2| Permulaan

113 5 3
                                    

“Pak, ada ancaman pembunuhan untuk bapak." Haikal memberikan surat pada atasannya, Irwan.

Sembari membuka surat, Irwan bertanya, "Isinya tentang apa?"

"Tentunya peringatan untuk Bapak, tapi di dalamnya juga terdapat peringatan untuk Byan dan Diana," jelas Haikal.

Irwan melihat ke arah Haikal sekilas, lalu kembali melihat ke isi surat. Ternyata pernyataan sekretarisnya benar, kedua anaknya ikut terancam. Alasannya karena jika kedua anaknya berhasil terbunuh, tak akan ada lagi yang bisa menggantikan posisinya sebagai COO dan orang tersebut dapat merebut posisinya.

Melihat nama Byan dan Diana yang tertera di dalam surat membuat Irwan marah besar. Haikal lalu berbisik dan memberitahu bahwa ia tahu siapa yang merencanakan dan pengirim dari surat tersebut.

“Rumornya pengirim surat ini adalah manajer pemasaran di kantor utama, Pak. Dia salah satu karyawan yang paling disayangi ketua, namanya Mahesa Rahayu Doin.” penjelasan dari sekretarisnya tak masuk akal dalam pikiran Irwan.

Bagaimana bisa orang yang disayangi oleh ayahnya berani berkhianat? Akan tetapi, pikiran itu lenyap saat ia sadar bahwa siapapun bisa menjadi musuhnya. Irwan dengan cepat menyuruh Haikal untuk membuat tim pengawal untuk kedua anaknya.

***

"LO?!" Seyda dan Arfin terkejut satu sama lain. Perhatian delapan belas murid lainnya langsung tertuju pada bangku paling belakang dekat jendela.

Arfin langsung menarik kursi di sebelahnya dan berkata, "Lu gak boleh duduk di sini! Emangnya lu gak malu apa sebangku sama yang udah lu tolak?"

Seluruh kelas langsung berbisik-bisik dan tak percaya Seyda menolak laki-laki dengan rambut hitam berponi itu. Pandangan Seyda tertuju pada seorang perempuan yang menatapnya dengan penuh jijik, seolah-olah ia melakukan kesalahan dengan menolak Arfin.

Merasa dijadikan sebagai pelaku, Seyda membalas Arfin dengan berkata, “Lu juga ngapain coba nembak orang di pertemuan pertama? Terlalu pede sampai lupa hari itu pertemuan pertama!”

“Siapa yang pede banget?” cetus bu guru yang tiba-tiba sudah ada di depan kelas. “Kamu, ya? Kalau gitu, boleh dong jadi KM!”

“Ah, bukan saya, Bu!” Seyda menarik paksa kursi dan berhasil duduk. Arfin dan Seyda beradu tatap sebentar, lalu kembali fokus pada guru.
Perkenalan guru, pengabsenan siswa dan pemilihan struktur kelas terlaksana dengan baik, kecuali saat pemilihan KM dan wakilnya.

“Bu, saya mengajukan Arfin sebagai KM!” ucap seorang siswi yang bernama Laila. Mendengar namanya dipanggil, Arfin terkejut dan menatap Laila  dengan tatapan meremehkan.

“Baik, Bu, saya mau. Asalkan wakil saya adalah dia!” Arfin menunjuk Seyda dan Seyda terkekeh mendengarnya. Seyda yang sudah kacau pada hari ini memutuskan untuk mengikuti alur permainan Arfin, meskipun dalam hati ia kesal setengah mati.

***

Arfin, Byan, Gilang, Dirga dan Tegar sedang bermain uno di markas Leander, salah satu komunitas geng motor yang terkenal di Jakarta. Mereka lalu dikejutkan dengan pemberitahuan akan diadakannya balapan motor sambil membonceng cewek pada minggu depan.

“Sambil bawa cewek? Kalau gitu gue pemenangnya!” sombong Tegar.

“Heh, sembarangan lu! Gue pemenangnya, Tolol! Orang cewek gue udah biasa dibawa ngebut, jadi pasti dia gak akan ribut dan bikin gue pusing tujuh keliling kalau ngedumel!” sahut Dirga.

“Enak aja, gue pemenangnya! Cewek gue kan anggota sini juga!” lanjut Gilang tak mau kalah.

Byan yang tak peduli dengan obrolan mereka melihat Arfin yang kini sedang bingung apakah ia akan ikut lomba tersebut atau tidak. Masalahnya, dia tak memiliki pacar dan tak minat mengajak cewek-cewek yang mendekatinya untuk mengikuti lomba, meski mereka mau sekalipun. Apalagi Laila, cewek genit yang terus-terusan berusaha meraih hatinya sedari SMP.

[TAMAT] 18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang