III

286 13 0
                                    

Situasi berubah hening. Emosi Raka tiba-tiba mereda ketika melihat Dera berdiri di ambang pintu.

Raka tidak ingin membuat kemungkinan di dalam otaknya, bahwa Dera mungkin saja ada hubungannya dengan kedatangan Irfan ke sini.

Jika tidak, mana mungkin Irfan tau tentang masalah antara Raka dan Aldi. Siapa lagi yang memberitahu Irfan jika bukan Dera?

"Raka, please!" kata Dera. Berlari ke hadapan Raka untuk membantu Raka tenang.

Dera meraih kedua tangan Raka dan menggenggamnya erat.

Sementara kedua matanya berusaha menyatu dengan tatapan Raka agar bisa menyalurkan ketenangan.

"Om Irfan punya niat baik. Dia memutuskan untuk pindah ke Indonesia demi bisa jaga lo. Lo nggak bisa tinggal di sini selamanya. Bi Ani harus jaga suaminya yang lagi sakit dan lo nggak boleh sendirian," jelas Dera.

"Nggak ada salahnya lo tinggal sama Om Irfan, Ka. Bagaimanapun juga dia orang tua lo." Dera menatap Irfan dan Raka satu persatu.

"Okey, lo boleh kecewa sama Om Irfan, gue juga kecewa sama dia," sambung Dera ketika tidak ada satu pun dari dua orang itu menjawabnya.

"Tapi, Ka, gue nggak mau lo sendirian setelah apa yang terjadi beberapa saat lalu." Dia melirik lengan Raka dan tidak ingin ada luka lain seperti itu di tubuh Raka.

"Gue mau lo tetap aman. Kalau bukan buat lo, setidaknya buat gue. Jaga diri lo sendiri buat gue. Tinggal sama Om Irfan. Ya, Ka?"

Raka ingin mengumpat. Pesona tatapan Dera yang tidak dimiliki orang lain kembali meracuni pikirannya. Sayangnya, dia selalu terpengaruh dengan tatapan itu dan akhirnya dia akan mengalah.

Emosi yang semula menguasai tubuh Raka kini berubah menjadi rasa haru. Dia menarik Dera ke pelukannya. Menekan tubuh mungil gadis itu agar jantung mereka semakin keras beradu.

"Lo mau, kan?" tanya Dera karena dia belum juga mendapatkan kepastian.

Raka menghembuskan napas berat. Dia baru sadar masih ada Irfan di ruangan ini dan Dera menunggunya untuk bersedia tinggal di rumah milik laki-laki kaya yang Raka sebut Papa itu.

"Oke," sahut Raka ketika merasakan keberadaan ibunya di ruangan ini. Dia tidak tau apakah ini keputusan yang tepat.

Setidaknya untuk saat ini, ini adalah keputusan yang bisa membuat Dera bahagia.

"Terima kasih," kata Irfan membuat Raka melepas Dera dari pelukannya. "Meskipun bukan untuk papa, papa senang kamu bersedia untuk dijaga oleh papa lagi seperti dulu."

Dera tersenyum haru. Tidak sia-sia laporannya kepada Irfan beberapa saat yang lalu, tepatnya saat Raka berkelahi dengan Aldi hingga mereka masuk ke rumah sakit.

Dera langsung memberitau Irfan sehingga Irfan memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menginterogasi semuanya.

Secara resmi, Rule Breakers sudah bubar.

Sebagai pengusaha minyak bumi terbesar se-Asia, Irfan bisa melakukan apa saja termasuk mengancam para hacker itu untuk tidak menganggu Raka lagi.

Sayangnya, Irfan tetap membiarkan nama Aldi bersih karena mamanya Aldi adalah sahabatnya.

Tiara memohon begitu parah kepada Irfan untuk tidak menyeret nama Aldi dalam kasus ini.

Atas nama Giovanni yang sudah meninggal, Irfan mengabulkan permintaan Tiara.

Aldi bebas. 'Mungkin' dia tidak akan mengganggu Raka lagi.

Mengepak barang Raka yang jumlahnya sangat sedikit tidaklah membutuhkan waktu lama.

The Golden StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang