Σ

370 11 0
                                    

SIGMA

Huruf ke-18 dalam alphabet Yunani

*mewakili deviasi standar dalam matematika dan statistik

σ



Denis agak memelankan langkahnya. Jika yang Raka maksud adalah kekerasan, maka dia akan kembali ke kafetaria. Lebih baik menahan malu duduk bersama dua cewek daripada menahan malu karena terlibat dalam perkelahian.

Raka bukan orang yang suka kekerasan, tapi jika tentang Dera dan ibunya, dia mungkin sudah menghancurkan dunia hanya dengan satu kepalan tangan.

Perpustakaan saat itu sedang sepi. Padahal perpustakaan yang sedang mereka datangi adalah perpustakaan utama yang terletak di tengah-tengah gedung IPA dan IPS. Bangunannya dengan atap bersudut membuat warga sekolah menyebutnya dengan sebutan kuil.

Setelah menempelkan sicenya, Raka berhenti di tepi rak untuk mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Aldi.

Dengan berat hati, Denis mengikuti langkah Raka hingga tiba di seksi koleksi buku komputer. Seperti dugaan Raka, Aldi ada di sana bersama kedua temannya yang menunggu di kursi, sedangkan Aldi berdiri di samping jendela, mengawasi keluar seolah mencari-cari Raka. Ada sebuah buku terbuka di atas meja, itu adalah buku yang sedang dibaca Aldi sebelum dia mencari-cari Raka.

Senyum Aldi merekah melihat kedatangan Raka, persis seperti dugaannya. Tangannya bersedekap di depan dada.

Denis berhenti di depan pintu. Menatap Raka yang berdiri lima meter di depannya, sedang berhadapan dengan Aldi. Kedua teman Aldi di belakang sana hanya menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan permainan mereka di ponsel tanpa mempedulikan Aldi.

Pupil mata Aldi melebar. Senyum di bibirnya sudah menghilang. "Kenapa lo yang datang?"

Raka melepaskan kepala tangannya agar tidak terlihat tegang. "Terus terang aja, apa yang lo mau?"

Terakhir kali mereka berhadapan seperti ini ketika Aldi menemui Raka di luar gedung aula setelah pengumuman kenaikan ke kelas dua belas dan Aldi mendapatkan peringkat lebih rendah dari Raka. Saat itu Aldi mengancam Raka ingin menghancurkan hidup Raka dan teman-temannya.

Raka tidak yakin kali ini Aldi akan mengulang ancaman yang sama.

"Gampang aja, gue mau Dera," sahut Aldi membuat tangan Raka kembali terkepal. Denis menatap ngeri dari belakang sana.

Aldi tersenyum melihat ketegangan lewat rahang Raka yang menegas.

"Kalau lo cuma mau Dera, lo nggak akan ganggu gue sama teman-teman gue. Yang jelas mau lo apa?!" Raka menahan diri untuk tidak bergerak dari tempatnya atau dia akan meninju senyum licik di wajah Aldi.

"Gue mau lihat lo jatuh, Ka," sahut Aldi dengan nada menelisik.

Jawaban itu sama sekali tidak terlintas di pikiran Raka.

"Karena temenanan sama lo, gue akhirnya dibeda-bedakan. Karena temenan sama lo gue dikira yang paling bodoh dan yang paling berontak. Lo nggak tau seberapa hancur gue karena temenan sama lo, tapi lo nggak pernah sadar, kan? Lo menikmati pujian orang lain. Lo menikmati ejekan mereka ke gue."

Penjelasan Aldi membuat ingatan Raka kembali ke masa lalu. Bukan cuma Aldi dan Sofia saja yang pernah saling kenal sebelum mereka bertemu di Triptha. Raka dan Aldi juga pernah bertemu sebelumnya, bahkan mereka berteman akrab.

"Kenapa lo berusaha untuk jatuhin gue karena kesalahan lo sendiri nggak bisa ngimbangin gue?" Raka bertanya dengan nada tak terima.

"Karena gue tau hukum pertemanan," sahut Aldi. Dagunya terangkat menunjukkan rasa bangga. "Nggak ada saingan dalam sebuah pertemanan."

The Golden StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang