chp 14

6.1K 663 1
                                    

Tok..tok..tok..

"renjun" panggil seseorang dari depan pintu, renjun tidak ingin bertemu siapapun sekarang tapi suara orang itu sangat lembut renjun akan merasa bersalah kalau mengabaikannya.

"siapa? Eh bibi na?" itu pemilik kosnya

"renjun, ayo makan malam sama bibi"

"makan malam?" seseorang mengajaknya makan malam, bahkan tidak penasaran dan bertanya, hanya menatapnya dan mengajaknya makan malam.

"mn, ayo bibi na" jawab renjun sambil tersenyum.

Bibi na tidak tinggal di lingkungan ini, dia hanya datang sesekali tapi setiap dia datang dia akan mengajak renjun makan malam bersama.

"tada~~ lihat bibi masak apa"

"wahh bibi masak hot pot?!"

"hahaa bibi tau kau suka jadi bibi pikir makan malam hari ini harus hot pot!"

"bagaimana.. Bibi bisa tahu?" renjun bertanya

"oh ayolah orang-orang pasti akan tahu jika melihat berapa banyak porsi hot pot yang kau makan" faktanya selain ini bibi na tahu karena setiap dia membuat hot pot mata renjun akan secara spontan menjadi lebih cerah dari biasanya.

"makan renjun jangan menatap bibi terus" tegur bibi na sambil tersenyum

"mn!" renjun menjawab dengan sedikit tertahan, tuhan tahu seberapa inginnya dia menangis sekarang, seseorang tahu kesukaannya! Bahkan membuat hot pot untuk dirinya sendiri!

Tanpa sadar air mata renjun jatuh saat makan, renjun sakit hati karena perkataan huang rong tadi dia sudah menangis tapi masih merasa sedih, sekarang ada orang yang dengan hangat mengundangnya untuk makan, rasa sesak yang dia tahan keluar tanpa izin.

"eh renjun? Kenapa menangis hmm?" bibi na pindah ke samping renjun dan memeluknya

"sstt sudah, ada bibi disini tidak apa-apa sayang"

"bibi.. Aku tidak berharga..."

"siapa yang bilang seperti? Dia buta, bukankah kau berjanji pada bibi untuk menjadi pelukis terkenal suatu hari nanti?"

"aku tidak yakin bisa atau tidak..."

"kau pasti bisa! Bibi juga masih berharap untuk dilukis oleh pelukis terkenal masa depan kita ini" kata bibi na bercanda, dia mendengar pertengkaran renjun dan pemuda tadi, dia ingin keluar tapi dia merasa itu tidak pantas untuk ikut campur, sekarang dia menyesal kenapa tadi tidak menyeret pemuda itu menjauh dari renjun.

"kau bisa renjun, buktikan mereka salah, kau yang akan jadi pemenangnya, biarkan saja orang lain tidak percaya, kau masih punya bibi, bibi disini, bibi percaya"

"bibi..."

Karena percakapan itu renjun makin yakin untuk mengejar mimpinya, ada bibi na yang menyemangatinya ada yangyang dan jung bersaudara juga, dia bukan dia yang dulu lagi, bukan dia yang hanya diam dan menyalahkan diri sendiri saat ditindas dia ingin berubah.

.
.
.
.
.
.
.

Setelah kembali dari rumah bibi na, renjun berencana untuk istirahat saja, banyak hal yang terjadi hari ini. Tapi sepertinya rencananya harus ditunda, karena ada seseorang yang sangat dia kenal datang berkunjung.

"renjun sayang, bagaimana keadaanmu? Apa kau baik? Kenapa tinggal di tempat seperti ini?" tanya orang itu dengan lembut tapi renjun bisa mendengar kemunafikan dari kata-katanya.

"untuk apa nyonya song yang sibuk kemari?" balas renjun sekenanya.

"apa kau sudah melupakan bunda hanya karena tinggal sebentar dengan mereka? Bunda hanya mengembalikanmu ke keluarga kandungmu renjun, jangan benci bunda oke?"

Ughh, perkataannya sangat basi, seolah-olah dia adalah ibu angkat baik hati yang peduli.

"apa maumu nyonya song? Katakan dengan cepat, aku ingin beristirahat" tanya renjun langsung, dia malas menghadapi orang munafik ini.

"jangan seperti itu sayang, karena kau ingin beristirahat aku akan langsung saja. Kau tahukan sudah lama Song's jewellry tidak mengeluarkan desain perhiasan baru? Ada terlalu banyak saingan sekarang dan desain yang kami miliki tidak terlalu bagus, jadi kau maukan membantu bunda?"

"ahhh, aku harusnya tahu sejak awal"

"jadi bagaimana? Kau mau kan sayang?"

"kenapa tidak meminta pada anak kesayanganmu? Apa tuan muda song yang berbakat sudah kehilangan bakatnya dan tidak bisa membuat desain bagus satupun?"

"renjun, dia juga adikmu dan kami sudah mengurusmu selama belasan tahun kenapa kau sangat pelit?" nyonya song terdengar tidak senang, dia menjadi sedikit tidak sabar.

"mengurusku? Bukankah mengurusku membuat kalian terhindar dari masalah? Jika tidak ada aku, kau dan suamimu pasti tidak memiliki tempat di keluarga song. Karena desainkulah kau dihargai" memang dasarnya mereka egois, tidak memperdulikan apapun kecuali demi keuntungan mereka sendiri.

"renjun! Bagaimana kau bisa begitu tidak tahu diri? Aku mengurusmu yang sebenarnya bukan anak kandungku dan sekarang kau malah menghinaku? Berani sekali!"

"kenapa nyonya song sangat terburu-buru? Apa karena kau dan putra kesayanganmu sudah tidak bisa mencuri desainku lagi atau karena para orang tua di keluarga song memaksamu mengeluarkan desain baru? Tapi bagaimana kau bisa mengeluarkan desain baru kalau desainkulah yang kau curi?"

"renjun!"

"apa? Apa kau mau mengatakan bahwa kaulah yang mengurusku? Apa kau mau mengatakan aku sudah memakai uang dari keluarga song mu? Tapi coba pikirkan berapa harga desainku yang menarik itu, setengah dari yang kau ambil saja sudah bisa mengembalikan biaya yang aku gunakan"

"owh dan juga kau tidak pernah mengurusku, para pengasuhlah yang melakukannya. Silahkan pergi dari tempatku aku tidak akan membantumu, jika kau mau kau bisa membeli desainku kalau tidak aku mungkin akan menjualnya ada perusahaan pesaing"

Renjun muak dengan orang-orang egois yang melukai huang renjun, mereka selalu seenaknya.

Nyonya song memutuskan untuk pergi dengan marah setelah dia melihat renjun yang tidak mau membantunya, dia akan mencari cara lain agar renjun mau membuatkan desain baru untuknya.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang