Υ

361 11 0
                                    

UPSILON

Huruf ke-20 dalam alphabet Yunani

*rasio massa terhadap cahaya dalam astrofisika dan kosmologi fisik

υ

Denis berjalan menyusuri koridor. Berbaur dengan siswa lain yang sudah bersiap untuk pulang. Dia mampir ke loker terlebih dahulu untuk meletakkan buku-buku pelajaran yang membuat tasnya sangat berat. Sebenarnya dia sengaja berlama-lama untuk tidak masuk ke ruangan Bu Hannah karena masih takut dengan kemarahan Bu Hannah di kelas tadi.

"Denis Ananta 12 IPA 1A segera menuju ke ruang BK. Sekali lagi, Denis Ananta 12 IPA 1A segera menuju ke ruang BK!"

Denis kaget mendengar namanya diumumkan lewat pengeras suara. Para siswa yang lewat di ruangan loker menatap ke arah Denis dengan raut penasaran. Denis semakin gugup. Dia menutup lokernya dan berjalan cepat-cepat untuk mencapai koridor yang lebih sepi.

Barang kali Bu Hannah memberikan tanggung jawab kepada Pak Hasan karena beliau masih marah dengan kejadian di kelas tadi. Begitulah asumsi Denis.

Dengan berat hati, Denis menuju ke ruang BK. Jantungnya berdetak tak normal. Takut terjadi kesalahpahaman. Bagaimana jika orang tuanya tau dia masuk ruang BK pertama kali seumur hidupnya? Bagaimana reaksi mereka nanti?

Denis duduk bersama dengan dua siswa lain yang sedang mengantre di luar ruang BK. Kedua cewek itu sedang mengobrol dan langsung menghentikan obrolan mereka ketika melihat Denis datang.

Tak lama kemudian, seorang siswa keluar dari ruang BK. "Denis dari 1A?" tanya siswi yang seumur-umur belum pernah Denis lihat.

Denis mengangguk. Kerongkongannya terasa kering.

"Disuruh masuk," sambung gadis itu.

Denis mengambil napas dalam sebelum dia bangkit. Sambil menguatkan diri agar tidak gugup, Denis mendorong pintu ruangan BK.

Pemandangan pertama yang Denis lihat adalah lukisan besar bergambar pendahulu Triptha di tengah ruangan. Pak Hasan duduk di depan lukisan itu bersama dengan meja dan puluhan peralatan di atas meja. Salah satu dari benda-benda itu, Denis melihat bilah kayu dan sabuk.

"Masuk!" kata Pak Hasan yang sebelumnya belum pernah bertemu Denis secara langsung.

"Kamu peringkat pararel pertama ketika naik ke kelas dua belas, kan?" tanya Pak Hasan ketika Denis duduk di ujung meja berhadapan dengannya.

"Iya, Pak."

"Saya mendapat rekomendasi dari Bu Hannah untuk menginterogasi kamu. Kebetulan Bu Hannah sedang tidak enak badan."

Denis mengangguk hormat.

"Saya melihat transkrip nilai kamu akhir-akhir ini jauh dari bulan-bulan sebelumnya. Apa yang terjadi?" tanya Pak Hasan seolah dia sudah mengenal Denis begitu akrab.

"Seharusnya materi-materi di semester ini tidak menyulitkan anak pintar seperti kamu," sambung Pak Hasan sambil mengamati Denis yang sedang menunduk.

"Oxford, Princeton, dan jajaran Ivy College, Wales, maupun universitas terkemuka di dunia sudah menunggu lulusan terbaik Triptha untuk masuk ke sana. Kamu adalah salah satu yang berpotensi menjadi lulusan terbaik kami. Tapi jika nilai kamu justru menurun di semester ini, itu lain lagi ceritanya."

Wajah Denis sudah memerah.

"Saya tau ini hanya nilai ulangan. Masalahnya, di hampir seluruh mata pelajaran nilai kamu menurun." Pak Hasan mengamati layar laptopnya yang menunjukkan nilai-nilai Denis.

The Golden StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang