"Bang! Udah kelar nih!" teriak Bani memecahkan suasana menegangkan ini.
Fathan tak membuang kesempatan, ia segera berdiri karena bingung harus menjelaskan apa pada Ziara. "Saya harus pergi."
Ziara berdiri lalu mengangguk paham. "Iya, Pak. Hati-hati di jalan," balasnya sambil tersenyum tipis.
Fathan membalas senyuman. "Ya sudah, saya pergi dulu." Ia segera berjalan ke arah bengkel dengan ekspresi kesal karena memang ia begitu ceroboh, seharusnya ia tidak langsung menjawab pertanyaan Ziara sebelum tau arti yang Ziara tanyakan.
"Berapa semuanya, Bang?" tanya Fathan pada Bani yang sedang membereskan alat-alat mekaniknya.
"Gratis," jawab Bani santai.
"Ha? Kok gratis, Bang. Jangan lah, gak enak saya."
"Gak papa saya ikhlas."
"Enggak-enggak." Fathan segera mengeluarkan dompetnya lalu memberikan uang lembar berwarna biru pada Bani. "Ini, Bang."
"Gak usah, Bang. Santai aja kalau sama saya, temen-temen saya aja kalau benerin mobil gak pernah bayar."
Fathan menyatukan alisnya. "Masa gak bayar, nanti Abang rugi," balasnya masih berusaha memberikan uang tersebut.
"Santai aja, rezeki di depan masih banyak. Udah gak usah bayar, saya cuma ambil bayaran dari orang yang enggak saya kenal. Kan Abang wali kelas ade saya, jadi gratis."
"Saya gak enak, Bang jadinya. Udah ambil aja gak papa."
"Enggak-enggak."
Bani terus menolak membuat Fathan berfikir sejenak mencari cara untuk membalas kebaikan Bani selain memberikan uang.
"Gini aja, Abang tau gak Resto Ataric yang ada di dekat sini?" tanya Fathan.
"Tau, kenapa?"
"Nah, itu kebetulan resto milik keluarga saya. Nanti kalau ada waktu Abang boleh mampir ke resto saya, bisa pesen sepuasnya gratis khusus untuk Abang."
Bani terkejut. "Wih beneran nih?"
Fathan mengangguk sembari memasukkan kembali dompetnya ke dalam saku celana belakang. "Bener."
"Abang beneran owner Resto Ataric?" Bani tak menyangka bisa bertemu pemilik restoran yang tengah naik daun.
"Lebih tepatnya milik keluarga."
"Sama aja, Abang kaya dong," canda Bani membuat Fathan tertawa kecil.
"Biasa aja, Bang."
"Malem ini boleh gak, Bang. Saya mampir ke sana?"
"Boleh, boleh banget."
"Woi, Bani! Kita ikut ya!" teriak salah satu teman Bani yang mendengar percakapan mereka berdua.
Fathan dan Bani menoleh ke mereka semua. "Kalian boleh semuanya ikut jika berkenan," balas Fathan sama sekali tak masalah jika semua teman Bani ikut mampir ke restonya.
"YEY!"
"ASIK!"
Mereka bersorak girang.
"Tapi Abang ada disana kan?" tanya Bani khawatir mereka datang kesana Fathan tidak ada.
"Hari ini saya ada jadwal kuliah jam tujuh malam sampai pukul setengah sepuluh, jadi kayanya saya datang sekitar jam sepuluhan. Gak papa?" jelas Fathan.
"Gak papa, kita biasa bergadang kok. Nanti abis tutup bengkel kita semua auto ke sana," jawab Bani tak masalah.
"Baik, kalau begitu saya harus pergi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMBAAN GURU TAMPAN
Ficção Adolescente[Cerita penuh dengan keuwuan.]❤️ "Fathan memang bukan ustadz, Ummi. Tapi insyaallah, bisa menjadi imam yang baik untuk Ziara." _Elfathan Barwyn Atharic. Pada usia 20 tahun Elfathan Barwyn Atharic mahasiswa semester 5 jurusan manajemen. Dia ditawari...