yang tengah melamun, dia berjalan perlahan menuju pintu dan membukanya.

Apa yang dia lihat adalah mata keluarga huang yang seolah mengharapkan sesuatu darinya.

"kenapa kemari?" ucap renjun tidak sadar.

"apa li jun menangis? Dia tidak terima? Lalu kalian ingin memarahiku lagi? Ingat kita sudah tidak punya hubungan apapun, jadi kalian tidak berhak mengaturku" sambungnya.

"tidak renjun, tidak seperti itu. Kami datang menjemputmu, kau mau kan pulang bersama mama?" nyonya huang menatap renjun penuh harap, kasih sayang di matanya tumpah ruah tapi semua omong kosong itu tidak lagi diperlukan.

"rumah yang mana maksud nyonya? Aku sudah dirumah"

"dengar renjun, papa minta maaf papa sangat menyesal, kita pulang oke?"

"kenapa menyesal? Kalian kenapa? Kalian sakit ya? Jika sakit pergila ke dokter jangan datang padaku"

"renjun percaya pada kakak, guanlin pasti akan menyakitimu karena mengganggu rencananya, kembalilah kami akan melindungimu" bujuk huang bai pada renjun.

"kalian lupa ya kalau semua ini terjadi karena keserakahan kalian. Lupa siapa yang menyerahkanku begitu saja pada orang lain? Apa itu yang namanya melindungi?"

"mungkin kau tidak percaya tapi aku memimpikannya, aku memimpikanmu terluka dan itu semua karena rencana guanlin. Jadi kakak mohon ren ayo kita pulang" kata huang rong tiba-tiba.

"aku juga bermimpi hal yang sama, kami semua memimpikan hal yang sama, kakak takut mimpi kami akan menjadi kenyataan, kami khawatir ren" huang daren ikut meyakinkan renjun untuk pulang.

Jadi itu karena mimpi, entah mengapa mereka memimpikan akhir dari huang renjun di dalam novel, akhir tragis dari antagonis licik yang bodoh.

"bukannya aku mati karena siksaan kalian?" mata dingin renjun menatap datar pada keluarga huang, memperhatikan ekspresi terkejut mereka setelah kata-katanya keluar.

"aku mati karena kalian memberikanku kepada orang asing begitu saja, aku mati karena kalian tidak peduli padaku walau hanya sedikit. Hanya guanlin, dia satu-satunya yang percaya saat aku bilang aku bukan pencuri. Hanya dia yang peduli padaku setelah kalian membuangku. Sayangnya aku terlalu bodoh, kalian semua sama, manfaatkan aku lalu buang aku begitu saja"

"tidak ada yang mengajariku bagaimana cinta yang sebenarnya hingga aku menyalah artikan perhatian guanlin yang sebenarnya hanya ingin menggunakanku"

"bukankah ini semua salah kalian? Bukankah ini semua karena kalian? Tidak cukup menghancurkan hidupku kalian bahkan membunuhku dengan penyiksaan yang keji, sakit..."

"kalian bahkan tidak repot-repot menyentuh mayatku yang menjijikan, jadi kenapa datang minta maaf?"

"kami salah ren, maaf... Kami sangat menyesal, kami ingin memperbaiki semuanya. Izinkan kami menyayangimu kali ini" nyonya huang melangkah maju sambil menggenggam tangan renjun yang langsung ditepisnya.

"memperbaiki apa? Huang renjun sudah mati, huang renjun yang dulu sudah tidak ada, kalian yang membuatnya menyerah. Permintaan maaf kalian sama sekali tidak berguna" renjun benar, huang renjun sudah pergi, dia menyerah. Jadi apa gunanya permintaan maaf? Apa gunanya penyesalan? Jiwa anak manis itu sudah tidak ada lagi.

"pergi, menjauh dariku" kata renjun tenang.

"tarik kembali permintaan maaf kalian, tarik kembali simpati kalian, karena kenyataannya aku ribuan kali lebih baik tanpa orang-orang egois seperti kalian" renjun mengusir semua anggota keluarga huang, membanting pintu dengan keras dan kembali ke kamarnya. Dia tidak punya waktu untuk sampah seperti mereka.

Keluarga huang mungkin menyesal, mereka mungkin mendapat karmanya di kehidupan sebelumnya tapi memangnya kenapa? Bahkan jika mereka semua hancur itu karena mereka pantas mendapatkannya. Mereka mungkin mendapat karmanya tapi huang renjun tetap tidak bisa kembali, jiwa anak itu entah berada dimana, berkeliaran mencari rumah yang hangat yang mau menampungnya.

Renjun kembali termenung, akhirnya dia mengambil kanvas dan alat lukisnya.

Dia melukis seorang pemuda, tubuhnya kecil dan terdapat banyak luka lebam, seluruh tubuhnya penuh dengan lumpur. Lumpur menggenang di bawah kakinya seolah menariknya yang kotor untuk tenggelam di dalamnya, banyak pasang mata memandangnya degan tatapan mencemooh, tatapan kasihan yang menghina dan juga merendahkan.

Pemuda di dalam lukisan itu tau dia dipandangi seperti orang konyol, dia juga tahu bahwa lumpur di bawah kakinya terus menghisapnya masuk tapi anak itu dengan keras kepala mengangkat kepalanya untuk melihat matahari yang cerah di atas sana, bahkan jika matanya sakit dia masih bertahan untuk tidak berkedip.

Lukisan itu seperti renjun dan huang renjun, pemuda yang harus menangung semua masalah yang diberikan padanya, pemuda yang kian hari makin lelah tapi tetap menyisakan sedikit harapan di dasar hatinya.

Renjun dan huang renjun adalah pemuda itu, pemuda yang tubuhnya tertutup oleh lumpur tapi tidak membiarkan diri mereka menyatu dengan kegelapan.

Mereka mendambakan matahari yang bersinar terang di atas sana.

Mereka tetap bertahan ditempat yang sama sampai hujan turun membersihkan tubuh mereka yang kotor, membebaskan mereka dari lumpur yang menjijikan sehingga mereka bisa kembali berjalan ke depan dan menjemput cahaya di penghujung jalan.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang