58 - Riuh

1.1K 32 1
                                    

Dua orang masuk mengalihkan pandangan Fathan, dia memilih segera keluar toilet.

Sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis ketika melihat istrinya sudah berdiri di luar. "Udah, Sayang?" tanyanya memberikan energi positif. Semoga dengan ia yang terlihat gembira bisa membuat istrinya ikut berbahagia juga.

"Udah, Mas."

"Jangan di lepas," perintah Fathan setelah memaksa istrinya untuk menggandeng tangan kirinya.

Sementara Ziara hanya menatap heran seraya berjalan mengikuti tempo langkah sang suami.

Fathan datang dengan memasang wajah biasa, andai ada meja kosong selain disini mungkin ia tak akan kembali duduk di deretan orang yang membuat istrinya merasa tak nyaman. Ia kasian pada istrinya jika harus mendapatkan perlakuan tak baik lagi dari mereka. Sesudah duduk genggamannya tak dilepas olehnya.

"Permisi," sapa staf wanita membawa meja rolling buah-buahan. "Buahnya, Mas, Mbak?" Karena tugasnya menawarkan buah-buahan yang sudah di atas piring-piring kecil. Ada macam buah seperti lengkeng, anggur, salak, jeruk dan lainnya.

"Aku mau apel!"

"Aku jeruk!"

"Taro aja, ke meja Mbak."

"Baik." Wanita itu segera mengambil piring kecil berisi macam-macam buah memindahkan ke meja mereka. Fathan dan Ziara mendapatkan bagian buah lengkeng dan jeruk.

"Terima kasih," ucap Fathan. "Boleh minta piring kosong sama garpunya?"

"Tentu boleh. Tunggu."

Ziara dan Fathan memperhatikan wanita itu mengambil satu piring dari rak paling bawah tempat tumpukan piring kecil, sendok, garpu.

"Ini, Pak."

"Terima kasih."

"Sama-sama, saya permisi keliling lagi ya."

"Iyah. Semangat kerjanya."

Wanita tersebut tersenyum ramah. "Wah, terima kasih, Pak."

Fathan mengangguk kecil. Kemudian, seusai staf wanita itu pergi ia mengambil satu buah jeruk, mengupasnya lalu memisahkan daging jeruk ke dalam piring bersih yang tadi ia minta. Ia menarik piring itu ke hadapan sang istri. "Dimakan," suruhnya lanjut mengupas buah lengkeng.

Ziara melirik pada teman suaminya. "Makasih, Mas," ucapnya pelan.

Fathan membalas senyuman istrinya. "Sama-sama."

"Kamu juga makan." Ziara menyodorkan jeruk ke bibir Fathan.

Fathan langsung membuka mulut, menerima suapan sang istri lalu tersenyum. "Makasih, Sayang."

Sorot mata teman wanita Fathan langsung menjelit sinis pada mereka berdua.

Ziara mengangguk ragu-ragu. "Sama-sama, Mas."

Acara ijab kabul berjalan sangat lancar, kini kedua mempelai dan keluarga tengah berfoto bersama mengabdikan momen sakral ini. Para tamu undangan sudah dipersiapkan untuk mencicipi macam hidangan yang disediakan.

"Makan yuk, laper nih belum sarapan."

"Yuk, yuk!"

Winha, Emma, Listi, Angel, Ega, Jessika,  mereka semua mulai beranjak ikut mengantri prasmanan. Sedangkan Ahmed, Umami, Sendy, Arianto, Lino, Bram memilih tetap duduk bersama Fathan dan Ziara. Bukan tak mau ikut mencicipi makanan disini, tetapi mereka menunggu antrian sepi.

"Pertama ketemu istri dimana, El?" tanya Arianto pada Fathan.

"Di sekolah."

"Ade kelas?"

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang