chp 18

5.6K 674 5
                                    

Seorang laki-laki cantik sedang sibuk mencari sesuatu di dalam rumahnya, benar saja kalungnya memang tertinggal dirumah sederhana ini karena terlalu sering kemari.

Rencananya dia ingin langsung pulang tapi langkahnya terhenti karena secara tidak sengaja melihat seseorang.

"renjun? Kenapa di luar?"

Renjun yang tadinya menunduk mengangkat kepalanya melihat orang yang memanggilnya.

"bibi Na?"

"kenapa di luar renjun? Kamarnya ada masalah?" tanyanya perlahan.

"tidak ada masalah, hanya saja kamarku digeledah orang" ucapnya sedih.

"ada orang asing yang masuk? Apa mereka melukaimu? Biar bibi periksa, kau tidak terlukakan?" renjun melihat orang yang khawatir didepannya, jika huang renjun bertemu dengan orang baik seperti ini dari awal dia mungkin tidak akan mati dengan menyedihkan.

"aku tidak terluka bibi, tapi kamarku berantakan, kurasa aku harus menginap di hotel malam ini"

"hotel? Naik apa kesana? Tidak usah ke hotel pulang saja bersamaku malam ini oke?"

"aku tidak ingin merepotkan bibi"

"tidak usah memikirkan itu, ayo pulang"

Pulang... Kedengarannya bagus.

"oke" renjun tersenyum manis ke arah bibi na yang di balas dengan senyuman yang sama manisnya juga.

.

.

.

.

.

Mereka tiba di sebuah kawasan perumahan yang elit, perlahan mobil yang renjun tumpangi melaju menuju sebuah rumah megah yang menawan.

"nyonya, silahkan masuk" kata salah satu pelayan disana.

"terimakasih, apa tuan sudah pulang?" tanya lelaki manis itu.

"mencariku winnie? Siapa bocah manis disampingmu?"

Seorang pria tampan yang terlihat agak galak di mata renjun perlahan menuruni anak tangga.

"ha halo... Namaku renjun tuan na" renjun menunduk, sedikit takut karena baru bertemu dengan orang ini.

"aaa, jadi kau renjun ya? Pantas saja winnie betah di rumah kecil itu ternyata ada kau yang menemaninya" nada pria itu dia buat selembut mungkin agar tidak menakuti renjun.

"bagaimana sayang, manis kan? Renjun akan menginap disini sementara boleh kan?" nyonya na yang bernama asli nakomoto winwin menatap suaminya penuh harap.

"tentu saja, owh iya perkenalkan ren, nama paman nakamoto yuta kau bisa panggil ayah kalau kau mau" yuta tersenyum ke arah renjun, dia memang sudah mendengar masalah anak itu dari istrinya, sayang sekali anak manis seperti renjun harus bertemu dengan orang tua bodoh seperti itu.

"aku juga mau! Panggil bibi bunda bagaimana?"

"uhhh apakah tidak masalah? Aku pikir itu tidak sopan"

"ayolah renn kau taukan anak bibi tidak disini, bibi kesepian, menurut saja ya?"

"oke kalau begitu sudah diputuskan, renjun bisa memanggil paman ayah mulai dari sekarang, mengerti sayang?"

"baik pam- a ayah"

"panggil bunda juga!"

"iya bunda" wajah renjun memerah karena malu dia tidak percaya tuan dan nyonya huang sangat bersemangat.

Ayahnya tidak pernah suka renjun memanggilnya seperti itu dan ibunya sudah tidak ada sedari dia kecil.

Belum lagi saat pindah ke dunia ini dia langsung di usir, mengatakan 'ayah' atau 'bunda' sangat asing di mulutnya.

"renjun sudah makan? Ingin ayah masakkan sesuatu?"

"tidak perlu ayah, renjun sudah makan tadi"

Renjun terkejut mendengar dirinya mengucapkan ayah dengan begitu santainya, pikiran renjun ditarik kembali karena perutnya yang tiba-tiba berbunyi.

Rencananya dia ingin makan malam di rumah, tapi rumahnya malah dikacaukan seperti itu jadinya dia belum makan malam.

"sepertinya perutmu tidak bisa berbohong" winwin menahan tawanya sekuat tenaga, renjun sudah sangat memerah dia tidak ingin anak manis itu semakin malu.

"kebetulan bunda juga sedikit lapar, ayo makan bersama oke?"

"eumn!"

.

Tanpa di duga masakkan yuta sangat enak! Harusnya renjun tidak menilai sembarangan, dia sampai makan melebihi porsi biasanya.

Renjun yang ingin membantu mencuci piring langsung ditolak oleh yuta katanya biar pelayan saja yang melakukannya, renjun disuruh istirahat karena besok dia masih harus pergi ke sekolah.

Renjun tengah berbaring di ranjang empuk milik keluarga nakomoto, pikirannya berlari kemana-mana. Asik termenung membuat renjun tidak menyadari kedatangan winwin.

"renjun kenapa belum tidur?"

"eh? Bunda? Bunda butuh sesuatu?"

"hehe bunda nggak butuh apa-apa sihh, bunda cuma mau kasih ini" winwin meletakkan nampan yang berisi susu panas di meja samping tempat tidur.

Dia mengelus puncak kepala renjun dengan lembut.

"susunya jangan lupa diminum sayang, selamat malam renjunnya bunda" suara winwin yang lembut membuat hati renjun terasa hangat.

Renjunnya bunda... Renjun suka sebutan itu.

Renjun pikir dia tidak akan tidur nyenyak di tempat baru tapi malah sebaliknya, renjun tidur sangat nyenyak sangat nyaman dia suka perasaan ini.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang