Fathan sedikit grogi. Ia memalingkan wajahnya. "Tidak ada alasan, sudah kamu makan saja. Bisa kan?" balasnya tanpa menoleh."Oke." Ziara mengangguk paham, ia tak mau terlalu membahasnya lebih dalam. Mungkin memang karena Fathan tak ada pilihan lain untuk memberikan kue ini pada siapa, dan tidak ada maksud khusus sengaja memberikan padanya.
"Kamu mau naik apa ke restorannya?" tanya Fathan jika Ziara tidak membawa kendaraan ia akan menawarkannya untuk pergi bersama.
"Paling naik kendaraan umum, Pak. Bareng Shasa, hari ini Shasa gak bawa motor."
"Yaudah, kalian ikut sama saya. Kebetulan saya sendirian."
"Emang gak papa, Pak?"
"Gak papa, yaudah kamu boleh bawa kue ini terus tunggu di parkiran."
"Iya, Pak. Sekali lagi makasih yah."
Fathan mengangguk kepalanya, kemudian Ziara segera mengambil kue tersebut lalu keluar ruangan.
Nampaknya koridor sudah mulai sepi mungkin karena para murid sudah pergi. Di perjalanan Ziara terus memperhatikan kue yang diberikan oleh Fathan.
Entah mengapa hatinya merasa sangat bahagia mendapat potongan kue pertama Fathan, walaupun Fathan bilang ini hanya karena dia bingung untuk memberikannya pada siapa. Tetapi, tetap saja. Ziara merasa beruntung.
"Ziara?" panggil Shasa yang tengah duduk dikursi sekitar parkiran.
Ziara menghampiri Shasa lalu ikut duduk di sampingnya. "Maaf, nunggu lama ya, Sha."
"Enggak kok." Pandangan Shasa langsung terfokus pada sepotong kue yang di bawa oleh Ziara. "Katanya gak suka kue bolu," tambahnya karena Ziara bilang tidak berniat untuk mengambil kue ulang tahun. Namun, mengapa sekarang Ziara malah mengambilnya.
Ziara tersenyum tipis. "Itu tadi, sekarang jadi suka," jawabnya sembari memakannya menggunakan garpu kecil yang biasa ada pada kue ulang tahun. "Emm, enak banget kuenya," lanjutnya setelah merasakan kue tersebut. Sebenarnya rasanya biasa saja, namun karena pemberian Fathan plus ini adalah kue potongan pertama jadi menambah rasa kue ini lebih spesial dan enak.
Shasa mengangkat sudut bibir atasnya sambil menatap Ziara heran. "Aneh kamu, Zi."
"Kamu mau?" tawar Ziara sambil menyodorkan kehadapan Shasa.
"Enggak ah, males. Udah nyobain juga, rasanya biasa aja."
"Tapi ini beda, Sha."
Shasa memperhatikan baik-baik dari mulai kue, piring, garpu. Tidak ada yang aneh, namun mengapa bisa membuat Ziara seperti ini? Namun, kedua pupil matanya membesar saat sadar pada sesuatu. "Kue itu kan." Ia berhenti sejenak. "Kue potongan pertama? Pak Fathan ngasih itu ke kamu?" tebaknya sangat terkejut seakan tak percaya.
What! Bagaimana bisa kue tersebut di berikan oleh Fathan! Shasa tak percaya. Omg!!!!
Ziara tercekat mendengarnya. Bagaimana bisa Shasa mengetahui itu? Jeli sekali mata Shasa. "Bukan," jawabnya tidak ingin jujur karena takut Shasa berfikir macam-macam.
"Aku inget banget, Zi. Soalnya aku inget piring yang di gunakan pak Fathan untuk taro kue potongan pertama itu warna pink, kan piring warna pink itu cuma ada satu. Lagi pula kue itu gak pak Fathan kasih ke siapapun. Terus, kamu juga abis ke ruangan pak Fathan kan?" jelas Shasa sangat yakin.
"Iya-iya, kamu betul. Sebenarnya ini dapat ngasih pak Fathan, dia bilang karena bingung mau ngasih siapa."
"OMG! PAK FATHAN NGASIH KUE POTONGAN PERTAMANYA UNTUK KAMU!" teriak Shasa kembali heboh. Ia sangat iri pada Ziara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMBAAN GURU TAMPAN
Genç Kurgu[Cerita penuh dengan keuwuan.]❤️ "Fathan memang bukan ustadz, Ummi. Tapi insyaallah, bisa menjadi imam yang baik untuk Ziara." _Elfathan Barwyn Atharic. Pada usia 20 tahun Elfathan Barwyn Atharic mahasiswa semester 5 jurusan manajemen. Dia ditawari...