Ucapan Fathan terpotong karena ponsel di saku celana bergetar ada telepon masuk. "Mas, angkat telepon dulu ya," izinnya pada Ziara saat sudah mengetahui siapa orang yang meneleponnya.
"Iya, Mas."
Fathan segera mengangkat telepon masuk dari Bram orang yang diperintahkan untuk mencari pasangan suami-istri yang telah berani mencemooh istrinya. "Hallo? Bagaimana, apa kamu sudah menemukan mereka?"
"Sudah, Pak. Tapi mereka kekeh gak mau minta maaf, padahal udah saya jelasin orang yang mereka marahin itu suami pemilik restoran."
"Apa mereka sekarang berada ada disana?"
"Yah, di samping saya."
"Biarkan saya berbicara dengan mereka."
"Baik."
Fathan memberi waktu untuk Bram memberikan teleponnya pada pelaku.
"Hallo?" sapa lelaki dari sebrang sana.
"Hallo," jawab Fathan dengan nada tegas. "Saya tunggu kedatangan anda di restoran sekarang, jika anda tidak datang. Saya pastikan polisi yang datang ke rumah anda." Dia serius dan merasa sangat marah.
"Saya datang ke sana sekarang."
Tut!
Sambungan telepon terputus dari sana. Fathan kembali mengantongi ponselnya.
"Ayo." Fathan mengajak Ziara untuk berdiri dengan cara menarik tangan kanan istrinya.
Mereka berjalan keluar dari meja kasir panjang yang memiliki pintu.
"Udah makan siang?" tanya Fathan di sela perjalanan menuju meja.
"Belum," jawab Ziara seadanya.
"Yaudah makan dulu." Fathan menarik kursi untuk Ziara duduk. "Kamu tunggu bentar, Mas mau minta tolong crew untuk siapkan makan siang kamu."
Ziara mengangguk setuju dan duduk di kursi dengan tenang seorang diri.
Sementara itu Fathan melangkah menuju dapur.
Kedatangan Fathan mengejutkan sepuluh karyawan yang sedang asik makan siang.
"Eh, Bapak!"
"Bangun-bangun!"
"Maaf, Pak!"
Mereka menjadi sungkan dan langsung menghentikan kegiatan makannya.
"Gak papa, lanjutin aja makannya. Saya kesini cuma mau ambil makanan untuk istri saya," seru Fathan mengurungkan niat karyawannya yang hendak bangun karena duduk di lantai.
"Terima kasih, Pak."
"Pak Fathan bos paling the best!"
Toto kepala koki di sini keluar dari toilet. "Istrinya mau makan apa, Nak?" tanyanya karena menguping pembicaraan Fathan barusan.
"Apa saja, Istri Fathan pasti suka."
"Baik. Bapak bantu siapkan."
"Terima kasih, Pak. Saya juga minta tolong ke siapa saja, untuk antarkan makanan ke meja saya sehabis kalian selesai makan."
"Siap, Pak! Nanti saya yang antarkan," jawab Shireen antusias.
"Terima kasih, saya tunggu di meja."
"Iya, Pak!"
Fathan keluar dari dapur untuk kembali menghampiri Ziara. Dia ikut duduk di kursi samping istrinya yang masih memasang raut wajah sedih. "Jangan sedih terus cantik," perintahnya sembari mengelus lembut pipi kiri Ziara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMBAAN GURU TAMPAN
Teen Fiction[Cerita penuh dengan keuwuan.]❤️ "Fathan memang bukan ustadz, Ummi. Tapi insyaallah, bisa menjadi imam yang baik untuk Ziara." _Elfathan Barwyn Atharic. Pada usia 20 tahun Elfathan Barwyn Atharic mahasiswa semester 5 jurusan manajemen. Dia ditawari...