"ahh iya, kalau gitu gw ganti baju dulu"
Suara itu, suara yang ku rindukan astaga rasanya hati ini sangat tenang
"raschel" teriak riangku sambil melihat kebawah
"ahhh adelia" sahutnya sambil melihat keatas
Aku segera mendekatinya, sedikit berkeliling antara tribun dan ruang ganti.
Sekarang aku sedang berhadapan dengannya ya ashel, sahabat terbaikku selama ini.
Ingin sekali rasanya aku bilang "aku merindukanmu" tapi aku tak memiliki cukup keberanian untuk itu
"del, kangen banget" ia langsung memelukku aku terkejut mataku melotot dan badanku menjadi kaku
"gw juga shel" aku berbisik pelan dan membalas pelokannya
Rachsel ia bermain seperti biasanya lincah, gesit, dan mempesona tak lopa dengan taktik yang selalu ia gunakan. Ia selalu bisa menipu lawan dengan gesitnya sampai......
"tree point" selalu ia persembahkan di setiap pertandingannya
"sayang" ucap wanitaku
Aku sadar sedari tadi menonton pertandingan aku sangat fokus bahkan kekasihku saja aku hiraukan, bukan begitu, sudah lama aku tak melihatnya meski baru satu tahun tapi rasanya begitu sangat lama. Aku rindu berlatih dengannya setiap kali pulang sekolah, tetapi sekarang jarak saja terpisah dan untuk bertemu hanya sesekali dan lebih sering di moment pertandingan seperti ini saja
"aku sangat merindukannya" lirihku dalam hati
"del kamu masih mau menonton?"
"badanku lengket, aku mau balik ke penginapan yah"
"del aku sedang berbicara kepadamu" lanjutnya
Dengan nada yang kesal, itu ku rasakan
"iya, Marsha aku akan mengantarmu kembali ke penginapan. Tapi setelah itu aku akan bertemu dengan kakakku apa kamu mau ikut?"
"nanti aku kabari"
...
"adel"
"iya"
"lo udah ketemu ashel?"
"udah tadi, waktu dia tanding"
"mana Marsha?"
"dikamarnya, sepertinya dia kesal karena tadi pas nonton team ashel gw sedikit mengabaikannya"
"astaga, apakah Marsha tau soal ashel?"
Marsha dia hanya tau ashel sebagai teman satu team ku dulu
"hai dah"
"ehh sha, tadinya gw mau jemput lo kamar karena si monkey ini bikin lo kesal"
"gak apa-apa kok, gw lagi datang bulan jadi mood gak stabil"
Mataku terbelalak, aku melopakan hal itu pantas saja tadi ia mengajakku pulang cepat
"apakah perutmu sakit, maafkan soal tadi"
"hhmm" jawabannya singkat membuat perasaanku tak karuan
"ya adelia" pukulnya tepat dibahuku
"apaan si kak"