"Udah bilang Tante Ila belum kalau malam ini lo mau lembur?" tanya Raka di jam enam sore minggu terakhir pengerjaan proyek babak dua.
Denis menoleh. Tangannya yang semula dia gunakan untuk menghitung sudut terbaik pemasangan panel surya kini bergerak kelelahan. "Belum, tapi nggak papa, tadi pagi gue udah bilang kalau akhir-akhir ini gue bakalan pulang lebih sore."
"Ini bukan sore lagi, Den. Udah malam." Raka mengedikkan dagunya ke arah jendela yang memperlihatkan langit gelap.
"Iya, sih. Gara-gara siapa proyek kita nggak selesai-selesai. Mana proyek satu udah hampir selesai, tuh. Padahal mereka ngerjain ulang." Denis sangat kesal peserta di kelompoknya berkurang satu.
Ya, Gloria akhirnya dikeluarkan karena berhasil dibuktikan lewat cctv, bahwa dia datang ke sekolah sekitar pukul tujuh malam itu.
Sedangkan peserta lain sangat keberatan jika diajak begadang mengerjakan proyek.
Sejauh ini, Raka dan Alvi lah yang sering pulang malam. Hari ini Denis memutuskan untuk ikut pulang malam juga selagi dia punya kesempatan.
"Belum lagi lo tau kan peserta dari tim satu tuh keren-keren. Aldi, Sofia, Sel ...." Denis tiba-tiba terlonjak. "Lo tau kabar Seli nggak?"
Barulah saat itu Raka mengalihkan pandangan.
Sungguh fenomena langka Denis menanyakan kabar Seli, apalagi di tengah suasana seperti ini. "Tumben lo nanyain Seli."
"Gue pengen minta maaf sama dia."
Denis ingat terakhir kali berinteraksi dengan Seli paling tidak tiga minggu yang lalu, sampai sekarang dia tidak mengerti apa yang membuat Seli begitu marah padanya sampai melirik saja tidak. Padahal mereka pernah berjejeran saat memesan makanan di kantin beberapa hari yang lalu.
Raka mendengus tersenyum tanpa mengalihkan pandangan dari saklar lampu mini yang sejak tadi dia sibuki.
"Kenapa?" tanya Denis heran. Dia putus asa ketika melihat Raka menggeleng.
"Emang susah ya, ngertiin cewek." Bahkan setelah 'hampir' mengencani Sofia, Denis masih tidak tau bagaimana caranya mengerti bahasa seorang perempuan.
"Lo yang kurang peka," sela Raka ketika Denis duduk di atas meja sambil merenungi hubungannya dengan Seli.
"Kata siapa?" bantah Denis.
"Emang nyata. Lo itu kurang peka, makanya nggak tau apa yang Seli mau." Raka melangkah ke arah miniatur gedung. Memasang lampu yang baru saja ia rakit. Sedangkan Denis mengernyit tak terima.
"Emangnya dia maunya apa?"
Raka mendesis pelan saat tangannya tak sengaja kesetrum tegangan kecil. Namun fokusnya masih pada percakapan Denis. "Coba lo analasis sendiri."
Denis meyeringai keheranan. Perasaan Seli adalah teka-teki besar baginya, lebih dari soal-soal babak pertama TGS.
Melihat Raka menanggapi sesantai ini membuat Denis semakin merasa bersalah terhadap Seli.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Student
Teen FictionWajib Follow Sebelum mambaca! TRIPTHA SERIES 3 : THE GOLDEN STUDENT ~ Ketika pacar jadi musuh. ~ Ketika teman jadi orang yang pertama kali dicurigai. ~ Ketika keluarga jadi satu-satunya orang yang membuatmu kecewa. "Gue pikir lo nggak bisa bahagia t...