Deg!
Fathan terperanjat kaget saat hendak ikut masuk ke halaman rumah, tiba-tiba Audrey keluar dari dalam rumah Mahya.
Senyuman lebar Audrey mengembangkan dari sana, seakan tak percaya melihat sepupunya datang kemari.
Niat baik ingin mengantarkan anak ini ke dalam rumah, dalam sekejap hilang. Ia tak ingin bertemu dengan Audrey karena bisa saja berbicara macam-macam di depannya dan Mahya.
"Mahya."
Panggilan Fathan menghentikan langkahnya. Mahya segera membalikkan badan. "Iya, Mas?"
"Bawa anakmu masuk." Dengan sedikit buru-buru Fathan memberikan Kaira pada Mahya. "Assalamu'alaikum," salamnya lalu pergi tergesa-gesa tanpa mendengar jawaban Mahya.
Audrey melihat kejadian itu semua langsung berlari kecil mengejar Fathan. "FATHAN!" teriaknya sebab mobil milik sepupunya sudah melaju saat ia baru keluar gerbang. "Aish! Dasar."
"Kalian abis jalan bareng?" tanyanya pada Mahya yang mulai berjalan kecil.
"Enggak, Drey. Tadi Kaira sempet hilang, eh ternyata ketemunya sama mas Fathan di depan minimarket."
" Wah, jodoh tuh."
"Astaghfirullah, Drey. Istighfar, mas Fathan sudah menikah."
"Emang kenapa? Kan nikah bisa cerai."
"Drey. Stop! Semua ini sudah selesai, berhenti menjodoh-jodohkan saya sama mas Fathan. Dari dulu sepupumu itu gak suka sama saya, percuma. Saya liat juga, Fathan sangat mencintai istrinya."
"Fathan cocoknya sama kamu, bukan sama si cewe matre itu. Aku tau banget, dia mau nikah sama Fathan juga karena tau Fathan anak orang kaya. Yakin deh."
"Ziara gadis yang baik, Drey. Kamu harusnya bersyukur sepupumu menikah dengan wanita baik."
"Aku maunya Fathan sama kamu."
"Drey! Aku cape. Berhenti bicara tak jelas!" tegas Mahya kesal karena selalu dibuat tak habis pikir dengan pola pikir Audrey. Entah kenapa dari dulu Audrey bersikeras menjodohkannya dengan Fathan, padahal jelas-jelas mereka berdua tak saling mencintai. Yah walaupun hatinya sempat goyah mencintai Fathan, tetapi itu semua tak bertahan lama, perasaan cinta yang tumbuh hilang saat ia bertemu dengan lelaki lain.
"Aku pulang deh, kamu keliatan marah sama aku," seru Audrey merajuk dimarahi oleh sahabatnya dan juga sudah hampir 3 hari ia menginap dirumah Mahya.
"Jangan ngada-ngada, Drey. Udah masuk kamar sana," balas Mahya sembari masuk ke dalam kamarnya. Bagaimana pun Audrey sahabatnya, ia senang jika Audrey tinggal bersamanya karena merasa memiliki anggota keluarga.
"Aku keluar bentar, mau ketemu calon suamiku."
Mahya yang hendak menutup pintu kamar terhenti. "Kamu sudah punya calon suami?" tanyanya penasaran sebab selama ini Audrey tidak mengatakan apapun soal pasangan.
"Belum sih, tapi cowok yang aku suka udah dapet."
"Hm. Yaudah hati-hati di jalan."
"Iya, bye." Audrey keluar kembali ke luar rumah dan Mahya segera menutup pintu kamar.
_____
Puluhan kali Fathan mengumpat, memaki diri di dalam mobil. Mimpi apa ia semalam mengapa harus bertemu Audrey saat bersama Mahya. Bila ia tau dari awal Audrey berada didalam rumah Mahya, tak mungkin ia mau berbaik hati membantu Mahya membawa putrinya sampai halaman rumah. Ia sungguh takut, yah takut Audrey berbuat sesuatu yang akan membuat rumah tangganya berantakan.
"Ya allah." Dia mengusap wajah dengan telapak tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menahan stir mobil yang melaju.
"Percuma juga kalau ke kantor, udah sore, banyak beban pikiran lebih baik saya pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMBAAN GURU TAMPAN
Fiksi Remaja[Cerita penuh dengan keuwuan.]❤️ "Fathan memang bukan ustadz, Ummi. Tapi insyaallah, bisa menjadi imam yang baik untuk Ziara." _Elfathan Barwyn Atharic. Pada usia 20 tahun Elfathan Barwyn Atharic mahasiswa semester 5 jurusan manajemen. Dia ditawari...