chp 29.

3.6K 331 2
                                    


Li jun membuka matanya perlahan, hal yang pertama kalinya dia pikirkan adalah renjun. Dia baru sadar dan masih sangat lemah tapi sangat keras kepala untuk bertemu renjun.

Li jun berlari ke ruangan renjun dan memeluk pemuda itu yang ternyata sudah sadar.

Li jun menangis sesenggukan dia berulang kali bergumam memanggil saudaranya 'huang renjun' seolah-olah berharap kembarannya kembali ketubuhnya sendiri.

Hatinya sakit, badannya gemetaran, dia menyesal...

Menyesal karena memperlakukan renjun dengan buruk.

Menyesal karena dengan mudahnya dibodohi oleh guanlin.

Menyesal karena tubuh yang sekarang dia dekap erat bukan lagi milik kembarannya...

Jika dia bisa, andai li jun bisa, dia akan memberikan semua permen susu yang dia punya, dia akan menemani renjun pergi melihat kunang-kunang yang paling indah yang pernah saudaranya lihat, mungkin dia bisa... Mungkin mereka bisa menjadi sesuatu yang lebih baik dari yang sekarang jika bukan karena dia...

Hari itu sesaat setelah li jun pingsan mereka langsung ditemukan, walau menghirup banyak asap tapi karena perlindungan kembarannya mereka akhirnya berhasil diselamatkan.

Guanlin yang mencoba membunuh kedua pemuda itu dijebloskan kepenjara karena rumah itu memang atas namanya dan dia juga yang mengurung mereka.

Sambil menunggu kedua pemuda itu sadar, yang lainnya mencoba mencari bukti kriminal yang keluarga lai telah perbuat. Akhirnya tak berselang lama semua anggota keluarga lai mendekam dibalik jeruji besi yang dingin.

Setelah menenangkan li jun mereka berdua memutuskan untuk berbicara empat mata.

"terimakasih..." kata li jun pelan.

"terimakasih untuk apa?"

"terimakasih karena telah mengurus tubuhnya dengan baik"

"kau bertemu dengannya? Apa yang dia bilang?"

"jurang gelap... Apa kau mau menemaniku kesana?"

"sebenarnya aku sudah pernah kesana, aku bertanya pada penduduk setempat dan mereka mengarahkanku ke sebuah jalan yang menuju ke dasar jurang. Kau tahu... Dasar jurangnya sebenarnya sangat indah, ada banyak bunga liar yang tumbuh juga banyak kupu-kupu"

"ah... Kalau begitu dia tidak berbohong padaku rupanya, katanya jurang gelap sebenarnya tidak segelap itu-"

"banyak kunang-kunang di dasar jurang?" renjun menatap lembut ke arah li jun, anak itu sangat mudah menangis sehingga renjun perlu menenangkannya lagi.

Kunang-kunang di dasar jurang gelap terlihat lebih bercahaya dan lebih indah, mereka bersinar seperti bintang yang jauh di atas sana.

Untuk seorang huang renjun yang tidak pernah berani menggapai bintang-bintang di langit malam, sekelompok kunang-kunang yang menemani tidur panjangnya adalah penebusan paling indah untuk pemuda itu.

"renjun... Apa dia bahagia? Maksudku kau bahagia aku juga tidak terlalu buruk tapi bagaimana dengannya, apa dia benar-benar bisa bahagia?" pikiran li jun dipenuhi kembarannya saat dia terbangun.

Hanya saja... Yang di datangi keluarganya untuk meminta maaf adalah renjun, yang diberi kesempatan untuk menggapai mimpinya adalah renjun, yang dicintai dengan tulus juga renjun, lalu apa yang huang renjun dapatkan?

Kebebasan, huang renjun menginginkan kebebasan, sudah cukup baginya untuk digunakan orang lain secara terus menerus dia hanya ingin menjadi bebas melakukan apa yang dia mau. Lagipula semua ini terjadi karena jiwa renjunlah yang ada di tubuhnya sehingga garis takdir bisa dibengkokkan ke arah yang mereka mau, sedang jiwanya sudah di takdirkan untuk menjadi antagonis bodoh di novel sampah itu.

"owh iya aku punya sesuatu untukmu, ini ambilah" renjun memberikan sebuah kotak kecil yang.

Li jun mengambil kotak itu dan memperhatikannya lama sekali, dia tahu kotak ini adalah sesuatu yang kembarannya tinggalkan. Dia membuka kotak kecil itu dan melihat sebuah kalung indah didalamnya.

"Huang renjun bilang kau harus lebih sering bermain biola, kau bermain dengan sangat indah sayang sekali jika kau hanya memainkannya pada tengah malam" Suara renjun membuat li jun tersadar dari lamunannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huang renjun bilang kau harus lebih sering bermain biola, kau bermain dengan sangat indah sayang sekali jika kau hanya memainkannya pada tengah malam" Suara renjun membuat li jun tersadar dari lamunannya.

"Apa kau suka?"

"Suka, aku sangat menyukainya"

Li jun sangat menyukai hadiah itu lebih dari kesukaan diam-diamnya terhadap biola.

"Aku sangat bodoh... Jelas-jelas melukis bukan keahlianku tapi aku terlalu memaksa" Li jun menatap kalung itu lamat-lamat, dia sebenarnya sangat berbakat dalam memainkan biola dan disaat yang sama dia juga menyukainya tapi sebelumnya selain li jun, tidak pernah ada yang sadar akan bakat dan kecintaannya.

Semua orang berpikir bahwa dia hanyalah tuan muda manja yang tidak tahu melakukan apa-apa, tapi dia benar-benar mencintai alat musik yang satu itu. Selama ini dia pikir dia bermain untuk dirinya sendiri tanpa dia sadari ternyata ada sepasang telinga lain yang ikut mendengarkan.

"Apa saudaraku benar-benar berpikir aku memainkannya dengan baik?" Li jun menatap renjun tepat di kedua binar indahnya.

"Dia mendengarkan setiap malam" Jawab renjun.

"Kalau begitu, aku akan terus bermain untuknya"

"Jangan"

"Kenapa?"

"Saudaramu ingin kau bermain untuk dirimu sendiri, sudah cukup dengan semua hal yang kau paksakan untuk menyenangkan orang lain sekarang adalah saatnya kau melakukan hal-hal yang kau suka. Lakukanlah banyak hal yang selama ini kau inginkan tapi tidak bisa agar nanti saat kau bertemu dengannya lagi kau bisa dengan percaya diri bermain biola di depannya dan dia bisa mendengarkan tanpa harus sembunyi dalam bayangan"

Kedua bersaudara itu akhirnya bebas, Huang renjun tidak perlu lagi terluka dan Huang li jun tidak perlu lagi berpura-pura.

Dan mungkin, mungkin.. Mereka bisa dipertemukan kembali, bukan sebagai jiwa yang menyerah dan si pencemburu tapi sebagai saudara yang sebenarnya.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang