XX

645 21 2
                                    

"Lo tau nggak, kenapa gue bawa lo ke sini?" tanya Aldi ketika dia berada di markas Rule Breakers setelah menyeret orang yang dia curigai tempat ini.

Sofia mengerjapkan bulu mata lentiknya. Dia berdecih ketika bertukar tatap dengan Raka, Dera, Denis, dan Seli yang duduk mengelilinginya, sedangkan Aldi tepat berada di hadapannya.

"I guess, lo mau kasih tau gue kalau lo akhirnya tunduk di hadapan musuh-musuh lo ini." Dia mengedikkan bahu, tidak takut sama sekali kalau dia sedang diintimidasi.

"Gimana rasanya dikalahin sama mereka, Al?" tanya Sofia dengan nada mengejek. "Setelah kerjasama kita berhenti, lo kewalahan hadapin mereka sendiri, kan?" Dia tertawa.

Urat nadi di leher Aldi bertonjolan, tapi dia tidak melakukan apa-apa selain menghela napas.

"Bener kan apa kata gue? Lo bisa sama mereka di sini karena sekarang lo dikendaliin sama mereka. Bukan lo lagi yang ngendaliin mereka kayak dulu. Ingat nggak? Alpha, Beta, Gamma, Delta." Sofia menunjuk Raka, Dera, Denis, dan Seli bergantian, lalu berakhir menunjuk Aldi. "Bulshitt."

"Kita bawa lo ke sini karena lo curang di TGS," sela Aldi. Sesuai dengan keinginannya, Sofia langsung terbungkam.

"Lo suruh Pak Satria untuk ngendaliin nilai lo supaya lo nggak pernah gagal meskipun nilai lo kecil." Kini Aldi yang tersenyum puas melihat ekspresi wajah Sofia berubah drastis.

"Lo bayar Pak Satria, lo suap dia dengan kekayaan yang lo punya itu." Aldi melirik bandul permata yang berkilauan di dada Sofia.

"Ngaku sekarang, Sof. Kita udah punya buktinya." Aldi mengakhiri kalimatnya sambil melipat tangan di depan dada. Sebelah bibirnya terangkat ke atas.

Tubuh Sofia berubah panas dingin. Dia menatap semua orang yang mengelilinginya satu persatu. Tatapan mereka sama, mengintimidasi.

"Jadi, ini alasan lo bawa gue ke sini?" tanya Sofia dengan nada bergetar.

"Ya, jadi mending sekarang lo ngaku." Aldi menatap lurus ke manik mata Sofia yang berair karena panik.

"Lo nuduh orang yang salah." Sofia berusaha untuk mendukung dirinya sendiri.

"Ambisi lo untuk menang, Sof. Lo bilang hari itu ke gue kalau lo bisa ngelakuin apa aja asalkan tujuan lo tercapai, termasuk curang sekalipun."

"Bukan berarti gue kerja sama sama Pak Satria, son of a bitch!" berontak Sofia sambil menggebrak meja.

"I am not a cheater! Gue bahkan nggak kenal sama pengawas itu. Bisa-bisanya kalian nuduh gue kerja sama bareng dia?!" Wajah Sofia semerah baju yang ia kenakan.

"Kita nggak tau lo bohong atau enggak, tapi sementara ini lo adalah orang yang paling mencurigakan." Aldi ikut emosi melihat reaksi Sofia.

"Kenapa lo nggak curiga sama yang lain, hah? Kenapa lo nggak curiga sama dia, dia, dia!" Sofia menunjuk orang-orang di sana satu persatu.

"KENAPA CUMA GUE YANG DICURIGAIN?!" Sofia menggebrak meja untuk kedua kalinya.

"Karena nilai OS yang lo peroleh atas hasil suap," Raka yang bicara. Semua perhatian tertuju padanya. "Kabar itu udah menyebar dimana-mana."

Sofia tidak percaya ternyata Raka benar-benar berada di pihak Aldi padahal setaunya Raka dan Aldi saling bermusuhan. "Itu cuma kabar hoax yang disebar sama hatters gue."

"Kakak lo yang model itu, dia masuk ke dunia model karena suap," Denis ikut bicara. Dia ingat sekali apa yang pernah Sofia ceritakan ketika mereka dekat dulu.

"Nggak menutup kemungkinan kalau lo menangin kompetisi ini juga karena suap," sambung Denis.

"Gila ya, kalian semua!" Sofia bangkit dari kursi untuk pergi, tapi Raka lebih dulu bangkit untuk menghalangi jalannya.

The Golden StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang