49 - Apa akan menjadi kenyataan?

1.6K 141 30
                                    

Menginjak kehamilan bulan ke 3 Ziara mulai bisa beraktivitas biasa seperti sebelum ia hamil. Sekarang posisinya berada di taman kampus bersama ketiga teman satu jurusannya yaitu Fairuz, Rahma dan Elisa.

Fairuz paling dewasa di antara Ziara yang lain. Dia juga memakai cadar, lulusan pondok pesantren dan suaminya seorang ustadz. Rahma juga telah menikah dengan seorang dokter, sedangkan Elisa masih single.

Ziara amat bersyukur di kelilingi teman yang solehah. Apa lagi Fairuz, banyak berbagi ilmu agama, selalu membimbing dan menasehati jika salah satu dari mereka tengah putus asa atau memiliki masalah.

"Temen-temen, suami saya sudah nunggu di depan. Saya pamit duluan yah," izin Fairuz sembari memakai tas selempangnya.

"Hati-hati di jalan ya, Mba," pesan Ziara tersenyum manis.

"Salam buat suami gantengmu, Mba," becanda Elisa sambil tertawa kecil.

"Istighfar kamu, Sa," seru Rahma menggelengkan kepalanya pelan. Fai

"Saya gigit kamu, ya," balas Fairuz berpura-pura marah karena ia tau Elisa hanya becanda saja.

Mereka semua tertawa kecil.

"Assalamu'alaikum," salam Fairuz sebelum pergi.

"Waalaikumsalam." Mereka bertiga menjawab dengan kompak.

Setelah Fairuz pergi mereka bertiga masih tetap di posisi yang sama dan melanjutkan perbincangan dengan topik pembicaraan yang berbeda. Namun, mereka tak membicarakan tentang orang lain, lebih membahas tentang pelajaran tadi di kelas.

****

Ziara terkejut saat turun dari taxi melihat gerbang rumah terbuka lebar sebab suaminya bilang akan pulang sore karena masih memiliki pekerjaan yang belum terselesaikan. Ia segera melangkah, lalu berhenti di ambang pagar rumah sebab melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. "Mobil siapa?" tanyanya pelan dengan mata berkeliling mencari pemilik mobil tersebut.

"Ehem!"

Sontak Ziara langsung membalikkan badan setelah mendengar deheman seseorang dari arah belakang.

Terlihat Audrey berdiri sambil menyedot minuman kotak. "Lama banget sih, di tungguin juga dari tadi," cetusnya seraya berjalan masuk ke halaman rumah.

"Mba nungguin saya?" tanya Ziara ragu-ragu karena heran untuk apa Audrey datang kemari.

"Udah cepet buka pintunya, udah gerah banget nih di luar terus." Audrey jalan duluan mendekati pintu rumah.

Ziara mengangguk paham dan segera mengambil kunci rumah dari tasnya, lalu membukanya.

Audrey masuk tanpa menunggu di persilahkan oleh Ziara.

Di dalam rumah Audrey memperhatikan seluruh sudut rumah. "Sederhana," cibirnya lalu mendudukkan tubuhnya ke sofa.

'Sederhana?'Batin Ziara tak habis pikir. Namun ia dapat mewajarinya karena mungkin rumah Audrey sangat megah dan mewah sehingga  saat melihat rumah mereka menganggap sederhana.

"Kapan Fathan pulang?"

"Nanti sore."

"Kamu habis dari mana?"

"Pulang kuliah," jawab Ziara ikut duduk di kursi.

"Kamu berkuliah sekarang?"

Ziara mengangguk kecil. "Iyah."

Audrey melipat kedua tangannya di dada lalu menyenderkan punggungnya. "Saya jadi teringat dulu, waktu satu universitas dengan Fathan dan Mahya."

"Oh Mas Fathan dulu satu universitas dengan teman Mba?" tanya Ziara antusias, ingin mendengar cerita masa-masa kuliah suaminya dulu.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang