Chp 31. Rumah

5.5K 341 18
                                    

Renjun terbangun dari tidur nyenyak nya, dia melihat ke sekeliling tapi tidak melihat siapapun.

Hatinya menjadi tenang saat melihat kekasih-kekasihnya datang, untung saja dia tidak menangis dan mempermalukan diri sendiri.

"Sayang sudah bangun?" Mark mengusap surai renjun dengan lembut.

"Makan dulu sayang" Jaemin ingin menyuapi kekasihnya tapi renjun seperti sedang malu karena mukanya sangat merah.

Mereka yang melihat renjun memerah merasa gemas mencoba menahan tawa agar pemuda manis itu tidak marah pada mereka.

"Aku bisa makan sendiri jaemin" Kata renjun pelan, pemuda itu masih menunduk sibuk memainkan jarinya, pemuda itu terlihat sangat imut hanya dengan pucuk kepalanya yang terlihat karena si empu sedang menunduk.

"Tidak boleh, aku akan menyuapimu" Akhirnya renjun terpaksa memakan makanannya sambil ditatap lapar keempat dominan kesayangannya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu" Kata renjun tenang, seolah dia sudah memikirkannya lama sekali sampai akhirnya yakin mengatakan tanggapannya.

Mereka hanya menatap renjun dengan lembut, lalu bergerak mendekat ke ranjang pemuda itu siap untuk mendengar apapun yang keluar dari bibir mungil sang kekasih.

"Aku... Aku berencana pergi kuliah di Universitas seni yang ada di China, aku sudah dapat surat rekomendasinya. Tapi nanti setelah aku lulus! Jadi kita masih punya banyak waktu kan?" Renjun menatap ragu kearah kekasih-kekasihnya, dia takut mereka akan marah dengannya.

"Owhh baguslah" Kata marak enteng.

"Kudengar universitas itu sangat bagus, ini kesempatanmu ren" Jawab jaemin sambil memegang tangannya lembut.

"Masih ada banyak waktu sebelum lulus, kita bisa melakukan banyak hal sebelum kau pergi!" Ucap haechan dengan semangat.

"Cepatlah sembuh agar kita punya lebih banyak waktu untuk bersenang-senang secepatnya" Jeno menatap renjun seolah meyakinkan pemuda itu bahwa pilihannya sudah benar.

"Kalian tidak marah?"

"Kenapa harus marah? Sebuah dosa besar bagi kami jika menghalangi pelukis masa depan yang berbakat" Kata mark sambil tersenyum.

"Maaf kalau aku egois, padahal kemarin aku sendiri yang tidak mau kalian pergi tapi sekarang malah aku yang berencana pergi"

"Aku ingin menjadi kekasih yang bisa kalian banggakan, aku tidak mau orang-orang melihatku dan mengenaliku hanya sebagai pemuda beruntung yang disukai Jung bersaudara, aku ingin menjadi seseorang yang bisa berdiri di samping kalian dengan bangga, aku ingin berusaha untuk sejajar dengan kalian"

"Aku ingin suatu saat nanti, saat aku berdiri di sisi kalian tidak akan ada yang cukup berani bersaing denganku, aku ingin semua orang merasa kalau kita cocok sehingga tidak akan ada seorang pun yang berani masuk di tengah-tengah kita. Aku ingin menjadi sempurna selain karena mimpiku, sebenarnya aku hanya ingin menyimpan kalian untuk diriku sendiri"

"Aku terlalu egois bukan?" Renjun memberanikan dirinya untuk mendongak, menatap mata dominannya dengan lancang.

Keempat lainnya melihat kekasih mereka dengan kasih sayang yang tumpah ruah, bahkan jika mereka ingin menahannya mereka tidak mampu melakukan itu. Seperti mereka yang ingin menjadi kuat untuk renjun, sang kekasih juga ingin berusaha untuk mereka.

"Lakukan, lakukan semua yang kau mau, terbang setinggi yang kau bisa, jangan khawatirkan kami karena sepertimu kami juga akan menjadi sangat baik hingga tidak ada seorang pun yang berani menginginkan milik kami" Jeno mengusap surai renjun dengan lembut, lalu mendaratkan kecupan manis di dahi pemuda itu.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang