Fathan melirik sekilas pada Ziara, lalu terkekeh kecil. "Cantik, Bu. Ziara gadis yang manis.
Zula tertawa kecil, ia sangat senang mendengarnya. Sedangkan Ziara tengah menahan rasa malu, ia pun tak kuasa menahan senyuman karena mendapat pujian manis dari Fathan.
Fathan tak bisa melepaskan pandangannya dari Ziara yang terus menunduk, menyembunyikan senyuman manisnya.
"Silakan duduk, Pak. Saya ambilkan minum dulu," tawar Zula kembali masuk ke dalam warung.
"Terima kasih, Bu. Tapi jangan repot-repot."
"Enggak, gak merepotkan kok," balas Zula ramah. "Zia, temenin guru kamu ngobrol dulu. Mama mau ambil gelas di rumah," suruhnya membuat Ziara tersentak kaget.
'Mama pake pergi lagi.' Batin Ziara dengan detak jantung yang berdetak kencang.
Entah mengapa ia bisa segrogi ini di dekat Fathan, sedangkan jika di sekolah ia tidak sampai seperti ini.
"Kamu gak duduk?" tanya Fathan sambil duduk di kursi panjang.
"Oh iya." Ziara ikut duduk di samping Fathan namun jaraknya cukup lumayan jauh.
"WOI SENDAL GUA!"
"DIH EGE MALAH DI LEMPAR!"
"CK! AWAS LU!"
"GUA BANTING JUGA LU!"
Teman-temannya Bani keluar rumah dengan heboh membuat Fathan dan Ziara menoleh bersamaan.
Fathan nampak terkejut melihat lelaki sebanyak itu keluar dari rumah Ziara. "Mereka siapa?" tanyanya cemburu.
"Temen-temen kak Bani."
"Kak Bani itu siapa?" tanya Fathan tak tau.
"Kakak aku."
"Oh." Fathan berfikir sebentar. "Emang harus banget yah mainnya di dalam rumah?" lanjutnya dengan raut wajah kesal.
"Biasanya mereka di bengkel, gak tau kenapa hari ini pada di dalem rumah."
"Lain kali mending jangan di izinin masuk ke rumah, gak baik tau." Fathan khawatir terjadi hal buruk pada calon istrinya. Upss! Maksudnya Ziara, ia tak ingin banyak lelaki yang mengelilingi Ziara apa lagi di lingkungan rumahnya.
"Iya, Pak. Saya juga sebenarnya marah kalau liat kak Bani bawa temennya masuk ke rumah, tapi gimana lagi. Kak Bani kalau di larang pasti marah-marah."
"Kalau lagi ada mereka di dalem rumah, biasakan kunci kamar kamu, walaupun kamu cuma ke warung."
Ziara mengangguk paham. "Iya, Pak."
"Wih Nari sama Lulu udah gede aja, cantikan kalian yah dari pada Zia haha."
Fathan kaget ia langsung menatap marah kepada salah satu teman Bani yang berkata barusan saat melihat dua siswi Smp yang baru pulang sekolah.
"Dih apan sih!" cetus Lulu sambil melirik sinis.
"Gak sopan banget, kamu gak usah di masukan ke hati," tutur Fathan khawatir Ziara sakit hati mendengar celetukan lelaki tersebut.
Ziara tersenyum. "Di katain jelek sama orang jelek, ngapain harus sakit hati."
Fathan sedikit melebarkan matanya. Kemudian ia tersenyum takjub, ia salut dengan jawaban yang Ziara berikan. "That's girl."
Ziara menoleh ke samping kanannya tepatnya pada Fathan. Ia dapat melihat Fathan tersenyum padanya, kemudian ia membalas senyuman Fathan.
Sangat indah melihat senyuman Fathan yang begitu tulus seperti itu.
Sangat manis...
"Assalamualaikum," salam Nari dan Lulu bersama pada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMBAAN GURU TAMPAN
Fiksi Remaja[Cerita penuh dengan keuwuan.]❤️ "Fathan memang bukan ustadz, Ummi. Tapi insyaallah, bisa menjadi imam yang baik untuk Ziara." _Elfathan Barwyn Atharic. Pada usia 20 tahun Elfathan Barwyn Atharic mahasiswa semester 5 jurusan manajemen. Dia ditawari...