52 - Tak Sengaja Bertemu?

1.2K 93 12
                                    

Sepatu berukuran 38 yang dikenakan oleh Ziara bergerak kesana-kemari  diatas rerumputan tanpa disadarinya, karena kesadarannya sibuk berdebat. Diposisi sendiri seperti ini pikirannya kembali gelisah memikirkan soal masalah yang dihadapinya sekarang yaitu tentang suaminya. Bohong, jika ia sekarang tenang ayem tak mengkhawatirkan itu semua hanya karena sikap suaminya yang terus  romantis.

Perlakuan manis Fathan belum bisa meyakinkan perasaan Ziara 100% percaya jika Fathan tak berselingkuh.

Dia membuang nafas berat, melirik ke sekeliling taman kampus, berharap para temannya segera datang menemaninya disini yang duduk sendiri di kursi taman kampus.

Drtt....

Ponsel di pangkuannya bergetar, layar langsung menyala panggilan ia membaca naman elisa yang tertera disana.

Tanpa pikir panjang Ziara menerima panggilan masuk tersebut. "Assalamualaikum?" salamnya terlebih dahulu.

"Aku lagi di taman nih, kamu kesini aja, Sa."

"Oh oke deh."

Ziara mengakhiri komunikasi telepon dengan hati gembira. Elisa mengatakan akan datang kemari, ia amat bersyukur. Ia yakin kehadiran Elisa akan mengalihkan pikiran buruknya terhadap suaminya.

"Hadeh cape juga," celetuk Elisa mengaduh lelah yang baru saja datang. Dia langsung duduk di samping Ziara tanpa menyapa terlebih dahulu.

"Abis ngapain, Sa?" tanya Ziara penasaran, Elisa terlihat sangat kelelahan padahal ini masih pagi dan cuaca hari ini sejuk.

"Jalan kaki dari kos-an ke kampus, mana jauh lagi."

"Loh, kamu ngekost?"

Elisa mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Udah seminggu sih."

"Kenapa kamu ngekost?"

"Males aku kalau di rumah, Zi. Denger orang tua ribut mulu tiap hari."

Ziara paham dan memilih tidak melanjutkan pembicaraan ini. Takut, Elisa merasa risih jika ia bertanya soal keluarganya. "Hari ini kamu nginep di rumah aku aja, Sa," tawarnya.

"Emang boleh?" tanya Elisa apa mungkin suami Ziara mengizinkannya bermalam dirumah mereka.

"Boleh dong. Suami aku juga pasti ngizinin kok, adik aku juga kadang kalau malam minggu sering nginep dirumah."

"Aku gak enak kalau nginep sendirian."

"Ya gimana ya, Sa. Aku gak bisa temenin kamu tidur, suami aku pulang tiap hari gak mungkin aku suruh mas Fathan tidur sendirian."

"Iya, Zi aku paham. Ajak Rahma atau siapa gitu, supaya aku gak sendirian biar gak canggung-canggung banget dirumah kamu." Sebenarnya bukan masalah tidur sendirian, ia hanya takut menjadi pengganggu atau membuat suami Ziara merasa tak nyaman atas kehadirannya sebab bagaimanapun Elisa adalah orang lain.

"Rahma gak mungkin bisa, dia kan punya anak, Sa. Yaudah, nanti aku suruh adik aku nginep aja."

"Ide bagus tuh."

Ziara mengangguk sembari mencari kontak Nari di ponselnya, kebetulan ia memang sedari tadi memegang handphone.

"Waalaikumsalam," jawab Ziara saat sambungan telepon tersambung dan adiknya menyapa terlebih dahulu. "Nanti malem kamu nginep ya, temenin temen Kakak," lanjutnya lagi karena Nari bertanya mengapa ia menelpon.

"Oke deh. Kakak tunggu ya."

"Waalaikumsalam."

Sehabis berbincang dengan adiknya, Ziara mematikan layar ponsel, lalu memasukkan ke dalam tas.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang