51 - Bergadang?

1.2K 113 3
                                    


"Hari ini kamu belum kiss kening aku," jawab Ziara dengan mimik sedih. Gara-gara membaca artikel tadi, ia menjadi was-was.

Fathan menggelengkan kepalanya pelan, lalu terkekeh kecil. "Sini, Sayang." Kedua tangannya menyentuh rahang Ziara, menariknya pelan lalu mengecupnya tiga kali.

"Udah? Atau masih kurang?"

Ziara diam sebentar. "Udah kali ya?" Dia malah bertanya balik karena ikut bingung.

"Ya udah." Sebelum mengakhiri obrolan, Fathan mencium kedua pipi Ziara sekilas. "Kamu tidur duluan aja kalau udah ngantuk, Mas masih banyak kerjaan."

"Iya, Mas." Ziara segera berdiri karena tak mau mengganggu suaminya yang sedang berkerja.

Dia merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap ke arah suaminya. Bibir manisnya tersenyum memperhatikan sang suami. 'Siapa lelaki tampan itu? Sungguh suamiku?' Batinnya bertanya-tanya sendiri. Wah! Beruntungnya ia dinikahi lelaki tampan, penyayang, perhatian, baik, soleh seperti Fatha. Jahat sekali jika ia sampai menuduh suaminya selingkuh. Ia yakin, Fathan tidak mungkin macam-macam diluar sana. Ziara sangat yakin!

'Selamat malam mas Fathan,' ucapnya dalam hati seraya perlahan memejamkan mata. Walaupun baru pukul 8 malam, tapi ia sudah merasa mengantuk. Toh ia sudah sikat gigi dan memakai cream pelembab jadi bisa langsung tidur.

3 menitan ia menutup mata, kini kembali terbuka karena tak bisa tidur. 'Mas Fathan kapan kelarnya ya? Pengen peluk.' Batinnya merasa gelisah.

Semenjak hamil Ziara kesulitan tidur jika seorang diri sebab hatinya merasa tak tenang, entah apa yang dikhawatirkan olehnya. Tetapi jika tidur dalam pelukan suami, ia merasa nyaman dan tenang. Apa artinya janin dalam perutnya ingin terus dekat dengan ayahnya? Entahlah apa jadinya jika sewaktu-waktu suaminya berkerja ke luar kota dan harus berjauhan.

Karena merasa diperhatikan, Fathan melirik kearah kasur. Disana ia dapat melihat Ziara tengah menatap kearahnya. Tatapan indah dari wanita yang paling dicintainya, wanita yang membuatnya jatuh cinta setiap hari dan orang yang membuatnya semangat untuk pulang ke rumah.

Fathan mengembangkan senyuman saat Ziara tersenyum padanya. Rasa jenuh dan ngantuk seketika hilang dan kembali bersemangat, ia berjanji akan mengerjakan pekerjaan dengan cepat agar bisa ikut tidur disamping sang istri.

Senyuman Ziara perlahan memudar karena Fathan kembali melanjutkan kegiatannya. Hatinya sedikit kecewa, ia kira suaminya akan menghentikan kegiatannya dan datang menghampirinya.

Ia memilih berganti posisi membelakangi Fathan dan mencoba kembali memejamkan mata. 'Bismika allohumma ahyaa wa bismika amuut.' Ziara membaca doa sebelum tidur dalam hati.

Lama kelamaan akhirnya Ziara masuk ke dunia mimpi setelah berusaha memaksa diri tidur.

Beberapa jam terlelap dalam tidur tiba-tiba Ziara terbangun tengah malam, tangan kirinya meraba kasur di sebelahnya, mencari sosok pria yang setiap hari tidur bersamanya. Matanya langsung terbuka perlahan-lahan sebab tak menemukan pria yang tak lain yaitu suaminya, ia menyerengit dengan pandangan yang masih samar-sanar sembari menoleh ke arah sofa.

Kedua matanya langsung terbuka lebar ketika melihat sang suami masih diposisi yang sama sebelum ia tertidur. 'Jam berapa ini?' Batinnya seraya menoleh ke arah jam dinding.

'Ya allah udah setengah tiga pagi, Mas Fathan bergadang?'

Dengan segera Ziara terbangun dari posisi tidur, lalu turun dari atas kasur dan datang mendekati suaminya. "Mas?" panggilnya sedih. Bagaimana ia tak sedih saat tau, suaminya sampai rela bergadang mengerjakan pekerjaannya, sedangkan dirinya malah asik tertidur.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang