25 - Kesedihan Ziara

3.8K 273 13
                                    

"Sifatnya yang lemah lembut, membuatku jatuh cinta padanya tanpa sadar."

~Ziara Jema Laksana






"KYAAA! FATHAN!" teriak Audrey histeris. Ia sangat merindukan sepupu tampannya ini.

Fathan langsung menghindar saat Audrey hendak memeluknya. "Jangan sentuh saya," tegasnya dengan nada dingin.

"Cih!" Audrey memutar bola matanya dengan malas.

"Sejak kapan kamu ada disini?" tanya Fathan penasaran, sebab Audrey mengetahui saat ia bersama Ziara pada hari ulang tahunnya.

"Dua minggu yang lalu, kenapa?" jawab Audrey jujur.

"Selama dua minggu kamu tinggal dimana?"

"Di rumah Mahya. Fathan kamu kenapa sih! Lebih milik murid kamu sendiri dari pada sahabat aku? Kurang apa coba Mahya, udah cantik, solehah, cocok sama kamu," cerocos Audrey marah karena Fathan dari dulu selalu menolak sahabatnya yang sengaja ia jodohkan dengan Fathan.

"Saya tau Mahya cantik, tapi saya tidak mencintainya."

Audrey tertawa heran. "Mahya kalau di bandingkan dengan murid didikan mu itu yang namanya Ziara, jauh beda. Cantik ya jelas lebih cantikan Mahya," tuturnya. Ia heran, apa yang Fathan sukai dari Ziara.

"Berhenti membandingkan Ziara dengan sahabatmu. Saya mencintai siapa pun, itu bukan urusanmu Audrey!" tegas Fathan menahan marah.

"Hello, Fathan. Aku begini karena peduli sama kamu, aku mau kamu punya istri yang baik."

"Jika peduli mu sampai kamu mencampuri urusan pribadi saya, lebih baik kamu berhenti peduli pada saya."

"Fa-"

"Saya hanya mencintai Ziara! Saya tidak peduli, jika menurutmu Ziara tidak sempurna seperti sahabatmu. Bagi saya Ziara adalah gadis yang sempurna," potong Fathan dengan tatapan tajam. Sebenarnya ia sudah sangat marah, namun ia tipe orang yang marah selalu di pendam dan akan mengeluarkan amarahnya saat ia sendirian.

"Jika saya tau kamu mencoba menganggu Ziara, dan terus memaksa saya agar mencintai sahabatmu. Saya pastikan kamu tidak akan pernah bertemu dengan saya lagi," peringatnya lalu meninggalkan Audrey yang mematung karena kalah telak.

****

"Alhamdulillah akhirnya kita lulus juga," ungkap Ziara bersyukur sembari berjalan keluar dari gerbang sekolah bersama Shasa.

Acara perpisahan baru saja selesai, dan sekarang murid dan para anggota tamu undangan sudah mulai berhamburan untuk pulang termasuk Ziara dan Shasa.

Ibu Ziara dan adiknya tadi pagi sempat menghadiri acara ini, namun tidak lama dan sudah pulang ke rumah. Sedangkan Shasa memang keluarganya tak datang kemari karena tengah berada di kampung halaman rumah neneknya.

"Iya nih, aku udah gak sabar pengen masuk kuliah," seru Shasa sudah tak sabar ingin berkuliah karena yang ia lihat orang yang berkuliah terlihat sangat seru.

Ziara tersenyum hambar. "Aku doain, semoga kuliah kamu lancar ya, Sha." Walaupun ia tak seberuntung Shasa yang bisa berkuliah, namun Ziara ikut bersyukur dan akan selalu mendoakan Shasa berkuliah dengan lancar.

"Aamiin, makasih ya, Zia!" jawab Shasa terharu lalu memeluk Ziara dengan erat. "Ya Allah makasih telah memberikan sahabat sebaik, Ziara," lanjutnya belum melepaskan pelukannya.

Ziara tertawa kecil lalu membalas pelukan Shasa. "Aku juga bersyukur banget, punya sahabat tengil kaya Shasa," candanya membuat Shasa merajuk.

Shasa melepaskan pelukannya. "Ih! Tengil apaan, aku enggak tengil ya Zia!" tegasnya tak terima mendapat ejekan kata tengil.

DAMBAAN GURU TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang