Π

476 15 0
                                    

PI

Huruf ke-16 dalam alphabet Yunani
*simbol konstanta matematika sejak pertengahan abad ke-18

π

"Tante Ila." Seli buru-buru keluar dari area kamar Denis agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dilihatnya ibunda Denis sudah mengenakan mantel tidur.

"Maaf, ketiduran," kata Laila sambil menguap lebar. "Cari Denis? Dia lagi keluar."

"Keluar kemana, Tan?"

"Nggak tau, tuh. Sama Raka mungkin. Memangnya kamu ada keperluan apa?"

Seli menggeleng kecil. Tidak mungkin dia mengatakan kepada Mama Ila bahwa dia ingin menceritakan tentang Sofia kepada Denis.

"Mau minjam buku biologi, Tante." Untungnya Seli punya alasan. Dia mengambil buku biologi yang sudah Denis siapkan di atas rak buku. Seli meminjamnya dari perpustakaan, tapi karena dia tidak punya sice, dengan terpaksa Denis membantu meminjamkannya.

"Ya udah deh, boleh. Gue bela-belain pinjamin buat lo meskipun kuota pinjam buku gue berkurang satu," kata Denis dengan raut tak ikhlas di perpustakaan waktu itu.

Seli membawa buku biologinya pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Otaknya memanas. Dia butuh pelampiasan amarah. Memukul samsak sebelum tidur sepertinya ide yang bagus.

Seli dan Dera sedang berdiskusi semenjak mereka mengintip papan pengumuman yang menampilkan nilai ulangan biologi kelas 1A hingga 1C.

Seperti biasa, Dera bangga karena Raka mendapatkan posisi dengan nilai terbaik. Namun ada pemandangan aneh yang membuat mereka berdiskusi saat ini. Nilai Denis jauh dari kata sempurna, padahal biasanya dia mengungguli Raka di pelajaran biologi, terutama karena dia anak emas Bu Hannah.

Ketika mereka berdua melihat Denis terlihat santai-santai saja alih-alih frustasi seperti biasanya, mereka memutuskan untuk tidak membahas tentang nilai ulangan biologi dan fokus memakan pesanan di kantin.

Seli tiba setelah menghabiskan setengah waktu istirahat untuk mengerjakan soal tambahan matematika sebagai hukuman karena tidak mengerjakan pr. Dia menarik kursi dengan kasar, lalu melempar tubuhnya di atas kursi hingga meja berguncang.

"Santai bisa nggak si?" gerutu Denis ketika es tehnya kehilangan keseimbangan.

"Menurut kalian, bisa-bisanya Aldi kenal kita lewat mana? Perasaan, kita nggak pernah kenalan sama dia. Tiba-tiba aja dia tau kalau gue tinggal di asrama," kata Seli sambil menarik jus entah milik siapa, lalu meminumnya.

Denis menautkan alis. Heran dengan pertanyaan Seli. "Kenapa lo datang-datang tanya tentang Aldi?"

Seli mengedikkan bahu. "Penasaran aja."

Seli baru sadar dia duduk di samping orang yang dia cari semalaman. "Dari mana aja lo semalem?" Matanya menyipit ke arah Denis.

"Bukan urusan lo."

"Buku biologinya udah gue ambil. Tante Ila bilang nggak?"

"Iya, udah tau." Denis mengalihkan pandangan ke arah Sofia yang sedang tersenyum di kejauhan sana. Sofia memilih kursi yang dilengkapi dengan payung untuk berteduh dan dia sendirian.

"Ngapain lo pinjam buku biologi, Sel?" Dera menatap tak percaya ke arah Seli.

"Nah, kan," pekik Denis, kembali mengalihkan perhatian ke teman-temannya. "Emang jadi pertanyaan nih, kenapa bisa si Seli tiba-tiba minjam buku biologi."

The Golden StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang