chp 30

3.7K 302 0
                                    

"Ren!" Teriak seseorang dari jarak yang cukup jauh.

"Ren, ya Tuhan kau membuatku takut. Kenapa kau berjalan-jalan saat tengah malam seperti ini?" Terdengar jelas nada panik dari orang yang sedari tadi berbicara.

"Maaf haechan, aku hanya ingin melihat bintang" Ucapnya penuh rasa bersalah.

"Kau kan bisa panggil aku atau yang lainnya, jangan menghilang seperti tadi. Lihat, kau bahkan tidak memakai alas kaki"

"Maaf haechan" Renjun hanya bisa mengucapkan maaf karena terlalu abai pada dirinya sendiri.

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"

"Bukan hal yang penting"

"Ingin bercerita? Apa ini tentang li jun? Atau mungkin hal lain?"

"Tidak, aku hanya... Kurasa aku sedikit takut akan sesuatu" Renjun meremas jari-jarinya erat, hatinya merasa gelisah sejak entah kapan, dia sendiri tidak mengetahuinya.

"Haechan... Apa yang akan kau lakukan jika aku tiba-tiba menghilang? Bagaimana jika aku sebenarnya bukan aku? Bagaimana kalau suatu hari nanti aku bangun dan menyadari semua ini cuma mimpi?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" Renjun pikir haechan akan marah mendengar pertanyaannya yang terdengar tidak masuk akal, tapi sebaliknya pemuda itu malah menarik tubuh renjun untuk dia dekap erat-erat.

"Jika suatu hari nanti kau hilang kami akan mencarimu"

"Bagaimana kalau kalian tidak menemukanku?"

"Kalau begitu kami hanya harus mencari sampai ketemu kan? Jika kau tidak ada di kota ini kami akan pergi mencari di kota lain, jika tidak ada di negara ini akan kami cari di negara lain, bahkan jika kau tidak ada di dunia ini akan kami temukan cara pergi ke dunia lain sampai kau ketemu"

"Lalu bagaimana jika saat kalian menemukanku, aku bukan lagi 'huang renjun' yang kalian tahu?"

"Kau tidak bisa menghilangkan kami ren... Bahkan jika namamu bukan renjun bahkan jika rupamu tidak lagi sama kami tidak peduli, selama kami yakin itu kau, kau tidak akan bisa menyingkirkan kami"

"Lalu bagaimana jika ini semua mimpi? Aku takut haechan, aku takut suatu hari nanti aku akan terbangun di tempat dimana kalian tidak berada dimanapun, aku tidak rela, aku tidak bisa merelakan kalian" Suara renjun kian memelan, pemuda itu memeluk haechan berusaha untuk mencari kehangatan yang nyata.

Haechan mengangkat dagu renjun dengan lembut meminta pemuda itu untuk menatap dan mendengarkannya.

"Jika ini semua hanya mimpi kami tentunya sangat beruntung karena bisa diimpikan oleh sosok sepertimu, sama denganmu kami juga tidak akan rela. Persetan dengan mimpi, kami bisa membuatnya menjadi nyata untukmu renjun. Kami bisa jika itu demi kau, karena sebesar itulah kami mencintaimu, semua jawaban yang kuberikan mungkin terdengar mustahil tapi jika itu untuk renjun kami, kata 'mustahil' tidak akan berani menampakkan dirinya"

"Kau tidak tahu seberapa gilanya kami saat kau menghilang, kau tidak tahu seberapa marahnya kami pada diri sendiri karena memberikan si brengsek itu kesempatan melukaimu, kau tidak tahu betapa hancurnya kami saat tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa menunggu hasil pemeriksaanmu di lorong rumah sakit"

"Aku ketakutan renjun, aku tidak bisa mendengar apapun, aku tidak bisa memikirkan apapun, aku tidak bisa merasakan apapun, aku lebih takut kehilanganmu daripada meninggalkan dunia ini, aku lebih takut kehilanganmu daripada menghadapi hal-hal yang mustahil..."

Haechan menatap sepasang binar indah renjun, dia tidak tahu sejak kapan dia menjadi segila ini hanya demi seseorang, dia seolah tidak bisa percaya kalau suatu hari nanti dia lebih memilih berbagi dengan saudaranya karena takut renjun tidak akan memilihnya, dia menyukai apa yang pemuda ini sukai dan membenci apa yang tidak disukai.

Dua bilah bibir saling bertemu dengan lembut, ciuman itu sangat ringan seperti kepakan sayap kupu-kupu. Ciuman dari sang dominan seperti tanda yang membuat renjun tenang.

Dibawah langit berbintang, dua insan sedang berpelukan menyalurkan hangat hingga salah satunya tertidur.

Cinta memang harus seperti ini bukan? Selama kau berada di pelukan orang yang tepat, bahkan jika kau tahu badai akan datang sebentar lagi tapi kau tidak merasa takut sedikitpun karena kau yakin bahwa tidak ada yang akan bisa memisahkan pelukan itu kecuali mereka sendiri.

.....

"Renjun tertidur?" Kata jaemin setelah melihat saudaranya memegang renjun yang sedang terlelap.

"Mnn, jangan berisik pacarku sedang tidur" Ucapan haechan membuat tiga lainnya mendecakan lidah mereka disaat yang bersamaan.

"Kenapa lama sekali? Kau tidak melakukan sesuatu pada renjun ku kan haechan?" Tanya Jeno sanksi.

"Koreksi, Pacar KITA!. Tapi kau benar tidak macam-macam kan haechan?" Si sulung, mark menatap haechan dengan sinis.

"Ck, memangnya aku ini penjahat?! Toh kami hanya berciuman" Haechan tersenyum jahil, sengaja menyatakan para saudaranya kesal.

"Oke cukup, jadi apa yang kalian berdua bicarakan sampai selama itu?" Tanya jaemin penasaran.

Haechan menatap ragu pada saudaranya, haruskah dia beritahu mereka? Mungkin renjun hanya asal bicara saja kan?

"Jangan coba-coba berbohong" Ancaman dari mark membuat haechan mengalah.

"Renjun takut, dia takut kehilangan kita, dia takut saat tidak mendapati siapapun kala membuka mata, dia takut kalau ini semua hanya mimpi"

"Sebenarnya aku juga merasa sedikit takut, ini pertama kalinya aku jatuh sedalam ini, awalnya aku takut dia tidak akan memilihku, lalu kemudian aku takut renjun akan dibawa pergi oleh seseorang, aku takut semesta tidak akan menjadi sebaik itu pada kita, aku takut karena aku sangat mencintainya" Jaemin menunduk tenggelam oleh pikirannya sendiri, dialah yang pertama kali bertemu renjun, dialah yang lebih dulu mengenal renjun, dia sangat mencintai renjun hingga dadanya terasa sesak jika pemuda itu tidak terlihat di bidang penglihatannya.

"Karena renjun tidak ingin kita pergi maka kita tidak akan pergi. Dia harus bertanggung jawab, aku jatuh sedalam ini karena dia jadi dia tidak boleh pergi sampai kapanpun" Anggap Jeno egois karena dia memang seperti itu, dia tidak akan membiarkan renjun pergi bahkan jika pemuda itu ingin.

"Kita semua masih terlalu lemah, kita harus menjadi kuat, cukup kuat agar renjun bisa melakukan apa yang dia mau, cukup kuat agar bisa menjadi bumi yang dipijak nya, cukup kuat untuk menjadi langit yang melindunginya" Mark menatap tegas pada saudaranya, seperti renjun yang tidak rela, mereka juga seperti itu.

Jangan remehkan perasaan mereka pada pemuda manis yang sekarang sedang tertidur lelap. Semua orang bisa meragukan mereka, semua orang bisa mengira bahwa perasaan mereka hanyalah perlakuan impulsif saat remaja, tapi mereka percaya pada diri mereka sendiri. Menjadi kuat dan berkuasa mungkin susah, mungkin mereka harus gagal dan jatuh berkali-kali tapi jika demi sang kekasih hati, bahkan setiap kegagalan akan terasa manis.

La mia casaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang