chp 23

5.4K 585 8
                                    

Setelah makan malam selesai, para anak muda memilih pergi dan berkumpul di apartemen mark.

"ren, kau lihat ruangan itu" tunjuk mark pada salah satu kamar dengan pintu tertutup.

"iya kak, kenapa?"

"bisa kau bantu aku? Masuk ke kamar itu lalu nyalakan lampunya mengerti?"

"aku hanya harus menyalakan lampunya?"

"iya, sana pergilah"

Renjun berjalan perlahan ke arah kamar itu, dibukanya pintu dengan perlahan, dia meraba ke dinding mencari saklar lampu saat lampu menyala barulah terlihat apa isi ruangan itu.

Ruangan itu di isi dengan kotak hadiah dengan berbagai bentuk, dengan penasaran di angkatnya salah satu kotak dan menemukan pesan di atas kotak tersebut.

'selamat ulang tahun Renjun yang berumur 1 tahun'

Diangkatnya kotak lain yang bertuliskan, 'selamat ulang tahun Renjun yang berumur 3 tahun'

Dia berbalik melihat mereka yang menunggunya di depan pintu, dia tahu apa yang terjadi... Hari ini hari ulang tahunnya atau lebih tepatnya ulang tahun huang renjun yang sama dengannya.

Seingatnya tidak pernah ada hadiah, seingatnya tidak pernah ada ucapan selamat tapi orang-orang ini...

Dibukanya salah satu kotak yang berisi buku dongeng, kotak lainnya berisi mobil-mobilan, lalu kotak lainnya berisi baju anak-anak berkarakter kartun.

Renjun terkekeh melihat semua ini, sebuah ruangan penuh dengan hadiah, hadiah miliknya...

"kami sangat menyesal baru bertemu denganmu sekarang ren" kata jaemin tiba-tiba.

"kau melewati terlalu banyak hal sendiri, tapi sekarang tidak lagi" haechan melangkah maju dan menggenggam tangan renjun.

"jika bisa aku bahkan ingin memberikan hadiah padamu setiap harinya" ucap jeno pelan.

"kau orang yang baik, kau teman yang baik, aku senang bisa bertemu denganmu" senyum yangyang merekah saat mengatakan kalimat yang selalu ingin dia sampaikan pada teman barunya itu.

"kami semua sangat senang dengan kehadiranmu, kami semua merasa beruntung bisa mengenal sosok kuat sepertimu, tapi kalau bisa jangan terlalu kuat, mengeluhlah katakan kalau kau lelah lalu kami akan datang dan berdiri bersisian denganmu. Jadikan kami tempat tumpuan disaat kau merasa lemah, boleh?" mark menatap renjun lekat, seolah meyakinkan bahwa perkataannya benar.

"terimakasih..."

Sampaikan terimakasih renjun pada orang yang sudah menabraknya, pada huang renjun yang memberikan tubuhnya, pada semesta yang kejam namun akhirnya iba lalu mengirimkan orang-orang ini disisinya.

"kalian semua terimakasih" renjun tersenyum manis, sangat manis, sangat menyenangkan.

"baiklah cukup dengan bagian seriusnya, sekarang ayo kita rayakan!"

"tada~~ lihat apa yang kupegang" panggil haechan pada yang lain.

"alkohol? Memangnya kita boleh?" renjun melihat beberapa botol alkohol yang berada di genggaman haechan, dia bertanya seperti itu tapi matanya sangat penasaran.

"coba saja jika kau mau ren, asal jangan terlalu banyak" kata jeno sambil membuka salah satu botol alkohol yang ada lalu menenggaknya langsung.

"ayo minum!" ajak yangyang bersemangat.

Mereka semua berbincang-bincang dan tertawa bersama, menikmati waktu damai yang menyenangkan.

Mungkin karena terlalu senang, mereka jadi agak sedikit berlebihan merayakannya.

Terbukti dengan ruangan yang berantakan, minuman yang tumpah kelantai, yangyang yang sudah tertidur dan renjun yang terus menggumam tidak jelas.

Jangan tanyakan tentang empat lainnya, mereka sudah terbiasa jadi ketahanan alkohol mereka cukup tinggi.

"jaemin, haechan bantu bersihkan kamar, jeno jagain renjun sama yangyang sebentar" kata mark lalu dengan cepat berlari.

"kemana?!" tanya haechan dengan sedikit berteriak.

"kamar mandi" ucap mark asal.

Jaemin dan haechan melakukan tugas yang disuruh, sedangkan jeno mendekat ke arah renjun.

Dielusnya pipi pemuda itu, entah mungkin karena nyaman renjun malah mendusel ke tangan jeno. Jeno yang melihat itu tertawa kecil.

Diusapnya kening renjun, turun ke hidungnya, berhenti sebentar ke pipinya yang merona lalu berhenti di bibir plum pemuda itu, jeno menggosoknya berulang kali sambil menelan ludah. Jeno melihat kesana kemari seperti pencuri lalu menundukkan kepalanya ke arah renjun.

Jeno mengangkat kepalanya dengan panik saat mendengar sesuatu yang keras, ternyata itu yangyang yang menendang meja. Sekali lagi dia turunkan kepalanya makin dekat...

Cup

Jeno mengecup pelan bibir renjun dengan cepat, melihat ke sekeliling lagi lalu mencium bibir pemuda itu lagi.

Jeno tersentak kaget kala renjun yang setengah menutup mata membalas ciumannya, membuatnya semakin bersemangat menjelajahi mulut anak itu.

"eunghh" lenguhan renjun keluar, mendengar itu jeno makin memperdalam ciumannya.

"JENO ANJING!" teriakan mark terdengar keras, haechan dan jaemin yang mendengar langsung buru-buru keluar.

"kenapa mark?" tanya jaemin.

"jeno nyium renjun sembarangan!"

"HAH?!" kaget haechan dan jaemin berbarengan.

"serius jen?! Jeno, kita itu saingan secara adil kenapa kau malah curang hah?!" tanya haechan tak terima.

"oke aku sala-"

"JAEMIN!"

kali ini giliran jaemin yang menciun renjun dengan kasar, mark dan haechan saling memandang. Mereka juga ikut menciumi renjun karena tidak mau kalah.

"minggir jen! Gantian" haechan menarik jeno ke belakang.

"mark bodoh jangan buat tanda!"

"jaemin jaga tanganmu sialan!"

"haechan sudah, renjun tidak bisa bernafas!"

Karena merasa terganggu, renjun akhirnya membuka mata sepenuhnya dia sudah sedikit sadar. Melihat renjun yang terbangun bukannya berhenti mereka malah semakin gencar.

"umhh, kak mark, jeno, jaemin, haechan enghh berenti dulu anghh"

"pilih ren, siapa di antar kami" suruh mark

"pasti aku kan ren" tanya haechan penuh harap.

"aku mengenalmu lebih dulu, aku kan ren?" jaemin juga seperti itu.

"renjun, pilih aku" kata jeno dengan suara rendah.

"renjun, kakak kan?" mark ikut memastikan.

"renjun, nggak bisa milih, renjun nggak tahu, maaf" renjun merutuki kebodohannya, tapi dia juga tidak bisa berbohong kalau jantung berdetak sangat cepat saat bersama keempatnya, maafkan renjun karena serakah.

"jadi bukan salah satu dari kami? Kalau begitu bagaimana dengan kami semua sekaligus?" tanya mark lagi.

"tapi..."

"tapi apa ren?"

"itu terlalu serakah" kata renjun pelan.

"tapi kau mau bersama kami kan?"

Renjun mengangguk sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang jeno.

Sedang keempatnya saling menatap.

Berbagi sepertinya tidak terlalu buruk- batin keempatnya.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang