41 - Hamil?

3.8K 272 36
                                    


Hai, guys. Maaf ya baru sempet update, karena emang lagi sibuk-sibuknya. Tambah lagi, sekarang lagi gak enak badan🤧 semoga kita semua terus di beri kesehatan ya.💗

Makasih atas 40k viewnya ya, makasih juga udah setia nunggu cerita ini.

Boleh dong minta vote dan komennya biar tambah semangat ngetiknya.💗

MINAL AIDZIN WALFAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN SEMUANYA. MAAF JIKA MUNGKIN ADA KETIKAN YANG BIKIN KALIAN TERSINGGUNG ATAU SAKIT HATI YA. 💗

_____

"Yes!" Fathan bersorak senang. "Lest go!" Ia pun segera melepas kancing kemejanya satu persatu dari atas ke bawah.

Ziara yang melihatnya langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Malu, melihat suaminya yang kini tak memakai baju. Wajahnya sudah memerah, terasa hangat.

"Kamu enggak kecapean? Kan tadi siang abis kerja."

"Enggak, kok, Mas. Ini kan udah kewajiban aku sebagai istri," jawab Ziara tanpa menoleh.

Fathan tersenyum lalu mencium pipi kanan Ziara, setelah itu dia tengkurap di atas kasur.

"Aku ambil minyak zaitunnya dulu." Ziara turun dari kasur untuk mengambil minyak zaitun di lemari sebelum mulai memijit punggung sang suami.

Sembari melangkah Ziara mengulum senyuman, suara Fathan saat membisikinya membuatnya salah tingkah. Sebenarnya yang membuatnya salah tingkah bukan karena kalimat yang Fathan ucapkan, tetapi karena nada bicaranya.

"Mas minta pijit." Kalimat itu saja yang Fathan bisiki. Namun, mampu membuat Ziara tersenyum malu.

Setelah mengambil minyak zaitun di botol. Ziara kembali naik ke atas kasur, duduk di samping suaminya.

Fathan menoleh pada Ziara tanpa merubah posisi tengkurapnya. Bibirnya tersenyum sembari memperhatikan wajah Ziara dari bawah yang sedang membuka tutup botol.

Cantik... Semakin membuatnya jatuh cinta.

Ziara mulai menuangkan sedikit minyak zaitun di atas punggung atas Fathan dan kedua tangannya mulai memijit secara perlahan dari bawah ke atas.

*****

SATU BULAN SETENGAH KEMUDIAN.

"Assalamualaikum." Dia mengucapkan salam bersamaan membuka pintu rumah miliknya. Matanya berkeliling mencari sosok wanita yang tak lain adalah istrinya.

"Sayang, Mas pulang."

Yah lelaki tersebut adalah Fathan. Terpaksa pulang ke rumah sebelum selesai mengajar
karena mendapat kabar dari salah satu teman kuliah Ziara yang mengatakan bahwa istrinya sakit dan harus pulang ke rumah.

Kedua kakinya berjalan menaiki anak tangga dengan sedikit berlari sudah tak sabar ingin melihat keadaan istrinya sekarang.

Saat sampai di depan pintu kamar, perlahan-lahan ia membukanya. Terlihat sang istri terbaring miring di ujung kasur tanpa menggunakan bantal.

Dia pun segera masuk ke dalam kamar dengan perasaan sangat khawatir. "Sayang?" panggilnya sembari punggung tangannya menyentuh dahi Ziara untuk memeriksa suhu tubuh.

Suhu tubuh normal. Fathan sedikit merasa lega, dia segera menyentuh bahu istrinya mencoba membangunkan. Meskipun tak tega membangunkannya, tetapi ia harus segera membawa Ziara pergi ke dokter. Khawatir jika dibiarkan akan semakin parah.

"Sayang?" panggilnya lembut sembari mencium pucuk kepala istrinya.

Perlahan Ziara terusik karena tidak benar-benar tertidur pulas, ia sedikit membuka matanya yang terasa sangat berat, sulit terbuka sempurna sempurna. Kepalanya terasa sakit dan pusing membuat dirinya ingin tertidur kembali untuk meredakan rasa nyeri yang di rasakan olehnya. "Ini jam berapa?" tanyanya seraya melirik ke jam dinding yang tertempel di atas pintu.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang