34 - Jum'atan

4.7K 281 1
                                    

Hi, jangan lupa vote dan komen ya.❤️

"Gak ada crush kamu kan di antara santri tersebut?"

"Mas, aku gak pernah punya crush. Karena tiap kali aku mulai suka sama orang, aku gak pernah gubris dan lebih baik menghindar."

Fathan tersenyum kagum lalu memeluk Ziara.

"Katanya mau mandi. Aku mau masak, nanti abis jum'atan baru makan siang yah."

Fathan malah mengeratkan pelukannya. "Bentar pengen isi energi dulu," ujarnya sembari memejamkan matanya.

Ziara berdecak geli melihat kelakuan sang suami. "Udah cukup belum?"

"Baru setengah."

"Udah setengah dulu, nanti di isi lagi."

Fathan tersenyum simpul, lalu melepaskan pelukan walaupun sejujurnya belum puas memeluk Ziara. Ia mencodongkan wajah mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ziara. Reflek! Ziara langsung memundurkan tubuhnya.

"Kiss dulu," pintanya dengan wajah menyamping ke kanan, memberi akses Ziara untuk mencium pipi kanannya.

Ziara mengalihkan pandangannya. "Gak mau," tolaknya grogi.

Fathan perlahan menatap Ziara tanpa ekpresi. "Dosa nolak permintaan suami."

Ziara menunduk dengan raut wajah bingung. Benar juga apa yang suaminya katakan, tapi dirinya masih sedikit canggung untuk melakukan hal seperti itu. Wajar saja, selama 19 tahun Ziara tidak pernah berpacaran atau akrab dengan seorang lelaki selain kakaknya. Jadi ada rasa takut dan grogi dekat dengan lelaki.

Fathan tersenyum miring namun hanya senyuman tipis. Kemudian, ia langsung mengecup pipi kanan Ziara tanpa aba-aba.

Ziara tercengang, tubuhnya seperti mematung di tempat tak dapat bergerak. Jantungnya mulai berdegup kencang. Pupil matanya bergerak ke arah Fathan tanpa menggerakkan wajahnya menghadap Fathan.

Fathan tengah tersenyum gemas melihat ekpresi Ziara begitu terlihat lucu. "Apa?" tanyanya lembut karena Ziara menatapnya seperti itu. Apakah Ziara akan marah padanya?

Ziara malu dan malah membalikkan badan menghadap tembok namun masih berjarak tidak mepet ke dinding, membelakangi sang suami untuk menyembunyikan wajahnya karena salah tingkah mendengar suara lembut Fathan barusan.

Fathan maju satu langkah berdiri tepat di belakang Ziara, lalu melipat kedua tangannya di dada dan sengaja hanya memperhatikan dari belakang tanpa angkat suara sedikit pun.

Kedua alis Ziara bertaut, heran. Tak mendengar suara Fathan. Penasaran, akhirnya memilih untuk membalikan badannya kembali.

Deg!

Ziara menabrak tubuh Fathan yang ternyata sedari tadi berdiri di belakangnya. Sontak, karena benturan tubuh mereka berdua lumayan keras membuat Ziara terhuyung ke bawah.

Fathan terkejut membesar matanya dan dengan kecepatan tangan kirinya menahan pinggang Ziara.

Ziara menarik kerah baju Fathan erat untuk menahan tubuhnya yang hampir saja terjatuh. Heuh! Dia bernafas lega. Jika sampai terjatuh, bisa-bisa kepalanya terbentuk dinding sebelum terjatuh ke lantai. Merinding saat membayangkan betapa sakitnya.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang