chp 19

6.5K 703 30
                                    

Jeno sedang dalam perjalan sekolah melihat sosok mungil yang dikenalnya berdiri dengan linglung.

"renjun apa kau butuh bantuan?"

Renjun berbalik menghadap pemuda tampan itu.

"bannya bocor jen" katanya dengan nada cemberut bahkan bibirnya sudah turun beberapa centi yang malah terlihat lucu di mata jeno.

"bersamaku saja ren, daripada kau terlambat kan?"

Renjun buru-buru izin pada supir yang membawanya tadi lalu langsung berusaha naik ke atas motor jeno.

Yang sayangnya tidak semudah itu dinaiki.

"sini kubantu ren" ucap jeno sambil menahan tawa.

"jeno jangan tertawa, ini salah motornya yang terlalu tinggi" renjun merengek tidak terima dengan kenyataan bahwa dirinya pendek.

"hahaha aduhh lucu sekali, iya-iya ini salah motornya nanti jeno beli yang agak pendek mau?"

"jenooo, ayo cepat kita nanti terlambat" renjun kesal, memangnya dia anak kecil sampai harus dibujuk begitu huh!

"iya, pegangan sayang"

Jeno mengambil tangan renjun dan melingkarkan tangan si mungil ke pinggangnya.

"perasaan tadi aku melihat supir paman yuta apa kau kenal dengan mereka ren?" tanyanya sambil mengendarai motor dengan pelan, persetan dengan terlambat dia hanya ingin renjun memeluknya lebih lama.

"aku menginap di rumah ayah, seseorang menggeledah rumahku"

"hah?! Ada yang luka tidak? Orang itu melukaimu tidak?" karena panik jeno langsung menepikan motornya memegang tubuh renjun sembarangan untuk sekedar mengecek keadaan renjun.

"jeno jangan pegang-pegang! Aku tidak apa-apa kok, orangnya sudah pergi pas aku sampe"

"maaf ren aku panik, jadi kau menginap di rumah paman yuta berapa lama?" jeno kembali melajukan motornya ke jalanan.

"hanya semalam, ayah menyuruh orang untuk merapikan rumahku jadi aku bisa pulang secepatnya"

Sibuk bercerita renjun dan jeno tidak sadar kalau mereka sudah sampai ke area sekolah.

Banyak murid yang melihat ke arah mereka berdua, pasalnya walau baru kelas 10 jeno sudah terkenal karena wajah tampannya bak pangeran itu bukan hanya dia tapi saudara-saudaranya juga. Terlebih lagi status mereka yang merupakan anak dari jung jaehyun membuat mereka semakin dikenal.

"jeno membonceng seseorang?"

"siapa sih sub yang berani mendekati jenoku?!"

"lihat dia sangat manis wajar saja jeno terpikat"

"cihh manis apanya paling sebentar lagi jeno bosan secara jeno tidak kekurangan orang cantik di dekatnya"

Jeno membantu renjun turun dari motor besarnya tidak peduli dengan omong kosong siswa siswi di sekitarnya, tapi dia masih khawatir pada renjun takut renjun sakit hati.

Dilihatnya wajah renjun yang tenang sepertinya jeno terlalu khawatir.

"jangan dengarkan mereka ren"

"tidak apa apa jeno aku tidak peduli"

"rambutmu berantakan ren" jeno menyelipkan rambut renjun ke telinga pemuda itu, jarak diantara mereka terlalu dekat, walau renjun berusaha menahan ekspresinya tapi telinganya yang memerah tidak bisa berbohong.

"lucu" jeno melihat tepat ke mata berbintang renjun, dia baru tahu kalau bintang tidak hanya bisa dilihat saat malam.

"EKHEM!"

Karena kaget renjun bergerak tiba-tiba, kepalanya mengenai hidung mancung jeno.

"jeno kau tidak apa-apa?"

"maaf"

"sakit ya? Ke uks saja mau tidak?"

"maaf, aku tidak sengaja"

Renjun panik, dia memegang wajah tampan jeno melihat ke arah hidung pemuda itu.

Sebenarnya sihh tidak sesakit itu, tapi kapan lagi melihat wajah renjun yang khawatir?

"sshh sakit ren"

Cup...

"ren renjun?" jeno membeku, jantungnya berdetak sangat cepat, apa jantungnya sudah tidak betah di dalam sana? Dia dicium... Renjun menciumnya... Renjun? Menciumnya?!

Ketiga pemuda yang datang tadi juga kaget melihat yang terjadi.

Mereka juga mau oke!!!

"maaf aku refleks, katanya kalau di cium sakitnya hilang, ja jadi aku aku melakukannya tanpa pikir panjang" renjun menjawab dengan terbata-bata.

Belum sempat jeno membalas ketiga saudara iblisnya langsung memisahkan mereka berdua.

"renjun tanganku juga sakit cium aku!" jaemin menyodorkan tangannya kepada renjun.

"renjun leherku tegang dari tadi pagi cium aku juga!" haechan memegang lehernya seolah-olah kesakitan.

"renjun jangan lupakan aku! Kepalaku rasanya sakit sekali cium aku juga!" mark melihat renjun dan berpura-pura pusing.

Sialan! Dasar gila, sehat begitu sakit darimananya?! Mereka bahkan punya kekuatan mendorongnya.

Cup...

Cup...

Cup...

Mereka bertiga diam seperti patung. Kok? Kok renjun benar-benar mencium mereka?!

"apa masih terasa sakit?" renjun tidak berpikir dia melakukan hal yang aneh, renjun melihat seorang ibu melakukan itu pada anaknya yang terjatuh jadi renjun pikir tidak ada masalah besar, toh mereka teman-temannya kan.

"hahaha sakitnya langsung hilang ren! Kau hebat!"

Jaemin, jeno, dan mark hanya bisa melihat haechan dengan cemburu. Renjun mencium leher pemuda itu! Terlalu intim, mereka kan cemburu!

Karena bel masuk sudah berbunyi, keempat pemuda itu harus merelakan kepergian sang pujaan hati.

Cuihh memangnya renjun mau kemana?, ganteng saja tidak menentukan kewarasan ya teman-teman.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang