IX

237 13 0
                                    

Tidak ada yang tau kabar tentang permusuhan Aldi dan Raka untuk memperebutkan Dera di pertandingan TGS kecuali orang-orang yang berada di tempat kejadian malam itu.

Namun entah bagaimana, kabar itu menyebar seperti angin yang berhembus hingga sudut-sudut Triptha dalam waktu sehari saja.

Mendadak Dera menjadi artis dadakan. Cewek-cewek yang dulunya sering menghujatnya kini menjadikannya teman, mereka meminta tips agar bisa jadi rebutan dua cowok ganteng dan pintar seperti Raka dan Aldi.

Karena itulah Dera memilih untuk bersembunyi di ruang kelas sendirian agar terhindar dari cewek-cewek ribut itu sementara Raka dan yang lain berkumpul di aula seperti arahan dari pengeras suara tadi siang.

"Selamat datang para peserta yang lolos di babak pertama!" Pak Satria kini mengenakan kemeja merah salem. Di sampingnya beberapa guru yang terlibat dalam kompetisi berdiri dengan eskpresi serius.

Pak Satria maju lebih dekat ke podium. Di tangannya terdapat sebuah berkas yang dibuka lebar-lebar. "Kalian adalah peringkat empat puluh peserta dengan nilai tertinggi dari babak pertama.

Sebelum melanjutkan ke babak kedua, dari keempat puluh peserta yang masing-masing 20 dari IPA dan 20 IPS, akan dibagi menjadi 2 tim. Itu berarti ada 4 tim yang akan bersaing di babak kedua."

Para peserta saling menatap kebingungan. Mereka tentu saja tau kalau babak kedua ini adalah proyek sains dan debat, seperti yang sudah tertera di brosur TGS.

"Setiap tim terdiri dari 10 orang. Seperti yang sudah kalian ketahui, babak kedua adalah proyek sains untuk peserta dari jurusan IPA, sedangkan peserta dari jurusan IPS akan mengikuti pertandingan debat," jelas Pak Satria.

Raka bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat mereka harus dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menjalankan babak kedua ini.

Untuk debat, tentu sangat masuk akal karena dalam satu kelompok butuh beberapa orang. Namun proyek sains?


"Kami dari pihak juri dan pengawas lomba sudah membagi nama kalian secara acak. Saya akan bacakan nama-namanya dan silahkan bergabung dengan kelompok masing-masing."

Raka dan Denis saling menatap. Meskipun keduanya diam, ada ekspresi tak ingin terpisahkan di wajah mereka.

 Meskipun keduanya diam, ada ekspresi tak ingin terpisahkan di wajah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk tim satu, berasal dari jurusan IPA, Aldian Alviano Giovanni!"

Sangat tidak menyangka nama Aldi akan menjadi nama pertama yang dipanggil. Raka mendadak resah mengingat dia sama sekali tidak ingin satu kelompok dengan musuhnya.

"Sofia Aurella Brittany!"

Gadis bertubuh bak model itu segera bergabung dengan Aldi. Pak Satria terus membaca nama-nama sampai kesembilan anak sudah bergabung dengan Aldi dan akhirnya, "Miseli Viviana!"

"Seli?!" Denis menatap ke arah gadis berkacamata di ujung barisan yang sedang menghentakkan kaki kuat-kuat sehingga menimbulkan suara nyaring. Dengan sangat terpaksa, Seli bergabung dengan barisan kelompok Aldi.

Seli mengakui, ini adalah hari tersial seumur hidupnya.

"Tim dua, Gloria Stephanie."

Gadis berambut pendek yang terlihat gugup, berjalan ke tempat kosong yang akan digunakan kelompok dua untuk membentuk barisan.

"Adrian Rakabumi Mahardika!"

Raka menunduk dalam-dalam saat seluruh tatapan tertuju kepadanya. Dia sedang menghela napas lega karena akhirnya harapannya tidak sekelompok dengan Aldi terkabul. Itu juga berarti bahwa Denis akan satu kelompok dengannya.

Lima menit kemudian, pembagian kelompok telah selesai. Raka agak tenang dia mendapatkan anggota yang lebih baik daripada jika dia bergabung dengan kelompok Aldi.

Denis dan Alvi, si ketua OSIS sekaligus teman Raka di klub basket, sudah berdiri di kedua sisinya. Menatap seksama ke arah podium seperti siswa lain. Mereka berdua adalah orang tepat yang bisa dia ajak kerjasama dengan mudah.

"Kalian akan diberi waktu tiga minggu untuk menyelesaikan proyek ini. Penilaian tetap untuk pribadi bukan berdasarkan kelompok."

Pak Satria memperlihatkan prototype di layar monitor yang langsung menjadi mimpi buruk bagi anak IPA. Proyek sains yang Pak Satria maksud ternyata bukan cuma menanam biji jagung di pot lalu mengumpulkannya.

Tidak sesederhana itu!

Ada kawin silang antara dua spesies berbeda, pesawat mini yang bisa terbang, rangka bangunan futuristik, rencana tata kota modern, maupun robot.

Setidaknya, itulah yang Raka baca dari gambar-gambar di layar monitor dan dia tidak tau apakah bisa membuat salah satu dari contoh proyek sains itu.

"Jangan khawatir anak-anak, kami sudah menyiapkan mentor yang akan membantu kalian." Pak Satria tersenyum menenangkan ketika melihat anak-anak IPA terlihat frustasi. Bahkan si paling santai, Aldi, ikut menggaruk tengkuknya.

"Kalian juga akan difasilitasi oleh pihak lomba secara penuh. Untuk anak IPS, tim 3 akan mendapatkan aula sayap timur sebagai markas, sedangkan tim 4 berada di aula sayap barat.

Peserta IPA. Tim 1 akan mendapatkan lab satu, sedangkan tim 2 akan mendapatkan lab dua sebagai markas.

Selama pengerjaan berlangsung, tidak ada yang boleh masuk ke dalam markas kecuali juri dan peserta."

Pak Satria membaca kertas di tangannya lagi. "Untuk tim 1, mentor kalian adalah Pak Hasan. Sedangkan tim 2, mentor kalian adalah Pak Raden."

"Pak Raden?!" pekik Denis tidak terima. Dia menatap laki-laki ringkih di ujung kursi yang setengah kepalanya sudah botak.

"Guru bahasa yang gaptek itu?!"

The Golden StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang